Sunday, October 26, 2025
More
    Home Blog Page 157

    Teofelus Boni ungkapkan Focus Group Disscusion Lahirkan Tindakan Konkret

    Suasana Foto bersama dalam momen: Focus Group Discussion ditutup dengan pembagian cindera mata kepada narasumber dan moderator dilanjutkan dengan foto bersama dan makan siang

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Dalam kondisi Pandemi Covid19 yang kian belum berlalu, tentunya sedikit banyak dapat menimbulkan keresahan tersendiri untuk masyarakat. Harus nya, orang yang bekerja dapat memiliki penghasilan yang layak, namun karena covid19 semua pendapatan menurun dan bahkan ada yang terpaksa tidak bekerja.

    Selain itu di lain sisi covid19 ini menimbulkan kebiasaan baru bagi masyarakat banyak, antara lain adalah dengan kebiasaan bermedsos. Oleh karena itu, dari Dewan Adat Dayak Kubu Raya bersama Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya yang bekerjasama dengan Kapolsek Kubu Raya mengadakan Focus Group Discussion (FGD).

    Acara itu telah terlaksana di Hotel Harmony Sungai Raya Dalam pada Sabtu 26 September 2020. Dalam acara tersebut dihadiri langsung oleh Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana, Ketua Dewan Adat Dayak Kubu Raya Lasem, Teofelus Boni Ketua IPDKR sekaligus sebagai pengurus DAD bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan bersama berbagai ormas yang diundang dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD).

    Dalam kesempatan itu Ketua DAD Lasem, S.pd sangat menyambut positif kegiatan ini.

    “Pertama kami berterima kasih kepada Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya, karena mereka yang memprakarsai kegiatan ini,” katanya Sabtu siang 26 September 2020.

    Ia mengaku bahwa DAD Kubu Raya merespon positif adanya kegiatan FGD. Karena dengan adanya ini organisasi-organisasi disini tidak mati suri tetapi justru berkelanjutan.

    “Kebetulan di Polres Kubu Raya sudah melakukan kerjasama yang baik. Baik dalam segala hal dalam pembianaan untuk masyarakat adat ini,” ujarnya.

    Ia juga mengatakan khususnya di Kubu Raya, untuk kegiatan semacam ini sudah kurang lebih tiga atau empat kali. Ketua DAD Kubu Raya berharap terlebih untuk orang muda dayak, dalam penggunaaan media sosial harus berhati-hati dan kreatif dalam mengemas berita atau informasi yang ada. Selain itu, ia juga mengatakan medsos ini jika digunakan dengan baik akan mendatangkan hasil untuk kedepannya.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus Letakan Batu Pertama Pembangunan Gereja Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang

    “Kita harus bijaksana dalam media sosial yaitu yang positif, dalam penggunaan media sosial harus memberlakukan kebiasaan yang positif untuk banyak kalangan,” tuturnya.

    Sebagai Ketua Umum IPDKR dan sekaligus pengurus DAD bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan, Teofelus Boni mengungkapkan persiapan ini sebetulnya singkat, kuranglebih dua minggu saja.

    Adapun latar belakang yang menjadi dasar dari FGD terlaksana adalah Kondisi Covid19 yang sangat memprihatinkan. Banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan termasuk ekonomi juga terdampak.

    “Jadi kami menyimpulkan intensitas penggunaan sosial media itu tinggi, karena orang banyak di rumah maka Informasi positif dan negatif itu masuk. Memang harus diberi pemahaman kepada masyarakat, bagaimana memilah dan memilih berita yang baik,” kata Boni Sabtu Siang, 26 September 2020.

    Sisi lain latar belakang adanya kegiatan FGD ini yaitu sektor ekonomi yang terdampak.

    “Maka kenapa kegiatan ini kami laksanakan di hotel tujuannya agar hotel ini juga beroperasi, kami membayar hotel dan hotel membayar karyawannya. Jadi bukan kebetulan sebenarnya, namun ada pertimbangan lain juga dalam kegiatan ini,” tambahnya.

    BACA JUGA: Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    Teofelus Boni berterima kasih untuk dana disupport oleh Kapolres Kubu Raya, – yang kedua yaitu dari pengurus DAD Kubu Raya, baik dari ketua dan sekretaris, yang mana semua itu pemberian iklas dan sumbangan iklas dari mereka.

    Tujuan dari kegiatan ini agar ketua atau perwakilan ormas atau komunitas yang diundang ini bisa meneruskan informasi disini kepada seluruh kelompoknya dan masyarakatnya. Agar apa yang didapatkan dalam acaranya ini, juga sampai ke kalangan paling bawah.

    Harapan Boni kedepan kegiatan ini berkelanjutan, yang kedua tingkat partisipasi kelompok muda semakin tinggi. Kemudian yang ketiga muncul sebuah tekad untuk bersama-sama memerangi covid19 dengan menerapkan 3 M(menggunakan Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan).

    “Jadi kegiatan ini betul-betul melahirkan tindakan yang konkret dan nyata,” tutur Boni.

    Dalam sambutannya Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana mengaku bahwa jika ia tinggal di Kalimantan Barat, maka ia otomatis menjadi orang Kalimantan Barat.

    “Sahabat dan saudara sedarah saya, dimana saya tinggal di Kalimantan barat adalah berarti saya orang Kalimantan barat sekarang ini.  Bapak-ibu sekalian, saya buktikan dengan foto saya dan keluarga saya mencoba untuk memakai bagaimana cantiknya keragaman budaya yang ada di Kalimantan Barat,” tutur AKBP Yani Sabtu 29 September di Aula Rosella Hotel Harmony, Serdam.

    Sebagai Kapolres Kubu Raya, AKBP Yani mengatakan bahwa dalam kesempatan ini ia mengajak untuk seluruh ormas-ormas untuk mengunakan media sosial secara baik.

    “Handphone yang kita genggam ini adalah dunia yang kita genggam, maka harus digunakan dengan baik. Manfaatkanlah secara positif maka anda akan mendapatkan hal yang positif,” imbuhnya.

    Sejalan dengan itu, Samuel IPDKR ditunjuk sebagai moderator dalam sesi kedua yang disampaikan oleh Stefanus Akim tentang Bermedsos. Sebelum masuk materi ia menyampaikan sebuah pepatah tu yang selaras dengan kegiatan tersebut.

    “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah,” kata Samuel yang ia kutib dari kitab Amsal 19:2.

    Dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ini, diundang pula Stefanus Akim sebagai Manajer Produksi Tribun Pontianak untuk memberikan sesi terkait “Bijak Bermedia Sosial.”

    Sebelum memulai materi tersebut, Stefanus Akim mengambil contoh Konkret yaitu salah satu Tokoh Agama Katolik Kalimantan Barat bahkan Indonesia yaitu Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak yang membuka diri terhadap relasi antar umat beriman dan pemerintah.

    “Ini adalah salah satu contoh orang Nasionalis dan tokoh agama yang dapat menjadi salah satu teladan untuk kita,” ujarnya.

    Dalam kesempatan tesebut Stefanus Akim mengungkapkan Data HootSuite, penguna internet di Indonesia mencapai 175,4 juta orang (Rilis Januari 2020). Tahun 2018: Pengguna internet di Indonesia berjumlah 131,7 juta. Total penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta. Pengguna aktif media sosial mencapai 130 juta.

    Sedangkan untuk sanksi bagi pelanggaran bermedsos terkena ancaman hukuman Pasal 28 ayat 1 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE: “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik yang Dapat diancam pidana berdasarkan Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016, yaitu dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Para pelaku creator atau pembuat atau penyebar hoax dipersangkakan Pasal 45 dan 45 A UU ITE dengan ancaman pidana 6 tahun penjara dan denda Rp 1 M, Pasal 14 dan 15 UU No. 1 Tahun 1946 dengan ancaman pidana 10 tahun penjara dan Pasal 16 UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

    “Hingga April 2020, POLRI telah menangani 97 kasus hoax terkait virus Corona,” katanya.

    Stefanus Akim juga mengungkapkan dalam  bermedsos yang paling penting adalah sikap untuk Cek, ricek, ricek again, sebelum menyebarkan sebuah informasi.

    Rangkaian acara Focus Group Discussion ditutup dengan pembagian cindera mata kepada narasumber dan moderator dilanjutkan dengan foto bersama dan makan siang.-

    By. Samuel-MD

    Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    Suasana Misa dalam Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Father Giocondo Pio Lorgna merupakan pendiri kongregrasi Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda Lambertini. Kongregrasi ini merupakan tempat bagi kaum wanita yang tertarik menjadi karisma dominikan. Pesta peringatan kelahiran Father Giocondo Pio Lorgna dilaksanakan setiap tanggal 27 september.

    Tepat pada hari minggu 27 september 2020, Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda Lambertini Pontianak melaksanakan perayaan peringatan ke-150 tahun hari lahir Father Giocondo Pio Lorgna di Biara Susteran Ordo Pengkotbah, Jalan Budi Karya,No. 20 c Komplek Palapa 3 c Pontianak.

    Perayaan ini dibuka dengan misa syukur secara langsung di Biara Susteran Ordo Pengkhotbah yang dipimpin oleh Pastor Edmund Nantes, OP.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus Letakan Batu Pertama Pembagunan Gereja Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang

    “Allah membenci orang yang sombong, oleh karena itu Yesus berlaku rendah hati, mengosongkan diri, dan tidak mengganggap dirinya sebagai Allah melainkan mengambil rupa sebagai hamba Allah, dan inilah yang diingatkan oleh Pastor Giocondo supaya kita menjadi hamba Allah sama seperti Yesus yang juga menjadi hamba Allah” ucap Pastor Edmund Nantes, OP saat menyampaikan khotbah.

    Setelah perayaan misa, umat diajak untuk makan malam bersama pastor dan suster di Biara. Raut wajah bahagia terpancar ketika menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama untuk Father Giocondo Pio Lorgna. Walaupun demikian, mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan jaga jarak.

    Pimpinan Komunitas Suster-suster Dominikan, Suster Maria Cleuza da Silva, OP mengungkapkan bahwa Perayaan Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna ini merupakan kesempatan untuk memuji Tuhan, membuat mereka lebih kuat dalam panggilannya, sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hidup yang diberikan kepada mereka, dan membuat mereka semangat serta melakukan kehendak Allah.

    Selain itu, salah satu suster dominikan yang bernama Suster Benedicta Aparecida Nogueira, OP mengucapkan terimakasih karena melalui perayaan hari lahir Pastor Giocondo ke-150 tahun mengajarakan mereka untuk mengatasi dan melayani saudara-saudarai seiman. Ia juga berpesan kepada anak muda supaya mengikuti jejak Tuhan.

    Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda Lambertini memiliki visi dan misi dalam menjalankan panggilannya. Mereka memiliki visi untuk mengasihi Yesus, sang Ekaristi dan menuntun orang lain menuju dia dan misi mereka hadir melayani anak-anak dan kaum muda untuk formasi Kristen mereka melalui pelayanan social, pastoral, dan pendidikan.

    “Anak muda harus berani, semangat, dan percaya untuk menjawab panggilan Tuhan, karena dengan percaya kepada-NYA, Tuhan akan memberikan rahmat supaya bisa menjalani panggilannya. Karena hidup ini adalah kesempatan kita harus selalu bergembira dan bersyukur kepada Tuhan,” kata Suster Maria Cleuza da Silva, OP memberikan harapan dan pesan.

    By. Ridwan & Rudi-MD

    Mgr Agustinus Agus Meletakkan Batu Pertama Pembangunan Gereja Paroki St Fidelis Sungai Ambawang di Lingga

    Proses Pemercikan Air Kudus ke seluruh sudut tempat pembangunan Gereja Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, meletakkan batu pertama pembangunan gereja Paroki St Fidelis Sungai Ambawang, Selasa 29 September 2020 di Jl Trans Kalimantan, Paroki St Fidelis Ambawang, Desa Lingga.

    Pada peletakkan batu pertama pembangunan gereja ini, patuh pada protokol kesehatan. Bentuk kepatuhan terhadap protokol kesehatan itu antara lain pembatasan kehadiran umat. Hal ini sesuai dengan protokol kesehatan dari paroki untuk mencegah penularan Covid-19.

    Dalam momen itu, Mgr Agus mengatakan melihat situasi pandemi saat ini, maka bukan banyaknya lagi umat yang turut hadir dalam peletakkan batu pertama kali ini, melainkan makna dari apa yang dikerjakan.

    “Terlihat memang tidak meriah karena orang tidak banyak, tetapi bagi saya kemeriahan bukan tergantung pada banyaknya orang, tetapi tergantung dari makna apa yang kita lakukan,” katanya.

    Sebelumnya, Mgr Agus juga sudah berpesan kepada pastor paroki untuk tidak melibatkan orang banyak dalam kesempatan ini. Sebab, hal ini sehubungan dengan usaha Keuskupan Agung Pontianak (KAP) mendukung usaha pemerintah untuk menghentikan Pandemi Covid-19.

    “Jadi, mohon maaf, tapi untuk mendukung penghentian penyebaran Covid-19 memang harus menjadi prioritas utama, sehingga acara-acara keagamaan pun dapat dilaksanakan dengan protokol kesehatan,” imbuh Mgr Agustinus Agus.

    Sunardy Asai, Ketua Pembangunan Gereja Paroki St Fidelis Sungai Ambawang, mengatakan hal yang pertama dilakukan dalam tahapan pembangunan gereja adalah dengan menggalang dana dari umat Paroki St Fidelis Sungai Ambawang.

    “Langkah pertama yang kami lakukan adalah menggalang dana sesuai dengan kemampuan umat di Stasi Fransiskus Assisi, Desa Lingga dan wilayah umum dari Paroki St Fidelis Sungai Ambawang. Jadi persoalan kita yang pertama adalah persoalan masalah dana,” kata Asai.

    Sunardy Asai juga mengungkapkan untuk target pembangunan kurang lebih satu tahun. Ia berharap dalam progress pembangunan ini, seluruh umat bisa berpartisipasi baik melalui penggalangan dana, pikiran, serta tenaga. Sedangkan untuk panitia, ia mengaku sangat solid dan kompak dalam pembangunan gereja tersebut.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Gereja tersebut dibangun di atas tanah seluas 21 x 32 meter persegi dan tanah gambut. Maka dari itu, yang diprioritaskan untuk pertama kali adalah membangun fondasi yang kuat, untuk menghindari keretakan dan perubahan struktur untuk sebuah bangunan.

    Sebagai Pastor Paroki St Fidelis Sungai Ambawang, RP Lukas Ahon CP, mengaku persiapan ini sudah dilakukan sejak awal Agustus lalu, sudah memulai persiapan-persiapan terkait dengan teknis dan keberlangsungan progress pembangunan.

    “Langkah selanjutnya setelah peletakkan batu pertama ini, panitia akan mulai dengan pengecoran dasar. Menurut panitia, Paskah tahun depan sudah bisa digunakan,” katanya.

    Pastor Lukas Ahon CP juga mengatakan sebenarnya pembangunan ini tidak lama, namun yang lama hanya pengecoran dasar dan atap, selebihnya tinggal memoles dan merapikan.

    Selaras apa yang dikatakan oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus, Pastor Lukas Ahon CP mengatakan gereja yang dibangun ini bukanlah milik Keuskupan atau paroki semata, tetapi gereja ini adalah milik umat bersama. Untuk itu ia mengharapkan dengan pembangunan ini, semakin banyak keterlibatan umat dalam pembangunan.

    “Karena gereja ini milik umat, maka umat juga bertanggung jawab atas pembangunan ini, sebesar apapun partisipasi mereka dalam pembangunan gereja ini,” imbuhnya.

    Pastor Lukas juga mengatakan dalam hal apapun yang paling penting adalah melangkah dengan yakin dan percaya. Sebab ia percaya berdasarkan pengalamannya mendirikan sebuah gedung atau pastoran, bahwa jika panitia melangkah dengan iman maka niscaya banyak kemudahan yang akan diperoleh.

     

    DIBUTUHKAN KERJASAMA

    Dalam sambutan Mgr Agustinus Agus, mengatakan untuk pembangunan dibutuhkan kerjasama dan partisipasi umat. Ia mengatakan bahwa gereja bukan hanya milik para imam atau paroki itu sendiri saja, tetapi lebih dari itu yaitu milik semua umat. Maka dari itu Mgr mengharapkan peran dan sumbangan umat untuk pembangunan gereja tersebut.

    Dalam kesempatan yang sama itu pula, sehubungan dengan pemilihan serentak, Mgr Agustinus Agus mengimbau kepada seluruh umat untuk menggunakan hak pilihnya. Meskipun dalam pandemi covid-19 belum berlalu, namun semangat partisipasi dalam pesta demokrasi jangan sampai menurun.

    “Orang yang tidak memilih, maka mereka tidak berhak mengkritik kerja pemerintah, sebaliknya orang yang memilih memiliki hak untuk mengkritik,” katanya.

    Pada peletakkan batu pertama tersebut dilakukan secara simbolis oleh Mgr Agustinus Agus, Pastor Paroki St Fidelis Sungai Ambawang P Lukas Ahon CP, DPRD Kalbar, pejabat pemerintah dan keamanan, serta tokoh masyarakat. Setelah peletakkan batu pertama, selanjutnya Uskup Agung Pontianak memerciki seluruh sudut bangunan dengan air kudus. Setelah itu  ditutup dengan berkat penutup  dan makan siang bersama.

    By. Samuel

    Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Suasana di Ruangan Mapolda Kalbar- Mgr. Agustinus Agus bersama sejumlah tokoh lainnya

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Guna mewujudkan Pilkada 2020 yang aman, sehat dan bermartabat, Polda Kalbar menggelar pertemuan yang bertemakan “Silaturahmi Kamtibmas dengan Insan Pers” pada Sabtu pagi tanggal 26 September 2020 di lantai 3 Aula Graha Khatulistiwa Polda Kalbar.

    Turut hadir dalam pertemuan Gubernur Kalbar, Kapolda Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Ketua KPU Kalbar, Ketua Bawaslu Kalbar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan awak media.

    Sebelum hari pertemuan silahturahmi itu, Mgr. Agustinus Agus selaku Tokoh Agama Katolik Keuskupan Agung Pontianak, mengatakan bahwa ia siap mendukung keamanan dan kelancaran program pemerintah. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah dan jajarannya tidak dapat bekerja sendiri, maka dari itu sebagai tokoh agama katolik di Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agus siap mendukung jika adanya program-program baru dari pemerintah untuk masyarakat.

    Kegiatan ini merupakan kali keempat digelarnya pertemuan oleh Polda Kalbar. Sebelumnya juga diadakan pertemuan bersama KPU dan Bawaslu tingkat Pusat, Provinsi hingga daerah, dan bersama 23 Bakal Pasangan Calon pilkada Kalbar.

    Tujuan dari kegiatan ini, untuk meningkatkan rasa kebersamaan insan pers Kalimantan Barat dalam pembangunan provinsi Kalimantan Barat, menyegarkan kembali aturan dan ketentuan dalam jurnalistik, serta meningkatkan partisipasi insan pers dalam penyelenggaraan pilkada di Kalimantan Barat.

    BACA JUGA: Pembedaan Roh: Pastor Eksorsis Keuskupan Agung Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP

    Acara dibagi menjadi 2 agenda pokok, yaitu sambutan dari para Forkopimda, pembacaan komitmen bersama dari insan pers dan diskusi panel dengan Ketua KPU Kalbar, Ketua Bawaslu Kalbar, Kabid Humas Polda Kalbar dan pihak Jurnalis.

    Dalam sambutannya, Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pol Sigid Tri Hardjanto mengatakan bahwa ada 4 pilar demokrasi diantaranya Legislatif, Eksekutif, Yudikatif dan Pers, “Menurut penilaian saya, dari keempat pilar demokrasi ini yang paling sehat adalah dari insan pers.”

    Sigid memaparkan harapnya kepada insan pers untuk mendukung pelaksanaan Pilkada di Kalimantan Barat agar bisa berlangsung dengan aman, bermartabat dan sehat.

    “Pilkada di tahun ini sangat unik, karna berlangsung di tengah wabah covid-19,” imbuhnya.

    “Tidak ada jaminan orang di sebelah kita bebas Covid, tidak ada jaminan”, ucap Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M. HUM di kesempatan yang sama. Di masa Pandemi ini, Bang Midji menyampaikan harapnya terkait kelancaran pemilu Kalbar 2020, termasuk dengan mengoptimalkan penggunaan media untuk mensosialisasikan program yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

    By. Romanus-MD

    Pembedaan Roh: Pastor Eksorsis Keuskupan Agung Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Discernment (Pembedaan Roh) merupakan karunia dari Tuhan dimana manusia dimampukan untuk menelaah kehidupan nya secara menyeluruh, yakni sejauh mana kehidupan manusia sudah sejalan dengan bimbingan Roh Kudus.

    Seminar tentang Eksorsisme sesi ketiga ini, diambil dengan tema Discernment alias Pembedaan Roh, yang diadakan secara Webinar dari Rumah Santo Dominikus, Pontianak pada Minggu 27 September 2020.

    Dalam seminar Webinar dibawakan langsung oleh praktisi Eksorsisme Keuskupan Agung Pontianak P. Johanes Robini Marianto, OP, bersama dr. Siusanto Hadi (dokter kesehatan) dan acara dimoderatori oleh Sujanto Tjokro.

    Acara Webinar ini diorganizer langsung oleh Tim Pelayanan Rohani Maria Bunda Maria Ratu Rosari yang  dimulai dari Jam 10.00-15.00 WIB. Semua peserta yang terkonifrmasi ikut ada 410 peserta namun pada hari H kegiatan seminar ada 380 peserta zoom.

    TONTON: Discernment (Seminar Eksorsisme Zoom Meeting)

    Calon peserta yang mengikuti acara webniar ini dibuat persyaratan yaitu, seluruh peserta harus peserta yang telah mengikuti webnar pertama dan kedua yang tempo hari sudah dilaksanakan secara webinar yang serupa.

    Semua donasi yang didapatkan dari pendaftaran webinar lewat Zoom Meeting ini akan diberikan untuk misi Ordo Pengkotbah (OP) di Kalimantan Barat dan para Frater Postulan OP di Pontianak.

    Dalam sesi pertama yang dibawakan langsung oleh P. Johanes Robini Marianto, OP ia menjelaskan bahwa Discernment atau Pembedaan Roh itu adalah karunia asali yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Sedari awal penciptaan manusia = Adam dan Hawa, manusia sudah memiliki karunia alami dari Allah. Karena itulah kenapa Adam dan Hawa bisa mendengar suara jejak kaki Tuhan dari kejauhan, dan Hawa bisa berkomunikasi dengan ular.

    Johanes Robini Marianto, OP mengaku bahwa orang Katolik harus tahu hal-hal semacam ini, agar tidak salah digunakan. Eksorsisme sebetulnya bukanlah seperti apa yang kita bayangkan selama ini. Selama ini apa ayang dikenal dengan dengan kegiatan eksorsisme adalah hal-hal yang cenderung menyeramkan, padahal eksorsisme sendiri adalah kabar gembira dan doa yang dilakukan dengan mengandalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala Gereja sendiri.

    “Mengusir Setan pada intinya adalah waktunya Tuhan, Imam hanya perantara. Mengusir setan bukan pula dengan suara yang keras tapi Iman yang keras,”kata Pastor Johanes Robini, OP.

    Dalam seminar itu P. Johanes Robini, OP juga menjelaskan perbedaan antara Preternatural dan karunia dari Tuhan.

    “Dalam urutan penciptaan digunakan lebih memilih real dari roh murni diciptakan atau host malaikat. Apa pun di atas dunia materi tetapi di bawah supernatural. Setelah Jatuhnya Malaikat: Dunia Preternatural hanya diterapkan pada malaikat yang jatuh (Iblis) dan aktivitas mereka,”kata P. Johanes Robini dalam sesi pertama seminar Zoom.

    BACA JUGA: Pater Giocondo percaya prioritasnya adalah Yesus

    In The order of creation it is used prefer to the reals of the pure created spirits or the angelic hosts. Anything above the material world but below the supernatural. AFTER The Fall of the Angels: The Preternatural world is solely applied to the fallen angels (Demons) and their activities.”

    Para teolog abad pertengahan membuat perbedaan yang jelas antara natural, preternatural, dan supernatural. Salah satunya yaitu Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa Supernatural : God’s unmediated actions, Natural : what happens always or must of the time. Preternatural : what happens rarely, but nonetheless by the agency of created beings… Marvel belong, properly speaking, to the realm of the preternatural. Demons could manipulate the idea of nature by a form of trickery, to deceive the unwary into believing they had experience real miracles.

    Pastor Robini menjelaskan pendapat Santo Thomas Aquinas tentang Supernatural adalah Tindakan Tuhan yang tidak dimediasi, Alami yaitu apa yang terjadi selalu atau harus pada waktunya. Sedangkan Preternatural bisa apa yang jarang terjadi, tetapi tetap saja oleh agen makhluk ciptaan… Marvel, secara tepat, termasuk dalam alam preternatural. Setan dapat memanipulasi gagasan tentang alam dengan suatu bentuk tipu daya, untuk menipu orang yang tidak waspada agar percaya bahwa mereka mengalami mukjizat yang nyata.

    Dalam seminar itu, Pastor Robini menjelaskan bahwa bagi peserta yang telah mengikuti seminar dua sesi sebelum sesi Pembedaan Roh, para peserta diharapkan untuk lebih mengerti dan memahami agar tidak langsung mengatakan atau men- Judge orang-orang yang diduga terkena black magic atau hal lain yang bersinggungan dengan hal tersebut.

    Pastor Robini juga menjelaskan bahwa pada abad ke-16, istilah “supernatural” semakin sering digunakan untuk merujuk pada aktivitas setan yang sebanding dengan penggunaan sihir oleh para ahli manusia. Iblis sebagai penyihir alami dapat melakukan banyak tindakan dengan cara di atas pengetahuan manusia meskipun tidak melampaui kekuatan alam manusia. Meskipun Iblis dapat memanipulasi penyebab alami dengan ketangkasan manusia super dan dengan demikian menghasilkan keajaiban, sebagai makhluk belaka, mereka tidak akan pernah bisa melampaui dari yang supernatural ke supernatural dan membuat keajaiban asli.

    Ia juga mengatakan bahwa kehilangan keinginan untuk berdoa dan devosi dan latihan spiritual merupakan reaksi dari si setan. Reaksi kekerasan atau luar biasa terhadap doa dan sakramental (mis. Air suci, patung-patung yang diberkati) dan Ekaristi. Ada juga tindakan Penghujatan dalam pikiran dan aktual di mulut.

    Reaksi lain yang dapat ditemui yaitu tidur dalam homili dan Bacaan Suci (misalnya Injil) dan Konsekrasi selama misa. Ada suara-suara yang tertinggal di pikiran untuk melakukan hal-hal spiritual pada awalnya, tetapi bertentangan dengan Gereja pada akhirnya. Kebiasaan halusinasi penampakan dan keinginan untuk menghujat adalah salah satu contoh reaksi yang kasat mata bisa dilihat.

    Pastor Robini juga mengatakan ada juga semakin banyak orang berdoa, semakin orang itu merasakan sakit fisik atau gangguan emosi.

    “Flagildions” seperti dalam kasus orang-orang kudus; misalnya Padre Pio, John Maria Vianney. Pengaruh dari si jahat memampukan orang memiliki kemampuan meramal masa lalu, masa kini dan masa depan yang tersembunyi dan biasanya tidak bisa diketahui.

    Eksorsisme adalah sakramental. Ini adalah doa Gereja dengan Kepalanya; Yesus Kristus, hal ini ada dalam bentuk ritual yang disetujui oleh Gereja (1614/2001). Dilakukan oleh Exorcist yaitu seorang Imam yang ditunjuk oleh Ordinaris (Uskup) wilayah. Itu adalah iman Gereja yang universal.

    BACA JUGA: Dimana Ada Kasih, disitu ada Tuhan; Mgr. Agus

    Tidak untuk dilakukan oleh awam dan bahkan imam tanpa izin dari Ordinaris wilayah. Hal yang paling menjadi pokok dalam ritual eksorsisme yaitu kerahasiaan orang yang diusir. Karena untuk melindungi privasi dari korban.

    Pastor Robini juga mengatakan untuk medoakan orang yang terkena pengaruh Roh Jahat bisa didoakan oleh siapapun, namun untuk Ritual Eksorsisme hanya imam yang ditunjuk oleh Uskup setempat.

    “Singkatnya, dalam keadaan darurat siapa pun bisa berdoa untuk musyawarah. Namun dalam situasi normal, semua harus mengikuti arahan hierarki,” katanya.

    Dalam iman Katolik, tidak ada perbedaan ilmu hitam dan ilmu putih, karena dua hal ini datang dari si setan.

    “Eksorsisme atau pembebasan TIDAK mementingkan iblis. Justru sebaliknya: ini adalah kabar baik tentang keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus. Apa pun, di luar ritual dan agama yang disetujui Katolik, tradisi saleh, tidak diperbolehkan,” tambahnya.

    Kegiatan seminar satu hari itu, ditutup dengan berkat penutup oleh Pastor Johanes Robini Marianto, OP, untuk semua peserta yang ikut dalam seminar eksorsisme sesi ketiga, pada minggu 27 September 2020.-

    By. Samuel-MD

    Pater Giocondo percaya prioritasnya adalah Yesus

    Pater Giocondo lahir di kota Popetto, Italia pada tanggal 27 September 1870. Giovanni dan Maria Fiasela adalah orangtuanya.

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Pater Giocondo lahir di kota Popetto, Italia pada tanggal 27 September 1870. Giovanni dan Maria Fiasela adalah orangtuanya. Ayahnya seorang penjahit dan petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Pater Giocondo mempunyai 4 saudara- Caterina, Bentivoglio, Luigi dan David.

    Pater Giocondo adalah anak ketiga. Dia bertumbuh dalam lingkungan yang miskin tetapi tempat yang penuh harapan di mana bisa merasakan kedekatan  dan kehadiran Tuhan.

    Ayahnya tidak terlalu kuat sehingga lebih banyak waktu tinggal di rumah sebagai penjahit dan meminta orang mudah yg sudah yaitim piatu untuk bekerja di beberapa tanah, sawah dan kebun anggurnya.

    Dia memberi banyak waktunya untuk mendidik anak-anaknya. Maria Fiasella sebagai ibu Pater Giocondo, sangat memperhatikan iman anak-anaknya. Dia mengajar katekese sebagai dasar iman, dan yang terpenting ibu Fiasella mempunyai iman yang begitu besar kepada Yesus.

    Dia selalu menasihat Pater Giocondo dan saudaranya dengan kalimat ini: “Jadilah anak-anakku yang baik seperti malaikat pelindung kalian. Jangan berbuat dosa dan berbuatlah yang baik kepada sesamamu. Jangan berbuat kesalahan kepada siapapun dan jangan bermalas-malasan. Dia juga selalu mengingat Pater Giocondo bahwa dalam orang-orang miskin yang mengetuk pintu rumah mereka dan memiminta makanan di situlah Yesus hadir.

    Satu kali ada orang miskin mengetuk pintu rumah mereka. Ibunya berkata: “Berikan kepada dia makananmu. Hari ini Anda akan lapar untuk orang ini.” Pater Giocondo menaati pemintaan ibunya, tetapi sesudah itu ibunya berbagi makanannya kepada Giocondo.

    Pater Giocondo sangat yakin dan percaya bahwa prioritasnya adalah Yesus dan baru orangtuanya.

    Setiap malam keluarga Pater Giocondo berkumpul di ruangan untuk berdoa Rosario. Doa rosario adalah doa favorit Pater Giocondo, melalui ini dia bertumbuh dalam devosi kepada Bunda Maria. Pater Giocondo pertama kali mengikuti ziara ketika dia umur 9 tahun.

    BACA JUGA: Perayaan Ulang Tahun Kongregasi Bruder MTB ke-166

    Kita melihat dari keluarga Pater Giocondo bagaiman orangtuanya mempengaruhi yang begitu besar masa depannya.  Ketika dia memutuskan masuk sebagai Dominikan orangtuanya tidak setuju karena orangtuanya ingin Pater Giocondo masuk sebagai projo sama dengan pamannya.

    Pater Giocondo sungguh-sungguh berdoa dan bulat atas keputusannya untuk menjadi seorang Dominikan. Pertama kali dia meminta ijin untuk masuk dalam Ordo Dominikan dia ditolak sebagai ujian panggilannya. Pater Giocondo mengakui bahwa ini adalah kesulitan yang terbesar untuk dia, dia berangkat dari tempat itu dengan jiwanya yang penuh harapan dan ketakutan. Satu saja yang dia bisa lakukan yaitu menangis dan berdoa banyak di kaki Bunda Maria. Dia menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Bunda Maria selama momen krisis dalam hidupnya.

    Pater Giocondo ditahbiskan pada tanggal 23 Desember 1893. Beliau selalu menolong para frater-calon iman. Karena dia melihat bahwa makin banyak  imam  makin banyak jiwa yang bisa diselematkan. “Jiwa yang diselamatkan bernilai lebih dari semua kekayaan yang Anda kumpulkan.”

    Saudara-saudariku yang terkasih Pater Giocondo mengingatkan kita semua untuk:

    1. Cinta kita harus diberikan kepada Yesus dan baru kepada orangtua kita dan orang lain. Kenapa? Karena Yesus adalah sumber kebahagiaan yang kekal.

    2. Kemiskinan materi bukan halangan untuk menjadi seseorang yang bisa berhasil, bisa membantu banyak orang, menjadi orang yang baik dan suci kalau kita menjadikan Yesus sebagai harta utama dalam kehidupan kita. Bagaimana? Berdoalah supaya bisa memutuskan dengan baik dan sesuai kehendak Tuhan, mendengar kehendakNya dan melaksanakannya dalam hidup kita sehari-hari.

    3. Keluarga adalah tempat di mana Yesus tinggal, di mana keluarga saling mengampuni, mengerti, memahami, menolong, mendengar, dan mendukung dan sebagainya. Jadikanlah keluarga kita masing-masing menjadi tempat di mana Yesus tinggal.

    4. Doa Rosario, Ekaristi dan studi penting dalam kehidupan kita semua. Kita mengikuti Ekaristi bukan hanya kewajiban melainkan bagian kehidupan kita sama seperti makanan yang bisa menguatkan jiwa dan raga kita. Doa Rosario membantu kita lebih dekat kepada Bunda Maria, teladan kesetiaan, teladan kesabaran, ketekunan dalam doa dan iman yang kuat kepada  Yesus. Kita terus-menurus belajar bukan hanya dari  buku yang kita baca setiap hari di ruang belajar melainkan dari buku kehidupan kita sehari-hari. Kegagalan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan menjadi pelajaran untukkita menjadi orang yang rajin berdoa, terbuka atas rahmat Yesus dan rendah hati mengakui kesalahan kita terhadp Tuhan dan sesama kita. Keberhasilan dan kebaikan kita terhadap orang menjadi bukti cinta kita kepada Yesus dan tanda bahwa kita hanya mengambalikan kebaikanNya.

    5. Menjadi orangtua adalah anugerah yang besar dan tanggung jawab yang besar. Orangtua mempengaruhi anak-anak mereka yang begitu besar dalam  pada masa depan. Jadilah orangtua yang baik. 6 Jangan sia-siakan hidup Anda, masa muda dan tua, prioritas kita selalu adalah Yesus-sumber kebahgiaan yang kekal. Kita diingatkan oleh Pater Giocondo untuk berani memberi hidup kita demi Tuhan dan saudara-sudari kita yang miskin dan berkekurangan.

    “Ya, memang kita tidak sempurna, selama kita hidup pasti kita akan terus jatuh dalam dosa dan rasa takut, putus-asa dan kecewa tetapi kita harus terus-menerus berjuang karena Yesus selalu menyertai kita. Yesus adalah penyelamat kita dan ingin menjadi guru kita selama kita ada di dunia ini.”

     

    Perayaan Ulang Tahun Kongregasi Bruder MTB ke-166

    Suasana Misa Perayaan 166 Tahun Bruder MTB di Sepakat II- Keuskupan Agung Pontianak
    Suasana Misa Perayaan 166 Tahun Bruder MTB di Sepakat II- Keuskupan Agung Pontianak

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Jumat 25 September 2020, Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Pontianak mengukir peristiwa gembira yang patut disyukuri, yaitu Perayaan Ulang Tahun Kongregasi Bruder MTB yang Ke-166 Tahun di Biara Bruder MTB, Jalan Sepakat 2, Blok P, No. 123 Pontianak.

    Perayaan ini dibuka dengan misa syukur di Kapel Bonaventura yang dipimpin oleh Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap.

    “Semoga kabar sukacita semakin berkembang dan bertambah oleh mereka yang dilayani,” ucap Pastor Gathot OFMCap seraya memulai perayaan misa syukur tersebut yang berlangsung selama 1 jam.

    Setelah perayaan misa, umat diajak untuk berbaur dalam acara ramah tamah di Aula Biara Bruder MTB.

    Mereka menikmati santap malam diiringi lagu-lagu daerah. Raut wajah bahagia terpancar ketika menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama. Walaupun demikian, mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan jaga jarak.

    Ketua Dewan Pimpinan Umum Bruder MTB, Bruder Rafael MTB mengungkapkan bahwa Perayaan Ulang Tahun Kongregasi MTB yang Ke-166 se-Indonesia ini dilaksanakan di masing-masing komunitas yang berada di Indonesia sebagai bentuk ucapan syukur untuk mengingat dan melihat kembali perjuangan-perjuangan para pendahulu sebelumnya.

    “Para pendahulu adalah sosok yang gigih, mau bekerja keras, saleh, disiplin, dan sangat setia dalam mengembangkan karya serta selalu memperhatikan para kaum muda. Nilai-nilai ini masih diteruskan dan dikembangkan oleh bruder MTB di zaman milenial ini,” ungkapnya.

    BACA JUGA: FRKP West Borneo Vespa Lovers Rayakan Hari Jadi dengan Seminar Pengurangan Penggunaan Plastik

    Bruder Rafael MTB memaparkan bahwa ada 42 Bruder MTB yang berkarya di komunitas-komunitas di Kalimantan Barat meliputi region Pontianak, Singkawang, Kuala Dua, Putussibau, dan Sekadau.

    Bruder MTB memfokuskan pelayanan dan karya di pembinaan kaum muda yang meliputi bidang pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Kemudian mendirikan asrama putra dan putri yang menampung orang-orang muda dengan jumlah sekitar 800 orang.

    Selain bidang pendidikan, Bruder MTB juga berkarya di bidang pertanian, pelatihan menjahit, komputer, dan bahasa inggris untuk anak anak yang tidak bersekolah supaya mempunyai bekal untuk bekerja. Kemudian, Bruder MTB juga terlibat dalam karya pastoral untuk membantu paroki mendampingi kaum muda dan melatih paduan suara.

    “Semoga Bruder MTB selalu setia pada panggilan Tuhan, mampu mengikuti perkembangan zaman era globalisasi ini, serta giat membantu mereka yang lemah secara fisik,” demikian harapan Bruder Rafael MTB.

    By. Ridwan- (Foto: Rudi)- MD.

    FRKP West Borneo Vespa Lovers Rayakan Hari Jadi dengan Seminar Pengurangan Penggunaan Plastik

    SUASANA seminar Pengurangan Penggunaan Plastik dalam rangka hari jadi FRKP West Borneo Vespa Lovers yang ke-2, Kamis (24/09/2020). (FOTO: IST/FRKP West Borneo Vespa Lovers)

    MajalahDuta.com, Pontianak – Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) West Borneo Vespa Lovers memperingati hai jadi yang kedua pada Kamis, 24 September 2020.

    Setelah kegiatan pertama sukses dengan penanaman pohon, komunitas pecinta Vespa tersebut menggelar seminar tentang Pengurangan Penggunaan Plastik Sebagai Salah Satu Bentuk Peduli Lingkungan.

    Seminar ini menghadirkan nara sumber antara lain RP Prof Dr William Chang OFM Cap, RP Dr Mayong Andreas Acin OFM Cap, Hendrikus Adam dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar, dan Dr Adrianus Asia Sidot MSi yang merupakan anggota DPR RI.

    Ada pun peserta yang hadir antara lain Ketua IMI Provinsi Kalbar Yuliansyah, pengurus KONI Kubu Raya, anggota Club Arteri Garage, Scooter Freedom, Borneo Scooter Adventure, Ladies Scoot, Vespa Suks Suka, Generasi Scooter Liar, Motor Besar Club, Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pontianak, King Ratle Club, serta mahasiswi Poltekkes.

    BACA: Santo Dominikus adalah Petani Kristus yang Bekerja di Kebun Yesus untuk Membantu-Nya

    Kegiatan dilaksanakan di Rumah Retret St Fransiskus Tirta Ria, Jl Adisucipto, Kubu Raya, dengan menggunakan protokol Covid sesuai peraturan pemerintah.

    Selesai seminar, dilanjutkan pembagian masker gratis serta kantong kertas. Hal ini sebagai bentuk aplikasi dari teori-teori tentang pengurangan pemakaian plastik di bundaran Tugu Digulis, Universitas Tanjungpura (Untan).
    Ketua IMI Pemprov Kalbar, Yuliansyah, mengapresiasi kepada FRKP WB Vespa Lover atas prakarsa penanaman pohon serta seminar tentang pengurangan pemakaian plastik.

    ” Persoalan lingkungan hidup tidak bisa disepelekan. Karena menyangkut masa depan kita dan anak-anak kita ke depan. Limbah plastik adalah masalah besar. Jika tidak diantisipasi dengan arif dan bijak, bisa berbahaya. Karena limbah plastik tidak mudah terurai,” kata Yuliansyah.

    Yuliansyah menambahkan, “Maka itu kita harus meminimalisir penggunaan plastik. Gunakan plastik hanya seperlunya saja. Lebih baik menggunakan barang yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Harapan saya, jagalah lingkungan sebaik-baiknya untuk kebaikkan kita bersama.”

    Yuliansyah menambahkan, semoga masyarakat bisa disiplin menyukseskan program ini.

    Sementara itu Ketua FRKP WB Vespa Lovers, Binsar Sibarani SSos, dalam sambutannya mengatakan bahwa merasa sangat plong karena kegiatan dalam menyambut HUT ke-2 FRKP WB Vespa Lovers ini dapat berjalan dengan sangat baik, sesuai rencana.

    ”Luar biasa giat kita ini yang dihadiri langsung oleh Ketua IMI Pengprov Kalbar, serta dapat menghadirkan nara sumber yang sangat berbobot sesuai kapasitas keilmuannya. Sehingga para peserta benar-benar diperkaya. Terima kasih kepada saudara pencinta si mesin kanan serta klub-klub lain di luar Vespa yang sudah mengirimkan wakilnya untuk menghadiri undangan kami,” kata Ketua FRKP WB Vespa Lovers, Binsar Sibarani SSos.

    Salah seorang peserta dari Ladies Scoot yakni Hera Balado merasa senang dengan adanya giat seperti ini. “Dengan demikian kesan masyarakat bahwa para pencinta si mesin kanan ini hanya hura-hura dan mengukur jalanan tidak terbukti. Kita lihat giat budak vespa hari ini, bise gak diajak diskusi secara ilmiah, akademis. Di sinilah kelebehan budak vespa, bise masok dalam pelbagai hal. Sukses untok FRKP WB Vespa Lovers, kamek tunggu giat-giat selanjotnye,” tutupnya.

    Sementara itu Pimpinan Ordo Kapusin Maria Ratu Para Malaikat, RD Dr Mayong Andreas Acin OFM Cap mentatakan, “Selamat HUT ke-2 FRKP West Borneo Vespa Lovers. Terimakasih kepada Br Stephanus Paiman OFM Cap dan seluruh panita yang telah menganimasi aneka kegiatan berkaitan dgn Perayaan HUT ini.”

    Pastor Mayong begitu biasa dia dipanggil mengatakan, “Terimakasih banyak atas upaya penanaman pohon yang telah dilakukan di Rumah Pelangi dan kegiatan seminar yang telah berlangsung sangat baik.”

    RD Dr Mayong Andreas Acin OFM Cap menyebutkan, kegiatan ini sangat selaras dengan visi dan misi Ordo Kapusin Provinsi Pontianak yang sangat peduli pada pelestarian lingkungan hidup.

    “Inilah upaya yang kita lakukan untuk merawat Ibu Pertiwi, rumah kita bersama karena generasi yang akan datang berhak menikmati apa yang kita nikmati sekarang. Kepedulian pada lingkungan hidup juga berarti kepedulian pada generasi yg akan datang. Semoga FRKP West Borneo Vespa Lovers semakin menjadi berkat bagi banyak orang, semakin dikenal dan dicintai masyarakat.”

    Ketua Komsos KAP Paulus Mashuri: Jangan Mandai-mandai Buat Berita

    MajalahDUTA.com, Pontianak -“Jangan mandai-mandai buat berita.” Hal tersebut diungkapkan oleh Paulus Mashuri sebagai ketua Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak kepada empat mahasiswi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, dalam pelatihan radio di Jl Imam Bonjol No 338, Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

    Pelatihan satu hari ini, dilaksanakan pada Kamis 17 September 2020 di Aula Rapat Komisi Sosial Keuskupan Agung Pontianak (Komsos KAP) ditemani oleh Fransiskus Edy OP. Fransiskus Edy OP, adalah awan Ordo Dominikan yang saat ini menjabat sebagai Manajer Stasiun Radio Diah Rosanti, radio milik Keuskupan Agung Pontianak. Hadir pula Udin sebagai kakak senior di Radio Diah Rosanti untuk menemani empat mahasiswi dari IAIN Pontianak.

    Dalam materi yang disampaikan oleh Paulus Mashuri tersebut, ia menjelaskan prinsip-prinsip dan poin penting dari seorang jurnalis, yaitu mengutamakan fakta terlebih karakter diri yang tahan banting.

    Dalam sesi tersebut ia juga membedakan antara menjadi seorang jurnalis radio dan penulis jurnalistik. Oleh sebab itu, hal yang harus diutamakan dalam peliputan dan menyajikan berita tidak boleh ditambah-tambah. Jika A katakan A, jika B maka katakan B.

    BACA: Dimana Ada Kasih, disitu ada Tuhan: Mgr Agus

    “Jadi jurnalis itu, jangan mandai-mandai untuk nambah berita alias jurnalis ‘MM,’ tulislah berita sesuai dengan apa yang terjadi,” ujar Paulus Mashuri.

    Sebagai manajer stadiun di Radio, Fransiskus Edy OP mengaku bahwa kadang ilmu teori yang didapat bangku kuliah harus dilengkapi juga dengan ilmu praktik. Maka dari itu, pelatihan ini adalah informasi tambahan untuk mahasiswi yang magang di Radio Diah Rosanti.

    “Harapan kami sebagai orang tua yang mengasuh mereka dalam magang di Radio Diah Rosanti, kedepannya ilmu tambahan yang mereka latih dan telah mereka dapatkan, bisa menjadi bekal mereka bekerja kedepan,” ujarnya.

    Ia juga menambahkan bahwa ilmu yang mereka dapat selama mereka magang di radio, bisa juga mereka terapkan dalam bidang pekerjaan lain.

    Dimana Ada Kasih, disitu ada Tuhan; Mgr. Agus

    MajalahDUTA.com – Setidaknya itulah yang Mgr. Agustinus Agus katakan dalam menutup sambutan dalam acara perayaan 110 tahun Rumah Sakit St. Vincentius Singkawang pada Sabtu, 5 September 2020 di Aula Sr. Alena Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang Jl. P. Diponegoro No.5, Pasiran, Singkawang Bar., Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

    Siang itu tepat pada hari Sabtu 5 September 2020 acara misa syukur dipimpin langsung oleh Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak sebagai selebran utama dan didampingi oleh P. Frederik Samri OFMCap dan diikuti oleh peserta undangan yang terbatas berhubung dengan suasana Covid19. Misa syukur dimulai pada pukul 09.00 WIB dan usai misa, dilanjutkan dengan pelantikan direksi baru Rumah Sakit  St. Vincentius Singkawang.

    Dalam kesempatan sambutan Uskup Agung Pontianak, ia sangat mendukung dengan sikap yang menggedepankan kemajuan dalam bidang teknologi informasi. Mgr. Agus mengatakan bahwa sekarang manusia tidak bisa lagi menghindari perkembangan zaman seperti teknologi, kedepan itulah yang harus diutamakan.

    “Memang banyak tantangan, covid19 tidak akan lari dari muka bumi. Ibarat kita bertemu dengan harimau yang buas, secara fisik kita tidak mungkin akan mampu membunuhnya, maka bagaimana kita menjamin persahabatan dengan harimau yang ganas itu,” katanya.

    Mgr. Agus mengatakan bahwa Kasus covid19 ini adalah hal yang tidak biasa, maka hal itu juga harus mengatasinya dengan cara yang tidak biasa juga dan itulah yang harus dicari jalan keluarnya bersama.

    “Tapi dalam hal ini bagi saya yang mendorong kita adalah semangat yang mendorong kita, untuk melaksanakan apa yang bisa kita tuangkan dalam program kerja,” ujarnya.

    Rumah Sakit Santo Vincentius ini adalah Rumah Sakit milik Keuskupan Agung Pontianak yang dikelola oleh para Suster dari SFIC dengan Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius. Tepat pada hari Sabtu 5 September 2020 telah diangkatnya dr. Nurtanti Indriyani, MPH sebagai direktur Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang untuk Periode 2020-2023.

    Dalam kesempatan itu ada dua acara sekaligus yang dilaksanakan yaitu antara lain Pelantikan Direksi Rumah Sakit Santo Vincentius dan Perayaan 110 Tahun Rumah Sakit Santo Vincentius. Adapun para direksi yang dilantik yaitu dr. Nurtanti Indriyani MPH (direktur), dr. Hendry Halim, Sp.PD, dr. Melda, M.Sc. Sp.A, Ns. Ignatius Nandang, S.Kep CWCS, Sr. Fransiska Nurhayati SFIC dan Sr. Ancilla Pangan SFIC.

    Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan Lagu Mars Rumah Sakit Santo Vincentius. Lanjut dengan pelantikan direksi RSSV, kata sambutan kemudian lanjut dengan menyanyikan lagu Bagimu Negeri.

    Sebagai ketua Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius, Sr. Sabina Linin, SFIC melakukan penandatanganan berita acara, dilanjutkan dengan pelantikan direksi Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang dengan masa bakti 2020-2023. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Sr. Yulita Imelda, SFIC dan Sr. Lidwina, SFIC untuk menjadi saksi dalam pelantikan Direksi Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang.

    Dalam homilinya, Uskup Agung Pontianak juga menegaskan bahwa untuk ulang tahun yang ke 110 tahun, tentu usia yang tidak muda lagi.

    “Jika kita melihat momen ulang tahun semacam ini, pastinya kita juga tidak terlepas dari melihat masa lalu, menjalani hari di masa kini dan melihat jauh ke masa depan,” katanya (05/09/2020).

    Ia mengatakan bahwa melihat masa lalu, artinya tidak boleh melupakan para inisiator, para pendiri dan terutama mereka yang sudah mendahului menghadap Bapa di surga. Mgr. Agus mengajak semua anggota untuk berdoa agar tetap dilindungi Tuhan dan ia yakin mereka yang sudah bersama Bapa di Surga sudah mendoakan generasi saat ini yang bekerja.

    Selanjutnya, tantangan selalu ada maka dari itu Mgr. Agus menekankan kepada para dokter sebagai pribadi yang bekerja mereka tidak bisa berdiri sendiri, harus ada kebersamaan untuk melanjutkan karya yang mulia ini. Oleh karena itu dengan kesempatan ini Uskup Agus memohon bantuan Tuhan untuk bisa melanjutkan karya  rumah sakit yang sungguh-sungguh dibutuhkan di saat ini.

    “Hari ini, akan dilantik para direksi yang baru, mari kita doakan mereka agar mampu melanjutkan karya yang sudah dimulai 110 tahun yang lalu,” katanya.

    Selaras dengan Injil yang dibacakan sabtu itu, di dunia ini tidak ada hal yang sempurna. Tadi dalam Injil kita mendengar bahwa Yesus dikecam oleh orang Farisi karena dianggap melanggar peraturan karena hari sabat orang tidak boleh bekerja tetapi murid-murid Yesus memetik Gandum pada hari sabat.

    “Saudara-saudari yang terkasih, ini pertanda bahwa tidak ada kebijakan didunia ini yang sempurna. Oleh karena itu dalam Gereja Katolik ada istilah yang dikatakan Ecclesia reformata semper reformanda  atau Gereja Reformasi yang terus membaharui  diri atau gereja diperbaharui terus menerus,” tegas Uskup.

    Sekarang pro dan kontra, sehat dulu atau makan dulu?

    Bagi Uskup ini sama halnya dengan mendebatkan telur atau ayam yang lebih dahulu. Pro dan kontra itu yang membuktikan bahwa kebijakan yang ada dimuka bumi ini tidak semua sempurna.

    Banyak contoh yang bisa diambil, salah satunya yaitu “Suatu ketika ada perempuan yang tertangkap berzinah, dibawa ke hadapan Yesus. Dan menurut aturan setempat wanita ini harus dihukum mati. Namun Yesus mengatakan; siapa yang tidak bersalah dan tidak pernah berbuat dosa hendaklah ia melemparkan batu pertama kalinya. Dan satu-satu pun mundur dari yang tua sampai yang muda. Cara Yesus mengatakan “saya pun tidak akan melempar batu kepada kamu, tapi pergilah dan jangan berdosa lagi, ”tuturnya.

    Mgr. Agustinus Agus juga mengajak untuk merenungkan perumpama itu karena, kadang dalam masyarakat penguasa hukum tidak digunakan untuk kepentingan banyak orang. “Kadang-kadang dalam hidup kita, kita memakai hukum bukan untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk keadilan orang tapi untuk rezeki kita sendiri, kantong sendiri, kelompok sendiri dan sebagainya,” ujarnya.

    Sebagai ketua Direksi baru ia mengatakan bahwa situasi saat ini merupakan situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan secara normal, dan karena itu ia berhadap semua tim untuk bisa sama-sama bergandengan tangan dan bekerja dengan motto yang sudah dipilih dan diperbaharui.

    Sebagai ketua direksi yang baru, dr. Nurtanti Indriyani, MPH juga menyampaikan informasi aktivitas-aktivitas selama pandemi covid19. Baik dari kinerja maupun keadaan kunjungan pasien.

    “Patut disyukur dengan situasi ini, Rumah Sakit Santo Vincentius tidak melakukan rasionalisasi seperti mem-PHK karyawan atau merumahkan karyawan, sebab untuk saat ini kita belum sampai pada tahap SDM yang dikurangi, ” katanya (05/09/2020).

    Ia juga mengatakan bahwa untuk bekerja dirumah sakit itu diibaratkan sebuah kapal yang harus berlayar ditengah ombak, dan ia juga tidak tahu sampai kapan Pandemi Covid19 akan berakhir. Mungkin sampai akhir tahun, mungkin tahun depan atau mungkin saja sampai vaksin covid19 telah ditemukan.

    “Istilahnya, kita harus bersiap dengan hal yang terburuk, dan berharap dengan hal yang terbaik,” katanya.

    Ia berharap kedepannya, manajemen baru untuk periode ini harus beradaptasi dan berinovasi dengan tema covid19, karena ini tidak bisa dihindari. Salah satunya dengan cara mempercepat transformasi digital.

    “Artinya penguatan dibidan IT, salah satunya kita mengurangi kontak dengan kontak dengan pasien atau pengunjung dengan harapan mengurangi kontak dengan pasien untuk mencegah penularan covid19,” tutur dr.Nurtanti.

    Kedepannya ia juga berharap dapat mengembangkan teknologi kedokteran yang harapannya dapat digunakan dalam pelayanan kepada pasien. Perkembangan teknologi itu juga ia mengatakan dapat mengefisiensi dibidang segala pelayanan, dengan tidak mengurangi mutu dan keselamatan pasien.

    Dalam kesempatan itu pula, sebagai ketua Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius Singkawang Sr. Sabina, SFIC mengucapkan selamat datang kepada seluruh pengurus direksi baru. Ia juga mengatakan bahwa melihat situasi saat ini, dimana covid19 ini sudah melanda seluruh dunia. Ia menyampaikan ada hal pokok yang bisa dilakukan di masa pandemi ini.

    “Meskipun pandemi covid19 melanda dunia, tentu dibalik itu juga ada hal positif yang bisa dipetik dalam masalah yang sedang berkembang saat ini. Salah satu contoh, sekarang keluarga bisa bersama-sama duduk di rumah,” tutur Sr. Sabina, SFIC (05/09/2020).

    Ia berharap dengan kepengurusan baru ini, untuk bersama-sama bekerja dan menjalankan tugas masing-masing agar mengedepankan semangat pelayanan kepada masyarakat.

    “Kalau pelayanan kita bagus, saya rasa Tuhan juga akan membantu kita untuk memberikan hal yang terbaik,” tambahnya.

    Selaras dengan itu, dalam kesempatan sambutan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus juga mengingatkan untuk melihat kembali ke Motto yaitu melayani dengan kasih.

    “Kasih bisa kita tunjukkan dengan gestur, gerak badan, dan kasih kita bisa lakukan dengan tutur kata dan cara kita berbicara dengan orang. Sebagai orang yang berada didalam organisasi Rumah Sakit St. Vincentius Singkawang, harus memilki sikap kebersamaan. Ibarat kata ‘berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’ dan situasi saat ini sangat diperlukan,” tutur Uskup Agus.

    Sebagai Pemilik Rumah Sakit St. Vincentius Singawang, Mgr. Agustinus Agus mengatakan bahwa tentu dari pihak Keuskupan akan memperhatikan, jika ada masalah dan kasus sekarang pasti pasti juga turun tangan. Namun, Mgr. Agus menganggap rumah sakit ini adalah anak yang sudah dewasa, bagaimana mengatasi masalah secara dewasa, tapi secara pribadi sebagai Uskup Agung Pontianak, tidak akan pernah mau lepas tangan dari situasi Rumah Sakit St. Vincentius ini, karena memang milik Keuskupan.

    Uskup Agung Pontianak juga mengharapkan keterbukaan antara rumah sakit dengan keuskupan karena sebagai Rumah Sakit adalah pelayanan yang sungguh muliah  dan itu sudah dimulai sedari 110 tahun yang lalu.

    Uskup Agung Pontianak juga menegaskan jika anggota melayani dengan kasih, dan bicara melayani tidak melulu bicara tentang uang. “Kasih itu juga bisa ditunjukkan dengan senyuman untuk orang, memberi salam, memberi hormat dan sikap empati kepada orang lain,” ujarnya.

    Sebelum menutup sambutannya, Mgr. Agus berpesan jangan pernah main-main dengan tutur kata dan bahasa karena itu sangat penting dalam sikap melayani.

    “Dimana ada kasih, disitu ada Tuhan dan kalau disitu ada Tuhan maka tidak ada yang tidak bisa kita selesaikan. Maka jika anda mengandalakan Kasih maka Tuhan hadir disitu dan Tuhan akan memberikan solusi,” tegas Mgr. Agus sembari menutup sambutannya.

    Dalam pandemi Covid 19 Seperti ini, ia ingatkan bahwa jangan tanya kapan selesai. Anggap saja Covid19 ini tidak akan selesai karena berangkat dari situlah tim yang melayani diajak untuk memiliki semangat berjaga-jaga. Jangan juga terlalu menganggap remeh, dan jangan juga terlalu takut berlebihan terhadap covid19.

    Namun hal yang harus dimiliki adalah sikap netral dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi, artinya seimbang dalam hidup. Karena hidup ini selalu ada kompromi dan pada akhirnya tidak ada yang sempurna. Sebab, dari zaman Adam dan Hawa tidak ada lagi yang mudah di dunia ini.

    “Berbuatlah dan bekerjalah dalam iman dan kasih, untuk kemuliaan Tuhan,” tambah Mgr. Agus.

    Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan Foto bersama dan makan siang bersama seluruh tamu undangan.

    Samuel-05/09/2020- RSSV Singkawang

    TERBARU

    TERPOPULER