Duta, Landak | Film Korea Parasite (2019) garapan sutradara Bong Joon-ho bukan hanya menghibur.
Film yang sukses besar hingga meraih Piala Oscar ini menyodorkan potret tajam tentang jurang sosial antara si kaya dan si miskin.
Lewat kisah dua keluarga dengan latar belakang berbeda, Parasite menghadirkan kritik sosial yang relevan bagi masyarakat di mana pun, termasuk Indonesia.
Dua Keluarga, Dua Nasib
Cerita berpusat pada keluarga Park yang kaya raya dan keluarga Kim yang hidup dalam kekurangan. Keluarga Park tinggal di rumah mewah rancangan arsitek ternama.
Sang ayah adalah CEO perusahaan IT, istrinya hidup glamor, sementara anak-anaknya menikmati pendidikan terbaik. Mereka tampak sebagai keluarga idaman kelas menengah modern.
Sebaliknya, keluarga Kim tinggal di semi-basemen sempit, lembap, dan rawan banjir. Sang ayah berkali-kali gagal berbisnis, sang ibu yang pernah menjadi atlet tak pernah mencapai kesuksesan, sementara kedua anak mereka gagal menembus universitas.
Pertemuan dua keluarga inilah yang memunculkan drama penuh ironi—hubungan “parasit” antara kelas bawah yang berjuang bertahan hidup dengan kelas atas yang nyaris tidak peduli.
Ketimpangan
Bong Joon-ho tidak sekadar bercerita lewat dialog. Ia menggunakan visual dan simbol untuk menegaskan jurang sosial.
Mulai dari segi pendidikan. Anak-anak keluarga Park mendapat guru privat mahal, sedangkan anak-anak keluarga Kim harus menyerah pada mimpi kuliah.
Setelah itu, rumah keluarga Park berada di dataran tinggi dengan halaman luas, sedangkan keluarga Kim di ruang bawah tanah pengap dan kumuh.
Visualisasi selanjutnya juga terpancar melalui, keluarga Kim berkali-kali gagal mencari pekerjaan, sementara keluarga Park dengan mudah menikmati kenyamanan hidup.
Tangga yang berulang kali muncul melambangkan naik-turun status sosial, sementara banjir besar menjadi simbol dampak kemiskinan. Saat keluarga Kim kehilangan rumah, keluarga Park justru menyebut hujan deras itu sebagai “malam yang menyenangkan.”
Parasite kuat karena memadukan fakta sosial dengan emosi. Penonton tidak hanya “tahu” soal jurang kaya-miskin, tapi ikut “merasakan” penderitaan keluarga Kim dan ketidakpekaan keluarga Park. Pesan sosial jadi lebih hidup dan sulit dilupakan.
Relevan untuk Kita
Meski berlatar Korea Selatan, pesan Parasite terasa dekat. Jurang antara yang tinggal di rumah mewah dan yang hidup di rumah sempit penuh genangan bukan hal asing bagi masyarakat Indonesia. Kesempatan yang timpang dalam pendidikan dan pekerjaan pun masih nyata hingga hari ini.
Parasite membuktikan bahwa film bisa lebih dari sekadar hiburan. Lewat simbol visual yang kuat, ia mengajak kita bercermin pada realitas sosial yang kadang ingin kita abaikan.
Pertanyaan yang tertinggal setelah menonton film ini sederhana tapi menohok, maukah kita terus menutup mata terhadap jurang yang semakin lebar antara yang di atas dan yang di bawah?
*Ditulis oleh Kiki Maria (PMAT22A) Seorang Mahasiswa FKIP Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo Kampus I Landak.