Sunday, October 26, 2025
More
    Home Blog Page 158

    Saya Prihatin dengan Ilmu Kebal; Mgr. Agus

    MajalahDUTA.com, Pontianak- Hal itu Mgr. Agustinus Agus sampaikan kepada sejumlah orang muda katolik (OMK) Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang, Keuskupan Agung Pontianak dalam Perayaan Misa HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75. Misa dipimpin langsung oleh selebran utama Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak, didampingi oleh Pastor Lukas Ahon, CP sebagai Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang dan Pastor Petrus, CP (Missionaris) sebagai Pastor Rekan, Sabtu Malam, 16 Agustus 2020.

    Setidaknya dalam kata sambutan Pastor Lukas Ahon,CP., ia mengaku bahwa suasana malam itu seolah seperti sebuah mukjizat, yang dimana seharian turun hujan deras, namun pas perayaan ekaristi dimulai, suasana menjadi teduh. Dalam perayaan misa HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun ini, diikuti sejumlah OMK Paroki yang dibatasi sebanyak 150 peserta, karena berhubung dengan mengikuti protokol kesehatan terkait covid19. Suasana misa HUT 17  Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75  juga dimeriahkan oleh koor orang muda dari Stasi Fransiskus Assisi Lingga.

    Dalam Homili, Mgr. Agus mengatakan sebagai pribadi yang beriman, jangan pernah hidup setengah-setengah.

    BACA JUGA: Tanpa Doa, Hidup Gersang

    “Tadi didalam Injil bagian terakhir dikatakan, berilah pada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Tuhan apa yang menjadi Hak Tuhan. Kata-kata ini bisa dibahasakan serupa dengan yang dikatakan oleh, Mgr. Suryopranoto, yaitu 100 persen Katolik/ 100 persen Indonesia. Artinya, kita hidup jangan setengah-setengah, untuk menjabarkan itu tidak mudah, karena kadang-kadang kita terjebak, akan kepentingan sesaat, kepentingan kelompok tertentu,” katanya, Sabtu Malam (16/08/2020).

    Uskup Agung Pontianak juga menghimbau dan mengingatkan kaum muda, bahwa sebagai Uskup Agung Pontianak yang memimpin umat Katolik prihatin dengan ilmu kebal.

    “saya minta khususnya orang muda Katolik, jangan ikut ilmu kebal,” katanya.

    Dalam sambutanya, ia  menjelaskan bahwa orang muda saat ini berhadapan dengan kemiskinan, berhadapan dengan pengangguran, bukan justru mempelajari itu seolah seperti mau perang saja.

    BACA JUGA: Baik atau Buruk Waktu-nya, Harus Siap Diutus; Mgr. Agus

    Uskup Agus juga mengatakan bahwa doa secara Katolik, bukan berarti sah secara katolik. Karena berdasarkan isue yang beredar bahwa  ilmu kebal dengan mengucapkan Bapa Kami, Salam Maria, bukan berarti Katolik, karena semua orang bisa ucapkan hal itu. Bahkan menurut Uskup Agus hal itu melenceng, apalagi diadakan dihari minggu, “mohon maaf, kalau ini terjadi maka hal tersebut adalah pembodohan, bahkan saya bisa tuntut, hal itu menghina Agama Katolik. Karena tidak ada ajaran Katolik, yang mengajarkan ilmu Kebal,” imbuhnya sembari menghimbau OMK, Sabtu Malam (16/08/2020).

    Sekarang orang muda berkutat dengan masalah sosial yang nyata. Apalagi, sebelumnya Mgr. Agus mengatakan ada isue yang ia dengar terkait suatu tempat, dimana diikuti oleh pemuda-pemudi dan dibawa ke hutan selama tiga hari-tiga malam untuk belajar hal-hal semacam itu.

    “Itu mau apa? Kita ini lapar, banyak yang mencari pekerjaan, pendidikan yang tertinggal, dan masalah sosial ini nyata di tengah masyarkat. Khusus untuk Katolik, saya larang mengikuti hal seperti itu. Lebih baik kalian mencari pekerjaan dari pada ikut hal semacam itu,”katanya.

    Uskup Agus juga menegaskan bagi Katolik, sejak berdirinya Gereja, tidak ada Ilmu kebal, karena dalam Iman Katolik, khususnya dalam Doa Aku Percaya, yaitu ‘Aku Percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan hidup kekal.’ Ini sudah jelas bahwa iman Katolik tidak membenarkan adanya praktek hal-hal semacam itu.

    Sejalan dengan itu, Sebagai Tokoh Masyarakat Dayak, Yakobus Kumis juga mengiyakan hal tersebut. Ia menjelaskan, bahwa Budaya kita (Dayak) bukan untuk unjuk gigi dan pamer kekebalan. “Budaya kita adalah budaya sopan-santun, solidaritas, ramah kepada sesama dan budaya pembelajar,” katanya Sabtu Malam(16/08/2020) Paroki Sungai Ambawang.

    Sebagai Pastor Paroki, Pastor Lukas Ahon, CP., sebelumnya sudah menyuarakan hal yang sama, bahkan ia dianggap menghina adat tradisi, dan isue-nya, Pastor Lukas Ahon, CP mau diadat karena dianggap menentang pihak yang tersinggung. Namun, yang mau disampaikan oleh Pastor Lukas Ahon, CP dalam hal ini yaitu aksi tersebut mengatas namakan Dayak dan dibalut dengan keyakinan Katolik untuk hal-hal yang bersifat tidak khas Katolik, dan itulah yang menjadi masalahnya.

    “Sebagai Orang Muda Katolik, bukan saat nya lagi untuk mengadu otot, sedangkan kita dihadapkan dengan situasi real ditengah masyarkat. Maka dari itu, hal yang paling penting adalah mengasah intelktual, berkarya, dan mengembangkan taraf hidup masyarkat yang tertinggal,” ujarnya.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Sejalan dengan hal itu, Uskup Agus sedikit menceritakan kedatangan para Missionaris dahulu yang pertama-tama dibangun adalah Budaya Pendidikan,  pengembangan Ekonomi, dan Kesehatan.

    “Coba jika kita lihat sejarah, para missionaris Katolik zaman dahulu datang ke Kalimantan bukanlah membawa Ilmu Kebal. Justru pertama-tama yang mereka bangun adalah Pendidikan, Kesehatan dan Pemberdayaan Ekonomi. Mati tidak usah kita cari, dengan sendirinya kita akan mati, tapi kita harus berjuang untuk hidup dengan cara bekerja, berkarya,” katanya.

    Sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, sangat prihatin terkait hal ini, namun khusus untuk Katolik ia himbau untuk ikut ajaran resmi gereja. Dalam hal ini sebagai pimpinan Gereja, ia  punya hak untuk menghimbau terkait hal tersebut dan itu hanya kepada orang Katolik, tapi diluar Katolik, itu bukan urusannya. .

    “Saya mau mengatakan misalnya pasangan mu divonis akan meninggal dan kanker stadium 4, apakah anda kuat? Justru dalam hal seperti ini, kekuatan kita hanya beriman kepada Tuhan. Mau diterima atau tidak diterima, tapi ini harus saya sampaikan bahwa ada hal yang khas Katolik, tapi ada hal yang tidak khas Katolik,” ucap Uskup Agus.

    Usai perayaan misa, semua OMK paroki diajak untuk mengikuti sesi yang dibawa oleh Bpk. Martinus., S. Ag., M.Si dengan tema khas dari OMK St. Yohanes Bosco Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang, “Beriman, Bersaudara dan Berbelarasa.” Malam itu, dilanjutkan juga dengan malam akrab dan ramah-tamah, sembari diiringi oleh Band Komsos Keuskupan Agung Pontianak, Sabtu malam (16/08/2020).

    By. Samuel_KomsosKAP.

    Santo Dominikus adalah Petani Kristus yang bekerja di kebun Yesus untuk membantu-Nya

    MajalahDUTA.com – Ia mewartakan harapan, setidaknya itulah isi homili yang disampaikan oleh wakil Minister Kapusin Pontianak, Pastor William Chang, OFMCap dalam misa Pesta Santo Dominikus de Guzman.

    Pontianak- Sabtu 8 Agustus 2020 di biara Dominikan Jl. Palapa III C No. 2 RT.04 /22 BMD Pontianak Selatan. telah diadakannya misa pesta Santo Dominikus de Guzman.

    Misa perayaan ini dihadiri oleh Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak, kemudian dipimpin langsung oleh saudara dina Kapusin Pontianak P. William Chang, OFMCap wakil Minister Provinsial Kapusin Pontianak didampingi dan diikuti oleh imam Dominikan Pontianak antara lain, P. Johanes Robini Marianto, OP., P. Andreas Kurniawan, OP., P. Edmund Nantes, OP.,  P. Mingdry Hanafi, OP dan Pastor Sabinus, CP (Kongregasi Passionis), diikuti oleh para suster Dominikan Pontianak beserta Dominikan Awam.

    Pesta hari St. Dominikus de Guzman yang dilangsungkan pada pukul 17.00 WIB. Meskipun masih kondisi pandemi covid19, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk menglangsungkan Perayaan Hari Raya Santo Dominikus de Guzman tahun 2020 yang diikuti juga oleh seluruh Dominikan Pastor, Suster dan Dominikan Awam Indonesia dengan via Zoom.

    Sebelum misa dimulai, dalam kesempatan wawancara bersama Pastor Johanes Robini Marianto, OP., ia mengatakan bahwa “menurut tradisi kuno, antara kedua ordo ini yaitu Dominikan dan Fransiskan untuk Perayaan St. Dominikus de Guzman (8 Agustus) maka yang menjadi pemimpin misanya harus dari ordo Fransiskan dan sebaliknya, jika pada tanggal (4 Oktober) tepat pada Pesta St. Fransiskus dari Assisi maka yang memimpin misa adalah dari Ordo Dominikan,” katanya Sabtu malam (08/08/2020).

    Suasana sore itu bersama dengan keheningan pesta Sto. Dominikus dilansungkan dimana acara dimulai dengan perarakan dan diiringi dengan nyanyian merdu dari para suster Dominikan.

    Dalam homili Pastor William Chang, OFMCap, ia mengatakan bahwa ada Seorang seniman yang hidup satu abad setelah Dominikus, Ia pernah menulis tentang Santo Dominikus kurang lebih seperti Petani Kristus yang bekerja di kebun Yesus untuk membantu-Nya.

    Salah satu kesaksian antara lain berbunyi demikian, Santo Dominikus terbukti dimana-mana menjadi pria yang hidup menurut injil, dalam kata dan perbuatan. Dalam siang hari tidak ada yang lebih ramah, tidak ada yang lebih lemah lembut kepada saudara dan orang lain.

    Di malam hari tidak ada yang lebih tekun dan lebih sibuk berjaga-jaga dan berdoa. Dia sangat hemat kata, dan jika ia membuka mulutnya, itu berarti ia berbicara dengan atau kepada Tuhan dengan doa atau berbicara tentang Tuhan tentang kotbah. Inilah norma yang ia ikut dan wartakan kepada orang-orang lain.

    Dipermulaan homilinya, Pastor William Chang mengatakan ia sebenarnya tidak layak berkotbah didepan para Imam Pengkotbah (Praedicatorum). Namun ia mengajak untuk belajar dari teladan Santo Dominikus.

    “Saya sangat sadar, tidak mungkin mengajar monyet memanjat Pohon, atau mengajar buaya berenang. Tapi walaupun demikian, kita bisa belajar dari teladan orang kudus kita,” katanya.

    Dalam homilinya, Pastor William Chang, OFMCap menggambarkan secuplik kisah hidup Santo Dominikus. Ia mengatakan bahwa proses panggilan Santo Dominikus menunjukkan bahwa Tuhan selalu bekerja melalui, lewat sesama dan lingkungan sekitarnya. Orang tua, keluarga, pamannya yang juga religius yang mendidik, teman-teman umat dan hirarki.

    Sesudah dipanggil, Tuhan Yesus mengubah hidup pendiri Ordo Praedicatorum, dia bukan lagi sebagai pria kanonik, tetapi dia sebagai pria yang rasuli secara penuh.

    Sebagai pria kanonik ia penuhi ketentuan doa, tapi sebagai pria yang rasuli secara penuh dia menjalani tugas yang rasuli, seperti yang telah disampaikan dalam kesaksian. Ia berkotbah pada zamannya.

    Namun tidak pernah meninggalkan doa dan kontemplasi, ini cara hidup yang menakjubkan antara hidup dan tindakan Dominikus.

    “Menghadapi bidaah Albigensis pada waktu dalam perjalanan ke lahan selatan Prancis, Santo Dominikus menjadi pengkotbah, pengajar Iman sesuai dengan metode Yesus. Sederhana, apa adanya, tidak membuat orang tambah pusing dan tidak berbelit,” ujarnya Sabtu Malam (08/08/2020).

    Santo Dominikus tinggalkan kemewahan dan kehebatan pengkotbah waktu itu. Ia tobatkan penganut bidaah.

    Peristiwa kelaparan di Spanyol tahun 1191 karena waktu itu sering terjadi perang sampai kelaparan dan waktu itu Argentina berusaha melawan Spanyol, maka timbul musibah kelaparan.

    “Waktu itu Dominikus yang berusia 21 tahun sedang belajar. Apa yang dibuat? Ia menjual pakaiannya, ia menjual perabot-perabotnya, bahkan ia menjual tulisan-tulisan tangannya yang berharga, hasil penjualan itu untuk menolong mereka yang lapar. Kemudian salah satu sumber juga mencatat demikian, kata Dominikus, bagaimanakah saya bisa belajar dari kulit yang mati, sementara itu banyak orang yang sedang meregang nyawanya. Kulit yang hidup lebih berharga, daripada kulit yang mati,” katanya.

    Pastor William juga ada membaca sejarah singkat Dominikan ke Asia bahwa tahun 1561 Dominikan sudah ke Indonesia belahan Timur. Kemudian ke Keuskupan Agung Pontianak, sekurang-kurangnya bergabung dengan STT Pastor Bonus tahun 2006, waktu itu P. Robini, OP dan P. Adrian, OP sama-sama kala itu.

    “Ini merupakan suatu tanggapan yang indah, mereka bekerja di Seminari dan bekerja di Keuskupan Agung Pontianak dengan adanya STKIP Pamane Talino yang sekarang dalam proses pengembangannya. Dan ini saya pikir adalah suatu tanggapan yang real atas tanda-tanda zaman,” ungkapnya.

    Seandainya Sto. Dominikus hidup dalam dekade ke dua dalam abad ke 21, muncul pertanyaan, apa yang akan dilakukan? Terutama berhadapan dengan covid19 yang hampir berlalu yang kita harap pandemi ini cepat berlalu.

    Muncul pertanyaan. Bagaimana semangat dan roh dominikan dalam menghadapi fenomena seperti ini?

    Menutup homilinya, P. William Chang, OFMCap menyampaikan ada sebuah lukisan indah tentang bagaimana Bunda Perawan Maria menunjuk kepada Yesus, bahwa Santo Dominikus dan Santo Fransiskus kedua-duanya pembaharu dunia. Selamat Pesta kepada Ordo Dominikan dan juga ordo-ordo yang lain.

    “Santo Dominikus, Doakanlah Kami,” tutupnya.

    Sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus juga mengucapkan selamat pesta dan selamat merayakan pesta Santo Dominikus terutama Dominikan yang ada di Indonesia.

    Ia berterima kasih atas kehadiran Pastor dan Suster Dominikan khususnya yang ada di Keuskupan Agung Pontianak. Tentu ini merupakan berkat yang besar khususnya umat Katolik Keuskupan Agung Pontianak. Apalagi tekanannya dikembangkan pada Pendidikan.

    “Karena Kalimantan ini termasuk daerah dimana pendidikan masih sangat terbelakang dari daerah-daerah lain. Khususnya daerah-daerah pedalaman yang adalah orang-orang Dayak (orang-orang yang terlahir di Pulau ini),” kata Uskup Agus.

    Sejalan dengan itu, Uskup Agus menyampaikan bahwa ini adalah karya yang sangat Ia hargai karena Pastor Dominikan dan dibantu oleh Suster Dominikan mau mengembangkan pendidikan yang dimulai dari Ngabang yang sebagai simbolik bahwa pembangunan Pendidikan  mulai dari pedalaman baru masuk ke Kota.

    “Yesus pun mulai dari Nazaret baru masuk ke kota. Uskup Agung ini pun mulai dari Sintang masuk ke kota. Jadi semua ini sesuai dan marilah kita saling mendukung untuk melengkapi kekurangan-kekurangan, dengan semangat persaudaraan kita yakin bahwa kekurangan pasti bisa diatasi. Sekali lagi terima kasih kepada para Dominikan, selamat pesta,” imbuhnya.

    Dalam kesempatan itu juga sebagai pastor Passionis, Pastor Sabinus, CP bersyukur kepada Tuhan dengan kedatangan para pendahulu yaitu Missionaris, ia dapat mengenyam pendidikan. Ia mengaku, pendidikan yang ia dapat juga dimulai para Missionaris Kapusin dan Passionis dari kampung.

    Selaras dengan itu, Pastor Edmund Nantes, OP mengucapkan rasa terima kasih kepada Mgr. Agustinus Agus karena sudah menerima mereka Dominikan untuk berkarya di tanah Kalimantan.

    Sebagai superior Rumah Santo Dominikus Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP mengucapkan banyak terima kasih kepada Provinsial Kapusin Pontianak yang diwakili oleh wakil Minister Provinsial Kapusin P. William Chang, OFMCap.

    Pastor Robini berharap kedepan bisa bekerja sama antara Dominikan dan Fransiskan sebagaimana teladan kedua Bapa Suci yaitu Santo Dominikus dan Santo Fransiskus Assisi.

    Juga ia berdoa kedepannya mereka bisa berbicara mengenai pendidikan baik kerjasama dari Dominikan, Fransisikan dan Passionis untuk Kalimantan kedepannya.

    “Kapal boleh berbeda-beda, tapi tujuan kita sama,” katanya.

    Sejalan dengan itu, sebelum berkat penutup, Mgr. Agus juga mengatakan “walaupun perahunya berbeda-beda, tetapi kita merupakan satu tim, dan inilah merupakan wajah Gereja yang sudah dimulai dari zaman para Rasul, satu kepala, satu tubuh dan banyak anggota,” katanya.

    Usai misa Pesta Santo Dominikus, semua yang hadir di Rumah Dominikus Pontianak diajak untuk makan malam sederhana bersama para Pastor, Suster dan Dominikan Awam.- Samuel_KomsosKap.

    PMKRI Ajak Kader dan Masyarakat untuk Sosialisasi Pilkada Damai

    MajalahDUTA.com – Belum lama ini, PMKRI Pontianak, telah melaksanakan Seminar dan sosialisasi bersama para tokoh. Kegiatan dilaksanakan di STAR Hotel. Jl Gajah Mada. Pontianak. Ketua Presidium PMKRI Cabang Pontianak Srilinus Lino mengatakan bahwa kondisi obyektif di Kalbar yang majemuk, perlu dilakukan sosialisi untuk menekan indeks kerawanan saat Pilkada. Seperti isu SARA, dan kecurangan pada saat Pilkada nanti.

    Perhimpunan mahasiswa katolik Republik Indonesia (PMKRI) melakukan kegiatan Focus Groub Discussion Pilkada serentak 7 Kabupaten di Kalimantan Barat tahun 2020, Sabtu, 08 Agustus 2020.

    Menurut  Srilinus Lino dalam  kegiatan pelaksanan ini ia mengajak seluruh  komponen   para mahasiswa dan Pemuda agar  lebih  berpatisipasi dalam proses  untuk mengawal pilkada 2020 tahun ini.

    ” Untuk  pilkada tahun ini mungkin  agak berbeda dengan  pilkada  sebelum nya,  yang pertama ditengan  pendemi Covid 19.” Katanya Sabtu Siang (08/08/2020).

    Srilinus Lino juga menjelaskan, untuk  PMKRI yang pasti akan ikut  terlibat  dalam mengsosialisasikan dalam penerapan protokol kesehatan  kepada  masyarakat  yang dimana daerah nya  mengikuti pilkada serentak di kalimantan Barat.

    ” Inti dari kegiatan ini mengajak  masyarakat  mendukung  proses  pilkada  damai dan sekaligus tetap mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, ” ujarnya.

    Kegiatan hari Sabtu itu dihadiri oleh Ketua Bawaslu Provinsi Kalimantan Barat atau yg mewakili Bapak Faizal Rizal S. T, M.H (Kordiv Pengawasan dan Hubal), Ketua KPU Provinsi Kalimantan Barat atau yg mewakili Bapak Lomon S. Sos (Komisioner KPU kalimantan Barat), Ketua Pengurus Pemuda Katolik Komda Kalimantan Barat Bapak Maskendari, S.P M.Si. Gubernur Kalimantan Barat yg diwakili Drs. Hermanus, M.Si (Kepala Kesbangpol Kalimantan Barat). Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik sekaligus Dewan Penyatu PMKRI Ibu Dr. Karolin Marget Natasa

    Pangdam XII Tanjungpura atau yg mewakili Kolonel Infantri Utten Simbolon (Aster Kasdem XII Tanjungpura) dan Kapolda Kalimantan Barat atau yg mewakili AKBP Drs. M.  Nasir S.St. M.K (Wadir Binmas Polda Kalimantan Barat).

    Seperti harapan sesuai dengan Peraturan yang telah ditetapkan.”Pada Pilkada 2020 di Kalbar kita sedang dalam kondisi pandemi New Normal Covid 19. Jadi persiapan penyelenggara Pilkada juga harus menyesuaikan, agar dapat berjalan dengan baik. Upaya yang kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan sosialisasi ke masyarakat.

    Pentingnya Protokol Kesehatan. Kami mengajak para kader PMKRI, elemen mahasiswa serta Pemuda agar berperan aktif melakukan sosialisasi tentang hal ini,” jelasnya.

    KPU Kalbar sebagai penyelenggara telah melakukan persiapan melalui tahapan program dan jadwal Pilkada 2020, di Masa New Normal Pandemi Covid 19.

    Komisioner KPU Kalbar Lomon, mengatakan, bahwa dalam kondisi seperti saat ini akan berdampak pada partisipasi pemilih.Target partisipasi pemilih di Kalbar pada Pilkada 2020 sebesar 77,5 persen. Tentu untuk meningkatkan partisipasi pemilih KPU Kalbar dan jajarannya akan menyiapkan strategi khusus dalam mencapai target tesebut.

    “Dalam penyelenggaraan Pilkada ini KPU perlu mendapat dukungan masyarakat, Peserta Pemilu, Pemerintah Daerah dalam dukungan anggaran,” ujarnya. .

    Selaras dengan hal itu, FGD dan Deklarasi Pilkada Damai yang dilaksanakan PMKRI Kota Pontianak saat ini merupakan wujud partisipasi Masyarakat khusus nya mahasiswa, dalam memberikan solusi agar Pilkada Serentak di Kalbar 2020 akan datang, dapat berjalan sesuai target yang diharapkan.”Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah merevisi tiga Peraturan KPU (PKPU) untuk penyelenggaraan Pilkada 2020, yakni PKPU Kampanye, Dana Kampanye, dan PKPU Pencalonan.Ketiganya direvisi untuk disesuaikan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19”, terangnya.

    Kegiatan ini ditutup dengan Pembacaan ikrar Deklarasi Pilkada Kalbar Damai 2020, oleh seluruh Kader PMKRI Kota Pontianak.- (Samuel)

    Pisah Sambut Pastor Paroki St. Theresia Delta Kapuas

    MajalahDUTA.com – Namanya juga melayani, jadi dimanapun pelayan itu berada, maka harus siap untuk melayani. Hal itu juga yang dialami oleh P. Timotius Sinaga, OFMCap dan P. Celesius Joni, OFMCap dalam bertugas dan pelayanan yang mereka emban.

    Minggu, 19 Juli 2020 yang bertempat di Paroki St. Theresia Delta Kapuas, Bintang MAS, Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat  telah diadakannya acara pisah sambut pastor paroki baru untuk paroki Delta Kapuas ini.

    Timotius Sinaga, OFMCap yang sebelumnya bertugas kurang lebih 5 tahun 2 bulan di Paroki Delta Kapuas ini kini ditugaskan ke Santo Yusup Pertukangan, Jl. Adi Sucipto, Sungai Raya, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dan digantikan oleh P. Calesius Joni, OFMCap.

    Sebagai Pastor yang pernah bertugas di Paroki Delta Kapuas ini, P. Timotius Sinaga, OFMCap berharap dengan adanya Pastor Muda dan baru ini, paroki ini sungguh-sungguh bisa meningkatkan keimanan umat di sini.

    Dalam kesempatan kata sambutan acara pisah sambut itu, P. Timotius Sinaga, OFMCap mengatakan bahwa dimanapun ia ditugaskan, semangat yang selalu ia bawa adalah semangat sukacita.

    Ia mengaku, dalam setiap pelayanannya menjadi seorang imam,  pastinya banyak hal yang bisa saja melemahkannya dalam jalan mengikuti Yesus. Namun ia sadari, bahwa apa yang ia lakukan adalah sudah menjadi rencana dari Kehendak Allah.

    Dalam Homilinya, ia mengatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. “Seperti biji gandum dan ilalang yang tumbuh bersamaan, namun pada waktunya tiba mereka akan dicabut bersama-sama dan dipisahkan oleh empunya. Jadi tinggal yang baik (biji gandum) akan digunakan oleh majikannya dan tinggal yang jahat (ilalang) akan dibakar. Jadi, segala sesuatu ada waktunya. Jangan khawatir,” ucapnya dalam Homili, Minggu (19/07/2020).

    Ia mengaku bahwa sejak pertama bulan Juni 2014, ia sudah tancap gas tugas di Paroki Delta Kapuas dengan medan dan wilayah yang terbilang jarang tersentuh dunia luar.

    Pastor Sinaga juga mengatakan bahwa memang, di paroki ini masih kekurangan tenaga imam. Ditambah dengan medan berat, namun ia mengatakan bahwa dalam pelayanan meskipun sulit terjangkau dan menguras biaya banyak, tapi ia tegaskan bahwa pelayanan yang sejati tidak melihat biaya.

    “Meskipun sudah tua, saya tetap tancap gas. Pelayanan bagi saya sedikitpun tidak menjadi masalah. Saya bangga dengan diri saya sendiri, 13 tahun lalu kena kanker, kemudian saya sembuh dari kanker itu. Dan baru-baru saya kena Covid19 pun, sembuh. Saya yakin ini adalah rencana Tuhan yang Ia nyatakan melalui semangat saya,” pungkasnya.

    Ia juga minta maaf kalau selama menjadi pastor paroki di Delta Kapuas, mungkin ada umat yang tersinggung.

    Ia juga mengajak umat untuk saling mendoakan, baik untuknya dan untuk Imam baru, yang sudah dipilih menjadi Pastor Paroki Delta Kapuas.

    Acara misa pisah sambut dihadiri  puluhan umat baik dari perutusan PDKK, Perduki, PDP, UPS, Stasi-stasi, IKSU,  Suster, Bruder, maupun beserta umat paroki. Meskipun tidak semua yang hadir, namun kedatangan perutusan itu adalah tanda bahwa Pastor Sinaga, ini sangat dicintai oleh umatnya, bahkan ada yang rela jauh-jauh dari kampung untuk menghadiri acara pisah sambut di Paroki, Minggu (19/07/2020).

    Usai misa, Pastor Sinaga dan Pastor Boni memberkati Patung Bunda Maria yang digunakan untuk umat berdevosi kemudian memberkati pembaharuan halaman depan, aula dua lantai, baseman garasi, gudang dan lingkungan gereja.

    Selaras dengan itu, setelah berkat penutup, acara  selanjutnya dilanjutkan dengan ramah tamah pisah sambut di samping gereja paroki, sembari merayakan ulang tahun Pastor Timotius Sinaga, OFMCap yang ke 73 tahun.

    Dalam kesempatan yang sama itu pula, P. Celesinus Joni, OFMCap umur 33 tahun yang sebelumnya dua tahun bertugas di perkebunan Pusat Damai menyampaikan rasa terima kasih kepada Pastor Sinaga yang sudah banyak memperbaiki paroki.

    Pastor Boni mengatakan bahwa ia juga imam yang tergolong masih muda, jadi tentu ia dengan senang hati untuk menerima saran, kritikan dan teguran secara langsung.

    “Tegur saja saya secara langsung, namun jangan dibelakang saya, supaya tidak ada dusta diantara kita,” katanya dengan suasana nguyon bersama umat.

    Ia juga mengaku memang awal ditunjuknya ia menjadi Pastor Paroki St. Theresia Delta Kapuas, sempat syok dan terkejut. Namun karena kaul ketaatan dan demi pelayanan, tugas itu pun berani ia emban.

    Sebab paroki ini sekarang melayani 23 stasi dan di pusat paroki  sendiri ada 5 kring yang ukurannya sebesar stasi-stasi.

    “Kalau kita berjuang demi Tuhan, maka tidak masalah, namun kalau berjuang dengan ada apa-apanya maka cepatlah Goyah,” kata P. Calesius Joni, OFMCap, Minggu (19/07/2020).

    Jadi sekarang biarawan  yang tinggal di Paroki St. Theresia Delta Kapuas ada P. Calesius Joni, OFMCap sebagai pastor paroki, ditemani oleh pastor rekannya yaitu P. Plasida Palius Pale, OFMCap dan Br. Roimundus, OFMCap.

    Sebagai biarawan yang tinggal di Paroki, Br. Roimundus, OFMCap mengucapkan selamat bertugas ke tempat yang baru untuk Pastor Calesius yang menjadi Pastor Paroki dan Pastor Sinaga yang ditugaskan di Sekolah Santo Yusup Pertukangan Sungai Raya.

    “Semoga setiap pelayanan yang diterima dan diemban dengan kasih, maka percayalah bahwa Tuhan selalu memberkati,” tambahnya. – Samuel_Komsoskap.

    Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus; Terima Kasih Pada Para Leluhur

    MajalahDUTA.com – Setidaknya itulah maksud dari tanda terima kasih serta penghormatan kepada budaya dan leluhur  yang ditunjukkan dengan berdirinya bangunan trandisional yang Mgr. Agus bangun di Kompleks Rumah Retret St. Johanes Paulus II di Goa Maria Anjongan, Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat.

    Pemberkatan dan Peresmian Patung St. Johanes Paulus II di Kompleks Rumah Retret Anjongan Keuskupan Agung Pontianak. Pemberkatan patung dilakukan langsung oleh Mgr.Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak yang diikuti dengan serangkaian acara resmi yaitu penandatangan prasasti, Jumat 28 Agustus 2020.

    Dalam acara tersebut dihadiri juga oleh berbagai perwakilan dari DanDim, Danlantamal, Ketua DPRD Kalbar, dihadiri juga oleh Kapolres Mempawah serta para Pastor, Bruder, Frater, Suster dan para tamu undangan.

    “Pertama, ini bukan peresmian kompleks rumah retret ini, tetapi ini semacam soft opening sehingga intern yang mau memakainya bisa digunakan,” kata Mgr. Agus Jumat (28/08/2020).

    Dalam sambutannya, Uskup Agus mengungkapkan serangkaian alasan mengapa Ia membangun berbagai motif Dayak di Rumah Betang , Replika Katedral, dan Rumah Chiniese. Mgr. Agus mengaku, hal ini dilakukan karena ia sangat menghormati leluhur dan itulah caranya melestarikan budaya, supaya generasi ingat dan tahu siapa mereka.

    “Saya dengan model bagunan ini, ingin mengucapkan terima kasih kepada pendahulu-pendahulu saya. Orang mengatakan kamu boleh berjalan 1000 KM, tapi kalau tidak ada langkah pertama maka 1000 KM tidak terjadi,”tuturnya.

    Dalam sambutannya, ia juga mengatakan bahwa dalam duplikat Gereja Katedral yang lama terdapat Salib Korpus yang asli dari Gereja St. Yoseph Katedral sebelumnya. Ia mengatakan bagaimanapun hal ini dilakukan dengan maksud bahwa mereka khususnya para Imam generasi sekarang ada, karena adanya pendahulu.

    “hal ini dilakukan dengan maksud bagaimanapun, kita ini bisa berkembang karena adanya pendahulu kita sebelumnya,” tambahnya.

    Ditengah teriknya matahari pagi, Uskup Agus juga sedikit menjelaskan berbagai fasilitas yang ada di area lokasi Rumah Retret Anjongan baik dari Rumah Betang yang di ambil dari Khas Suku Dayak Taman kemudian kedepan dalam Rumah Betang suku Dayak Taman akan dipasang segala jenis-jenis rumah suku Dayak di Kalimantan Barat.

    Ia juga menjelaskan bahwa ada penginapan rumah chiniese yang konon bentuk rumah seperti Klenteng kecil, yang digunakan oleh suku Tionghua perantau untuk hal religi. Selaras dengan hal itu, Mgr. Agustinus Agus juga menjelaskan sedikit tentang Lumbung Padi yang diberi nama Lumbung Berkat.

    “ Padi adalah sumber kehidupan, itu jadi tempat doa, maka itu sekarang saya jadikan Lumbung Berkat. Mudah-mudahan orang datang kesini, daripada ia bertapa dibukit-bukit untuk mencari kekebalan, lebih baik duduk semedi di situ (Lumbung Berkat) untuk menyembah Tuhan agar memperoleh kekuatan Rohani,” ucapnya Uskup Agus.

    Dalam momen yang berbahagia itu, Hj. Erlina Ria Norsan., S.H., M.H selaku Bupati Kabupaten Mempawah berpesan agar patung St. Johanes Paulus II ini bisa dirawat dengan baik.

    “Karena bagaimanapun yang kita lihat sekarang Patung yang berdiri megah bisa menjadi kebanggaan dan kemegahan kita yang ada di Kabupaten Mempawah, Kecamatan Anjongan ini,” katanya Jumat (28/08/2020).

    Ia juga berpesan kepada umat sekalian untuk menggunakan rumah retret dengan baik untuk pembinaan iman sehingga terwujudnya keamanan beribadah serta memupuk rasa toleransi umat beragama di sekitarnya.

    “Mari kita jaga dan rawat ini, dan mudah-mudahan ini juga menjadi salah satu Icon di Kabupaten Mempawah karena tempat parawisata religi bisa juga disini,” lanjutnya.

    Pagi itu, usai pemberkatan oleh Mgr. Agustinus Agus selaku Uskup Agung Pontianak, kemudian  dilanjutkan dengan penandatangan prasasti oleh Ibu Bupati Mempawah Hj. Erlina Ria Norsan., S.H., M.H dan Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus.

    Selanjutnya pelepasan balon dengan tulisan St. John Paul II digunting oleh Hj. Erlina Ria Norsan bersama Ibu Sesilia Nunuk Sigid Tri Hardjanto yang sekaligus meletakan Gambar Bunda Maria versi Tionghua di Rumah Tionghua Kompleks Rumah Retret Anjongan, Kalimantan Barat, Jumat 28 Agustus 2020.

    Pemberkatan dan peresmian siang itu ditutup dengan Foto bersama, seraya Bupati Mempawah meninggalkan lokasi. Usai itu, acara dilanjutkan dengan Misa yang dipimpin langsung oleh selebran utama Mgr. Agustinus Agus diikuti oleh 15 Imam yang ada di Keuskupan Agung Pontianak.

    Dalam Uskup Agus, sekilas ia menceritakan alasan mengapa Patung St. Johanes Paulus II ini menjadi alasan berdirinya di Lokasi Rumah Retret. Ia mengatakan bahwa, Santo ini merupakan Santo yang ada di abad ini yang lima tahun setelah meninggalnya Santo ini dinobatkan sebagai orang kudus.

    Uskup Agus juga mengaku bahwa kedekatannya dengan Santo Johanes Paulus II dikala semasa hidupnya saat menjadi Paus kala itu yaitu saat ia bisa duduk makan satu meja bersama Paus di Roma (1985).

    “Saya pribadi memiliki hubungan yang istimewa dengan St. Johanes Paulus II ini, tahun 1985 ketika saya kembali dari Amerika. Saya berjumpa dengan St. Johanes Paulus II ini dan pernah satu meja makan bersama Santo ini,” ungkapnya.

    Setelah misa, acara dilanjutkan dengan pemotongan Kue Pesta Santo Agustinus yang dirayakan setiap tanggal 28 Agustus yang digunakan Uskup Agus sebagai nama Pelindungnya. Setelah pemotongan kue, semua hadirin diajak untuk santap siang bersama dengan diiringi oleh tim musik dari Keuskupan Agung Pontianak.-Samuel_KomsosKAP.

    Mgr. Agustinus Agus Letakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Nur’ Aman Polresta Landak

    MajalahDUTA.com – Kebersamaan dalam masyarakat merupakan hal yang menjadi cita-cita dari banyak orang. Kebersamaan itulah yang menjadi kekuatan untuk menjadi bangsa dan potensi untuk berkembangnya sebuah wilayah.

    Untuk itu, tepat pada Jumat siang 21 Agustus 2020 di Polres Landak, Uskup memberkati Gereja Baru St. Ignatius Loyola dan turut meletakan batu pertama pembangunan Masjid Nur’ Aman di lingkungan Polres Landak.

    Peresmian dan Pemberkatan Gereja Santo Ignatius Loyola Polres Landak Paroki Salib Suci Ngabang, diresmikan oleh: Bupati Landak dr. Karolin Margret Natasa dan Kapolda Irjen Pol Dr. R. Sigid Tri Hardjanto, S.H., M.Si., Kalbar kemudian diberkati oleh: Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak.

    Sebelum misa pemberkatan Gereja baru, dilakukan peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Nur’ Aman Polresta Landak, oleh Kapolda Kalbar, Bupati Landak, Uskup Agung Pontianak, Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Barat 1 Cornelis, Ketua Bhayangkari Polda Kalimantan Barat, Kapolres Landak, Ketua DPRD Landak, Ketua Pengadilan Negeri Ngabang, Sekda Landak dan Ketua MUI Landak.

    Hari itu juga merupakan sekaligus hari berbahagia untuk Kalimantan Barat terlebih untuk umat Katolik, karena Pemberkatan Gereja ini merupakan pemberkatan dan untuk yang pertama kalinya di Kalimantan Barat.

    Uskup Agung Pontinak mengatakan bahwa hal ini merupakan sebuah trobosan dan langkah yang luar biasa. Dalam sambutan Mgr. Agus sebelum mulai misa, ia mengatakan bahwa tidak jarang perpecahan sering terusik bahkan terjadi karena berbeda keyakinan.

    Namun oleh karena itu Uskup Agus mengajak semua umat untuk bersyukur atas langkah dan simbol ini merupakan bentuk keberagaman yang menguatkan.

    “tantangan tetap ada, tapi yakinlah bahwa Tuhan selalu membantu orang yang berkehendak baik. Tepatlah bahwa St. Ignatius Loyola yang menjadi nama gereja di Lingkungan ini adalah perlindung untuk TNI/Polri, dan memang dalam konteks tersebut santo ini mewakili dan menjadi santo Pelindung TNI/POLRI,” kata Uskup Agus Jumat siang (21/08/2020).

    Dalam Sambutan Kapolda, ia mengaku terharu sekaligus bangga karena bersama semua jajarannya bisa menyaksikan acara dan agenda yang membahagiakan dan begitu mengharukan.

    ” Disamping Gereja ada sebuah Mesjid, dan ini merupakan simbol kerukunan. Karena selalu saya katakan bahwa, kita bekerja dasarnya harus satu keimanan. Karena semua yang kita kerjakan akhirnya terpulang kepada yang maha kuasa,” katanya Kapolda Jumat Siang (21/08/2020).

    Kapolda berharap dengan pembangunan rumah ibadah ini bisa membantu anggota untuk meningkatkan kualitas spritualitas dan keimanan mereka dimanapun mereka berada.

    Sebagai Kapolres Landak, Ade Kuncoro menyampaikan laporan bahwa rencana pembagunan Gereja gereja ini dilaksanakan tahun lalu (2019). Ia mengaku bahwa ide ini muncul dari Kapolres yang lama, namun memang belum terselenggara, dan dipesankan pada penerusnya kalau bisa dilanjutkan.

     

    “Dengan pertimbangan bahwa, jumlah personil kami yang jumlahnya 440 orang di Polres Landak ini, separuhnya muslim dan separuhnya non-muslim,” katanya.

    Ia juga mengaku terenyuh, karena melihat saudara-saudaranya baik dari  non-muslim/nasrani ini kalau ada kegiatan menggunakan lapangan. Sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan pembangunan di Polres Landak.

    Dalam perayaan misa pemberkatan Gereja, selebran utama dipimpin langsung oleg Mgr. Agustinus Agus dan didampingi oleh P. Sabinus Lohin, CP. (Pastor STKIP Pamane Talino Ngabang) dan Pastor Meriko, OFMCap sebagai Pastor Paroki Salib Suci Ngabang.

    Dalam homilinya, Mgr. Agus menyampaikan rasa terima kasihnya karena sudah memperhatikan Polres Landak. Uskup Agus juga mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan ini tentunya, sudah menjadi tanggungjawab bersama.

    “Gereja ini ada bukan hanya menjadi hiasan namun, menjadi kebanggaan dan digunakan agar kita sebagai gereja-gereja kecil, sungguh menjadi orang yang kuat dan dihormati oleh masyarkat,” ujarnya.

    Sejalan dengan itu, Mgr. Agus mengatakan bahwa sejak tahun 2018 Kardinal Ignatius Suharyo menjadi uskup TNI/Polri datang ke Pontianak, waktu itu ia mengangkat Pastor Prasetyo, CDD menjadi Pastor TNI/Polri dan sejak itu, sudah ada kebiasaan di Pontianak setiap jumat awal bulan, ada misa TNI/Polri.

    “Kenapa saya mengambil kebijaksanaan seperti itu? Karena jujur Pak Kapolda, kadang-kadang TNI/Polri juga kelompok yang diperas tenaganya, dibalik itu mengalami masalah-masalah hidup yang tidak kecil,” tuturnya.

    Sebelum Homilinya, Uskup Agus menegaskan bahwa manusia juga perlu istirahat dan waktu untuk mengheningkan diri.

    “Sehebat apapun kita manusia, kita perlu istirahat sejenak, kita harus merenung sejenak untuk ingat diri sendiri, datang dan dekat dengan Tuhan untuk bisa bekerja lagi,” pungkasnya.

    Untuk pertama kalinya khusus Gereja, dibangun di lingkungan Polres Kalimantan Barat,  dan gereja itu bersampingan dengan Masjid.

    Dalam sambutan ketua panitia oleh Junaidi ia mengaku bahwa pembangunan Gereja Santo Ignatius Loyola ini berlansung kurang lebih selama delapan bulan. Ia juga mengtakan bahwa pembangunan Gereja ini terdiri dari Gabungan Umat seputar Kabupaten Landak.

    “Adapun umat yang terlibat antara lain Lingkungan St. Teresa, Padre Pio, Maria Vianney beserta personel, Polres Landak,” katanya.

    Junaidi juga menambahkan bahwa Pembangunan Gereja ini dengan luas 10 x 15 meter persegi, dan sumber pembiayaan berasal dari dana hibah Pemerintah Kabupaten Landak dan donatur.

    Bupati Landak Karolin Margret Natasa mengatakan dengan  diresmikannya Gereja Ignatius Loyola dan peletakan batu pertama Masjid Nur’ Aman di Polres Landak, ia berharap ini dapat meningkatkan keimanan semua anggota Polri yang bertugas.

     

    Ia juga mengatakan pembangunan gedung ibadah yang berdampingan ini diharapkan dapat menjadi simbol keberagaman dan harmonisasi yang ada di Kabupaten Landak, Kota Ngabang alias Kota Intan tersebut.

    “Semoga pembangunan ini diharapkan bisa semakin meningkatkan keimanan sekaligus mempererat persaudaraan bagi umat beragama di Polres dan di Landak, hal ini juga menjadi salah satu simbol keberagaman yang ada di Kabupaten Landak,” tutur Bupati Karolin.

    Ia berharap dengan masjid dan gereja di lingkungan Polres Landak ini akan semakin meningkatkan semangat umat beragama untuk beribadah, baik di jajaran anggota polres maupun masyarakat sekitatnya,”ujarnya.

    Sejalan dengan itu Kapolda Kalbar, Irjen Pol R Sigit Tri Hardjanto mengatakan dengan adanya masjid dan gereja yang dibangun di wilayah Polres Landak dapat menjadi semangat baru dan tentunya semakin meningkatkan moral pribadi, sebab bagaimanapun setiap manusia butuh saat hening untuk membina diri.

    Uskup Agus Nyumbang Satu Set Piala (Piala, Simbori & Tempat Anggur) di Gereja ST. Ignatius Loyola Polres Landak. Harpaannya Polri dan Jajarannya bisa melaksanakan Tugasnya dengan baik.-Samuel_KomsosKap.

    Misa Routine Awal Bulan Khusus TNI/Polri

    MajalahDUTA.com – Pontianak, Keuskupan Agung Pontianak, belum lama ini tokoh Agama Katolik Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontinak telah melaksanakan misa khusus untuk TNI/POLRI pada, Jumat siang 7/8/2020 yang bertempat di aula Polda Kalbar.

    Mgr. Agustinus Agus mengatakan bahwa “misa khusus utk TNI/POLRI ini untuk yang beragama Katolik. Ini misa routine yg diadakan pada setiap Jumat pertama bulan,” katanya Jumat (07/08/2020).

    Misa kudus itu dipimpin langsung oleh Mgr.Agustinus Agus dan didampingi  Pastor Laurentinus Prasetyo.CDD, yang memang ditugaskan untuk Pastor TNI/POLRI. Diikuti oleh Kapolda Kalbar Irjen Pol Dr Remigius Sigid Tri Hardjanto beserta istri dan seluruh jajarannya.

    Dalam kesempatan lain Uskup Agus mengatakan bahwa setiap orang katolik apapun golongannya dan dimanapun ia berada, mereka juga membutuhkan relung waktu untuk sejenak merenung dan berdoa. Apalagi khas Katolik adalah keheningan batin untuk pematangan spritual.

    “Mereka adalah umat saya, sebagai gembala tentunya sudah sewajarnya saya memperhatikan mereka. Sejak dari kedatangan saya di Keuskupan Agung Pontianak, Khusus untuk Misa TNI/Polri selalu ada untuk Jumat Pertama bulan,” katanya Sabtu Malam (08/08/2020) di Biara Santo Dominikus Pontianak.- Samuel_KomsosKap.

    Kardinal Suharyo adalah Pribadi yang Cerdas dan Rendah Hati

    Hal itu diucapkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus sebagai ucapan perayaan ulang tahun ke 23 Episkopal Bapak Uskup Ignatius Kardinal Suharyo yang dirayakan pada tanggal Sabtu, 22 Agustus 2020

    Dalam kesempatan wawancara bersama Mgr. Agustinus Agus ia mengaku bahwa Kardinal Suharyo merupakan pribadi yang cerdas, rendah hati dan sangat bersahaja.

    “Dalam suatu kesempatan, saya pernah menjadi pasangannya menjadi pemain bulu tangkis kala itu beliau kakak tingkat saya di Teologi untuk beradu bulu tangkis bersama falkutas Filsafat,” katanya Jumat Siang (21/08/2020).

    Mgr. Agus juga menyempatkan diri mengucapkan ucapan selamat ulang tahun untuk Kardinal Suharyo dalam bentuk video yang diambilnya pada tanggal 21 Agustus 2020 di Pastoran Paroki Salib Suci Ngabang, Keuskupan Agung Pontianak, sebelum ia memberkati Gereja Baru Polres Landak Gereja St. Ignatius Loyola di Lingkungan Polres dan Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Nur’ Aman persis di samping gereja bersama Kapolda Kalimantan Barat dan Bupati Landak, pada Jumat siang (21/08/2020).

    “Saya salut dengan Kardinal Suharyo, karena selain cerdas, ia juga sangat rendah hati, mau berbagi dan kalau bertanya dengan nya, ia menjelaskan secara baik namun tidak merasa dirinya pandai. Intinya, yang saya lihat dari Kardinal Suharyo adalah pribadi yang sangat cerdas dan rendah hati,” tutur Mgr.Agus Jumat Sore (21/08/2020) sembari menuju ke Anjongan.-Samuel_KomsosKAP.

    Kami Rindu Melayani Umat; Ungkap Denny

    MajalahDUTA.com – Namanya juga Pandemi, tentunya pasti masalah besar yang menyangkut semua lapisan kalangan masyarakat dari yang kecil hingga tingkat atas sekalipun. Pandemi Covid 19 ini, tidak hanya meluluhlantakkan ekonomi saja, tetapi merambat ke Politik, Kehidupan Sosial, dan juga Keagamaan.

    Semenjak 3 bulan takhir aktivitas di gereja sempat di tiadakan. Karna untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Hal tersebut menimbulkan kerinduan tersendiri bagi pastor paroki dan rekan-rekan mereka termasuk umat yamg ada di paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang.

    Dan pada awal Juli lalu Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus, mengeluarkan surat edaran yang memperbolehkan kembali Umat di Keuskupan Agung Pontianak untuk melaksanakan aktivitas Misa/Ibadat di gereja dengan tetap menerapkan sistem New Normal.

    Minggu 5 Juli 2020 Pastor Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang P. Lukas Ahon, CP.   bersama dengan tujuh (7)  Prodiakon melaksanakan Tourney Pertama setelah Lockdown Pandemi Covid19.

    Di Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang sendiri, terdiri dari 34 stasi dan terbagi menjadi enam (6) wilayah.

    Minggu tanggal 5 Juli 2020 lalu, Tim Pastor Lukas Ahon bersama dengan tujuh Prodiakonnya mengunjungi wilayah 6 setelah masa pandemi. Wilayah enam itu terdiri dari 8 stasi, kemudian yang menjadi tujuan pertama Tourney Pastor bersama rombongan.

    Selaras dengan itu, sembari Tourney untuk memberi pelayanan Misa & Ibadat kepada umat  dalam kesempatan ini juga OMK Santo Yohanes Bosco yang tergabung dalam tim sensus umat turut ambil bagian untuk melaksanakan tugas pendataan umat yang ada di Stasi Santo PetrusTanjung sosor.

    Denny salah satu OMK Paroki mengatakan bahwa untuk Tourney kali ini, Pastor Paroki Pastor Lukas Ahon, CP melaksanakan pelayanan di Stasi Retok Babantek. Sedangkan Prodiakon dibagi untuk melayani 7 Stasi lain nya yang ada di wilayah tersebut.

    “Nah kali ini kami tidak ikut serta bersama pastor paroki karna Berhubung saya juga tergabung dalam tim sensus umat jadi kami  di tugaskan untuk ikut bersama Prodiakon Aloysius yang memberi pelayanan di stasi Santo Petrus Tanjung Sosor,” ujarnya Jumat, (17/07/2020).

    Ia mengaku bahwa perjalanan kurang lebih 4 jam dari pusat paroki untuk sampai di stasi Tanjung Sosor. Dengan menempuh akses darat dan di lanjutkan kembali menggunakan Transportasi air Kami tiba di stasi tersebut sekitar pukul 19:00 WIB.

    “Kami di sambut oleh Ketua Dewan Stasi dan pengurus Dewan stasi lainnya,” imbuhnya, Jumat Siang 17 Juli 2020 lalu.

    Ia mengaku bahwa semenjak Uskup Agung mengeluarkan surat edaran untuk tidak melaksanakan aktivitas sembayang di rumah ibadah, mereka sebagai pengurus  langsung menutup aktivitas di gereja.

    Ia juga mengatakan bahwa setelah 3 bulan tidak ada aktivitas, mereka (OMK) sangat rindu untuk berkumpul kembali di gereja.

    “Apa lagi pada perayaan paskah kami sama sekali tidak bisa mengikuti perayaan-perayaan liturgi secara bersama di gereja,” katanya ketua umat Stasi Santo Petrus Tanjung Sosor saat berbincang bersama Tim OMK, Minggu (5/07/2020).

    Denny juga menambahkan bahwa pada perayaan Sabda kali itu terlihat umat tetap menerapkan sistem New Normal seperti mencuci tangan, menggunakan masker, mengecek suhu tubuh, sebelum masuk gereja dan tetap menjaga jarak aman pada di dalam ruangan gereja. – Samuel_KomsosKAP.

    Hidup Religius Bruder Maria Tak Bernoda

    Terbaliknya hidup antara sekolah dan praktek hidup ditengah masyarakat selalu menimbulkan kontroversi. Ada yang mengatakan bahwa di sekolah umumnya kita dikasih teori, baru dikasih contoh, PR, ujian, atau praktek di lab.

    Sebaliknya kalau di hidup kita, ‘ditonjok’ baru dikasih tahu kenapa.

    Kita harus jatuh dulu baru tahu apa yang salah dari kita. Kadang kita harus diuji dulu, baru disuruh belajar teorinya.Orang yang banyak belajar pun harus tetap diberi pelajaran oleh hidup.

    Lalu apa Bedanya? Justru itu, semakin banyak belajar dari pengalaman dan berubah maka pelajaran dari kehidupan semakin minim sakit dan letihnya. Karena yang belajar terus juga terus GROW alias berkembang.

    Mereka yang terus belajar akan tambah kuat dan pintar. Kalau sudah sering belajar maka pelajaran berat dari hidup lebih mampu dihadapi.

    Lalu bagaimana kehidupan Religius? Ini beda halnya belajar teori maupun sekedar hidup. Menjadi kaum religius diajari untuk belajar dari apapun, menyangkal diri dan meninggalkan kemewahan untuk memuliakan Tuhan. Melalui keahlian yang sang religius itu punya.

    Salah satunya adalah Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda. Mereka adalah kongregasi  para Bruder yang melayani kaum muda dalam hal pendidikan dan boleh dikatakan kongregasi ini konsentrasinya pada perkembangan intelektual.

    Hal ini terbukti sejak tahun 1921 bruder MTB mendarat di Indonesia persisnya di Singkawang, Kalimantan Barat. Saat itu mereka (para bruder MTB) sudah memikirkan pendidikan kaum muda jauh kedepan. Mulailah mereka dengan sekolah dari tingkat paling bawah sampai pada tingkat remaja, SMA.

    Singkat cerita, kehidupan Bruder MTB yang religius ini, justru didapat dari kombinasi antara hidup praktek dan teori yang mereka mulai dari Aspiran, Postulan, Novis, Kaul Sementara dan Sampai Kaul Kekal. Setelah masa pendidikan spritualitas yang dipelajari dalam biara, mereka juga diarahkan untuk mengambil bidang-bidang kuliah sesuai dengan karya yang mereka tekuni.

    Maka jangan heran, khususnya untuk bruder MTB banyak yang ahli dibidangnya. Oleh sebab itu, jika anda kaum muda yang mungkin tertarik dengan cara hidup religius seorang Bruder MTB boleh luangkan waktu untuk baca artikel terkait Bruder MTB dan karyanya. Sudah banyak kok di internet, ketik saja Bruder Maria Tak Bernoda alias MTB.

    Saat ini Bruder MTB hadir di dua negara, yaitu : Indonesia dan Belanda, khususnya di Indonesia Para Bruder MTB berkarya di Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Merauke.

    Karya yang mereka miliki antara lain  Bidang Pendidikan Formal dari Paud sampai SMA. Ada juga Pendidikan Luar Sekolah contohnya LPK, pelatihan pengembangan karakter anak atau remaja, dan menangani Asrama.

    Selain itu bruder MTB juga bergerak di bidang Karya Sosial dan Pengembangan Masyarakat misalnya JPIC, Pertanian-Peternakan dan Rehabilitasi Kusta.

    Bagaimana? Apakah Anda Seorang Pemuda yang Sudah dibaptis dalam Gereja Katolik sekurang-kurangnya selama tiga tahun yang berkisar dari Umur 17-30 tahun? Sehat jasmani dan rohani? Berkepribadian mantap dan seimbang? Bersemangat mengabdi sesama? Mampu hidup dan bekerja bersama orang lain dalam persaudaraan ?

    Kemudian apakah anda bisa untuk berusaha untuk bertumbuh dan mengembangkan diri? Berpendidikan minimal SLTA? Tidak terikat oleh perkawinan ataupun dengan Kongregasi/Lembaga/Badan Sosial lain? Dan Berkemauan bebas untuk mengembangkan karya intelektual untuk kemuliaan Tuhan secara religius?

    Maka jangan ragu untuk langsung menghubungi Pimpinan Umum Kongregasi Bruder MTB yang berlokasi di Jalan Sepakat II-A. Yani Blok P No 123, Pontianak – Kalimantan Barat.  Hp : Br. Rafael Donatus, MTB (0812 5615 4610)

    IG : @maria_takbernoda

    Dalam kesempatan bincang bersama Br. Rafael Donatus, MTB ia mengatakan bahwa justru karya menjadi bruder merupakan kesempatan mereka untuk mengajarkan, mewartakan, melakukan lebih banyak karya. Baik itu karya kemanusiaan, pendidikan, serta pelayanan untuk mewartakan karya Tuhan.

    ” Kami para Bruder MTB, melayani Tuhan dengan cara kami. Yaitu turun langsung dan menangani langsung karya-karya kemanusiaan dan mencerdaskan kaum muda,” katanya, (Rabu, 8 Juli 2020).

    Ia juga mengatakan bahwa, dalam gereja tidak ada istilahnya bahwa pastor itu kelas satu dan kaum bruder kelas dua, semuanya sama. Hanya tugasnya yang berbeda.

    “Kami mewartakan kasih dan ajaran Tuhan tidak melalui kotbah, atau tidak hanya sekedar berbincang tentang iman saja. Namun yang paling pasti adalah dengan tindakan moral dan hidup, untuk menampung mereka yang tersingkirkan atau dianggap sebagai sampah masyarkat (contohnya orang kusta, anak cacat yang tidak diterima di sekolah-sekolah lain),” katanya.

    Bruder Rafael juga menegaskan bahwa karya pelayanan bruder MTB, tidak hanya sekedar kata-kata indah saja, melainkan tindakan nyata dan kekuatan komunitas yang saling mendoakan.

    “Itulah yang kami sebut sebagai kesaksian iman yang nyata dan pelayanan yang tak pandang bulu, dalam mewartakan kasih Tuhan sebagaimana pendahulu kami sudah lakukan,” tambahnya Br. Rafael Donatus, MTB menutup perbincangan di Rabu Sore, 08 Juli 2020, di Rumah Betang Bruderan Sepakat II Pontianak.

    -Samuel_Penakatolik/KomsosKAP.

    TERBARU

    TERPOPULER