MajalahDUTA.com – Ia mewartakan harapan, setidaknya itulah isi homili yang disampaikan oleh wakil Minister Kapusin Pontianak, Pastor William Chang, OFMCap dalam misa Pesta Santo Dominikus de Guzman.
Pontianak- Sabtu 8 Agustus 2020 di biara Dominikan Jl. Palapa III C No. 2 RT.04 /22 BMD Pontianak Selatan. telah diadakannya misa pesta Santo Dominikus de Guzman.
Misa perayaan ini dihadiri oleh Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak, kemudian dipimpin langsung oleh saudara dina Kapusin Pontianak P. William Chang, OFMCap wakil Minister Provinsial Kapusin Pontianak didampingi dan diikuti oleh imam Dominikan Pontianak antara lain, P. Johanes Robini Marianto, OP., P. Andreas Kurniawan, OP., P. Edmund Nantes, OP., P. Mingdry Hanafi, OP dan Pastor Sabinus, CP (Kongregasi Passionis), diikuti oleh para suster Dominikan Pontianak beserta Dominikan Awam.
Pesta hari St. Dominikus de Guzman yang dilangsungkan pada pukul 17.00 WIB. Meskipun masih kondisi pandemi covid19, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk menglangsungkan Perayaan Hari Raya Santo Dominikus de Guzman tahun 2020 yang diikuti juga oleh seluruh Dominikan Pastor, Suster dan Dominikan Awam Indonesia dengan via Zoom.
Sebelum misa dimulai, dalam kesempatan wawancara bersama Pastor Johanes Robini Marianto, OP., ia mengatakan bahwa “menurut tradisi kuno, antara kedua ordo ini yaitu Dominikan dan Fransiskan untuk Perayaan St. Dominikus de Guzman (8 Agustus) maka yang menjadi pemimpin misanya harus dari ordo Fransiskan dan sebaliknya, jika pada tanggal (4 Oktober) tepat pada Pesta St. Fransiskus dari Assisi maka yang memimpin misa adalah dari Ordo Dominikan,” katanya Sabtu malam (08/08/2020).
Suasana sore itu bersama dengan keheningan pesta Sto. Dominikus dilansungkan dimana acara dimulai dengan perarakan dan diiringi dengan nyanyian merdu dari para suster Dominikan.
Dalam homili Pastor William Chang, OFMCap, ia mengatakan bahwa ada Seorang seniman yang hidup satu abad setelah Dominikus, Ia pernah menulis tentang Santo Dominikus kurang lebih seperti Petani Kristus yang bekerja di kebun Yesus untuk membantu-Nya.
Salah satu kesaksian antara lain berbunyi demikian, Santo Dominikus terbukti dimana-mana menjadi pria yang hidup menurut injil, dalam kata dan perbuatan. Dalam siang hari tidak ada yang lebih ramah, tidak ada yang lebih lemah lembut kepada saudara dan orang lain.
Di malam hari tidak ada yang lebih tekun dan lebih sibuk berjaga-jaga dan berdoa. Dia sangat hemat kata, dan jika ia membuka mulutnya, itu berarti ia berbicara dengan atau kepada Tuhan dengan doa atau berbicara tentang Tuhan tentang kotbah. Inilah norma yang ia ikut dan wartakan kepada orang-orang lain.
Dipermulaan homilinya, Pastor William Chang mengatakan ia sebenarnya tidak layak berkotbah didepan para Imam Pengkotbah (Praedicatorum). Namun ia mengajak untuk belajar dari teladan Santo Dominikus.
“Saya sangat sadar, tidak mungkin mengajar monyet memanjat Pohon, atau mengajar buaya berenang. Tapi walaupun demikian, kita bisa belajar dari teladan orang kudus kita,” katanya.
Dalam homilinya, Pastor William Chang, OFMCap menggambarkan secuplik kisah hidup Santo Dominikus. Ia mengatakan bahwa proses panggilan Santo Dominikus menunjukkan bahwa Tuhan selalu bekerja melalui, lewat sesama dan lingkungan sekitarnya. Orang tua, keluarga, pamannya yang juga religius yang mendidik, teman-teman umat dan hirarki.
Sesudah dipanggil, Tuhan Yesus mengubah hidup pendiri Ordo Praedicatorum, dia bukan lagi sebagai pria kanonik, tetapi dia sebagai pria yang rasuli secara penuh.
Sebagai pria kanonik ia penuhi ketentuan doa, tapi sebagai pria yang rasuli secara penuh dia menjalani tugas yang rasuli, seperti yang telah disampaikan dalam kesaksian. Ia berkotbah pada zamannya.
Namun tidak pernah meninggalkan doa dan kontemplasi, ini cara hidup yang menakjubkan antara hidup dan tindakan Dominikus.
“Menghadapi bidaah Albigensis pada waktu dalam perjalanan ke lahan selatan Prancis, Santo Dominikus menjadi pengkotbah, pengajar Iman sesuai dengan metode Yesus. Sederhana, apa adanya, tidak membuat orang tambah pusing dan tidak berbelit,” ujarnya Sabtu Malam (08/08/2020).
Santo Dominikus tinggalkan kemewahan dan kehebatan pengkotbah waktu itu. Ia tobatkan penganut bidaah.
Peristiwa kelaparan di Spanyol tahun 1191 karena waktu itu sering terjadi perang sampai kelaparan dan waktu itu Argentina berusaha melawan Spanyol, maka timbul musibah kelaparan.
“Waktu itu Dominikus yang berusia 21 tahun sedang belajar. Apa yang dibuat? Ia menjual pakaiannya, ia menjual perabot-perabotnya, bahkan ia menjual tulisan-tulisan tangannya yang berharga, hasil penjualan itu untuk menolong mereka yang lapar. Kemudian salah satu sumber juga mencatat demikian, kata Dominikus, bagaimanakah saya bisa belajar dari kulit yang mati, sementara itu banyak orang yang sedang meregang nyawanya. Kulit yang hidup lebih berharga, daripada kulit yang mati,” katanya.
Pastor William juga ada membaca sejarah singkat Dominikan ke Asia bahwa tahun 1561 Dominikan sudah ke Indonesia belahan Timur. Kemudian ke Keuskupan Agung Pontianak, sekurang-kurangnya bergabung dengan STT Pastor Bonus tahun 2006, waktu itu P. Robini, OP dan P. Adrian, OP sama-sama kala itu.
“Ini merupakan suatu tanggapan yang indah, mereka bekerja di Seminari dan bekerja di Keuskupan Agung Pontianak dengan adanya STKIP Pamane Talino yang sekarang dalam proses pengembangannya. Dan ini saya pikir adalah suatu tanggapan yang real atas tanda-tanda zaman,” ungkapnya.
Seandainya Sto. Dominikus hidup dalam dekade ke dua dalam abad ke 21, muncul pertanyaan, apa yang akan dilakukan? Terutama berhadapan dengan covid19 yang hampir berlalu yang kita harap pandemi ini cepat berlalu.
Muncul pertanyaan. Bagaimana semangat dan roh dominikan dalam menghadapi fenomena seperti ini?
Menutup homilinya, P. William Chang, OFMCap menyampaikan ada sebuah lukisan indah tentang bagaimana Bunda Perawan Maria menunjuk kepada Yesus, bahwa Santo Dominikus dan Santo Fransiskus kedua-duanya pembaharu dunia. Selamat Pesta kepada Ordo Dominikan dan juga ordo-ordo yang lain.
“Santo Dominikus, Doakanlah Kami,” tutupnya.
Sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus juga mengucapkan selamat pesta dan selamat merayakan pesta Santo Dominikus terutama Dominikan yang ada di Indonesia.
Ia berterima kasih atas kehadiran Pastor dan Suster Dominikan khususnya yang ada di Keuskupan Agung Pontianak. Tentu ini merupakan berkat yang besar khususnya umat Katolik Keuskupan Agung Pontianak. Apalagi tekanannya dikembangkan pada Pendidikan.
“Karena Kalimantan ini termasuk daerah dimana pendidikan masih sangat terbelakang dari daerah-daerah lain. Khususnya daerah-daerah pedalaman yang adalah orang-orang Dayak (orang-orang yang terlahir di Pulau ini),” kata Uskup Agus.
Sejalan dengan itu, Uskup Agus menyampaikan bahwa ini adalah karya yang sangat Ia hargai karena Pastor Dominikan dan dibantu oleh Suster Dominikan mau mengembangkan pendidikan yang dimulai dari Ngabang yang sebagai simbolik bahwa pembangunan Pendidikan mulai dari pedalaman baru masuk ke Kota.
“Yesus pun mulai dari Nazaret baru masuk ke kota. Uskup Agung ini pun mulai dari Sintang masuk ke kota. Jadi semua ini sesuai dan marilah kita saling mendukung untuk melengkapi kekurangan-kekurangan, dengan semangat persaudaraan kita yakin bahwa kekurangan pasti bisa diatasi. Sekali lagi terima kasih kepada para Dominikan, selamat pesta,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu juga sebagai pastor Passionis, Pastor Sabinus, CP bersyukur kepada Tuhan dengan kedatangan para pendahulu yaitu Missionaris, ia dapat mengenyam pendidikan. Ia mengaku, pendidikan yang ia dapat juga dimulai para Missionaris Kapusin dan Passionis dari kampung.
Selaras dengan itu, Pastor Edmund Nantes, OP mengucapkan rasa terima kasih kepada Mgr. Agustinus Agus karena sudah menerima mereka Dominikan untuk berkarya di tanah Kalimantan.
Sebagai superior Rumah Santo Dominikus Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP mengucapkan banyak terima kasih kepada Provinsial Kapusin Pontianak yang diwakili oleh wakil Minister Provinsial Kapusin P. William Chang, OFMCap.
Pastor Robini berharap kedepan bisa bekerja sama antara Dominikan dan Fransiskan sebagaimana teladan kedua Bapa Suci yaitu Santo Dominikus dan Santo Fransiskus Assisi.
Juga ia berdoa kedepannya mereka bisa berbicara mengenai pendidikan baik kerjasama dari Dominikan, Fransisikan dan Passionis untuk Kalimantan kedepannya.
“Kapal boleh berbeda-beda, tapi tujuan kita sama,” katanya.
Sejalan dengan itu, sebelum berkat penutup, Mgr. Agus juga mengatakan “walaupun perahunya berbeda-beda, tetapi kita merupakan satu tim, dan inilah merupakan wajah Gereja yang sudah dimulai dari zaman para Rasul, satu kepala, satu tubuh dan banyak anggota,” katanya.
Usai misa Pesta Santo Dominikus, semua yang hadir di Rumah Dominikus Pontianak diajak untuk makan malam sederhana bersama para Pastor, Suster dan Dominikan Awam.- Samuel_KomsosKap.