MajalahDUTA.Com, Pontianak – Orang yang bekerja di dalam lembaga misi pendidikan milik Keuskupan Agung Pontianak harus serius dan mampu melihat kemungkinan perkembangan zaman. Hal ini diungkapkan Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus dalam sambutannya di Pelantikan Direktur Akper Dharma Insan dan Akbid St. Benedicta pada Senin, 21 Juni 2021.
Acara pelantikan direktur Akper Dharma Insan dan Akbid St. Benedicta dilaksanakan di Gedung Akper dan Akbid yang dihadiri langsung oleh segenap pengurus Yayasan dan Imam yang bertugas dalam misi Pendidikan itu.
Acara tersebut dimulai tepat pada Pukul 10.00 WIB yang didahuli dengan menyayikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, doa pembukaan yang dibawa oleh RP Mingdry Hanafi Tjipto, OP dan langsung dilanjutkan pembukaan sidang senat terbuka.
Acara tersebut dilakukan dengan pembacaan surat keputusan dan dilanjutkan dengan pelantikan direksi Akper Dharma Insan dan Direksi Akbid Santa Benedicta untuk masa bakti 2021-2022. Adapun yang dilantik yakni Ns Florensius Andri, M.Kep sebagai direktur Akper Dharma Insan, Ns Lydia Moji Lautan, M.Kep sebagai W.K I, Ns Eben Haezer Kristian, M.Kep sebagai W.K II dan Ns Usu Sius, S.Kep, M. Biomed sebagai W.K III.
Baca Juga: Para Imam di Mozambik mengecam penculikan “ratusan” anak-anak oleh para Jihadis
Sedangkan untuk kepengurusan Akbid yaitu, Trivina, SST., M.Kes sebagai Direktur Akbid St. Benedicta, Agnes Dwiana Widi Astuti, S.Si.T.,M.Kes sebagai W.K I, Tri Maharani, SST., M.K.M sebagai W.K II dan Efrosina Ludovika Kalista, SST., M.K.M sebagai W.K III.
Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus mengucapkan selamat kepada pengurus Direksi baru untuk Akper Dharma Insan dan Akbid St. Benedicta dan sekaligus berterima kasih kepada pengurus yang lama karena paling tidak sudah pernah mengambil andil dalam kepengurusan dan perkembangan pendidikan selama ini.
Dalam sambutannya, Mgr. Agustinus Agus mendukung penuh langkah-langkah yang diambil oleh ketua Yayasan.
“Jangan menoleh ke belakang, kedepan kita harus berani berubah, berani mengambil langkah-langkah yang tidak biasa. Karena yang kita hadapi ini sudah tidak biasa lagi. Maka jika kita mengambil langkah yang biasa lagi maka kita akan ketinggalan,” kata Uskup Agus.
Baca Juga: Paus Fransiskus ungkapkan bahwa orang miskin memungkinkan manusia untuk menemukan wajah sejati Bapa
Mgr. Agustinus Agus mengungkapkan bahwa hati nya sungguh ada untuk Akper dan Akbid selaras dengan mimpinya bahwa anak kampung pun bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
“Saya tidak mau kembali pada politik masa lalu,” lanjut Uskup, “dan tolong mari kita bangkit bersama. Berani berubah dan berani mengambil langkah-langkah yang luar biasa. Agar eksistensi Akper dan Akbid sungguh-sungguh dirasakan semua orang.”
Iman Katolik Harus Menjadi Inspirasi
Sebagai pemilik Akper Dharma Insan dan Akbid St. Benedicta, Mgr. Agustinus Agus mengungkapkan bahwa seluruh karya gereja dimanapun ia berada, harus mengedepankan kepentingan orang banyak Akper dan Akbid ini jelas milik Katolik dengan nuansa Katolik.
“Dan iman katolik harus menjadi inspirasi dan kita harus melaksanakannya terutama pelayanan untuk kepentingan orang banyak tetap menjadi fokus utama dan harus kita kedepankan,” lanjut Uskup. “Bukan hanya untuk kepentingan umat katolik saja, apalagi untuk karyawan-karyawan saja tetapi untuk banyak umat dan banyak orang, mohon maaf.”
Baca juga: Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Direktur Akper Dharma Insan dan Akbid Santa Benedicta Pintianak Periode 2021-2022
Dalam sambutannya Uskup Agung Pontianak mengutip Gaudium et Spes nomor 1 dalam salah satu ensiklik yang diterbitkan setelah Konsili Vatikan ke II tahun 1965 dikatakan “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Yesus.”
Mgr. Agus menegaskan tidak pernah gereja Katolik hanya memperhatikan kelompoknya. “Ini harap diketahui,” tambah Uskup, Yang paling penting cara orang katolik berkarya harus didorong dari inspirasi iman katolik itu.
Baca Juga: Tahta Suci: Tempat-tempat warisan budaya religius harus dilindungi dan dipromosikan
Dalam sambutan itu, Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus juga mengungkapkan pentingnya belajar teknologi yang ada dewasa ini. “Memang sekarang zamannya kecepatan dan perkembangan Teknologi, maka dari itu pentingnya kita menghayati itu semua dan mempraktekkanya untuk kepentingan banyak orang dan pelayanan.”
Inovasi adalah kata kunci
Kesempatan yang sama itu pula, RP Johanes Robini Marianto, OP sebagai ketua Yayasan mengisahkan kisah tentang brand HP Nokia yang melegenda namun sangat kelam perjalanan bisnis Nokia tersebut.
RP Robini mengisahkan “siapa dari kita yang tidak kenal brand HP Nokia? Merk ini melegenda di akhir 1990-an dan tahun 2000-an,” katanya. “Kita semua pasti pernah memegang HP Nokia. Tetapi sekarang: “Siapakah yang memakai HP merk Nokia?” Nokia bahkan dikabarkan bangkrut dan diakuisisi oleh Microsoft di tahun 2013. Dikatakan factor utama dari awal kehancuran Nokia adalah mulai adanya Apple di tahun 2007 dengan Iphone.”
Ia juga mengutip Kompas.com yang mengatakan ada tiga (3) kesalahan Nokia; yaitu (1) kualitas teknologi, (2) arogansi manajemen yang tidak mau mendengar dan melihat perubahan, dan (3) lemahnya visi misi (Kompas.com 30 Maret 2021). Ketiga kesalahan ini membuat Nokia tidak bisa inovasi. Inovasi adalah kata kunci untuk perkembangan (kemajuan), mendengarkan pasar, dan kreativitas untuk selalu memunculkan hal baru yang menantang dan canggih. Kegagalan ini membuat Nokia tidak lagi menjadi “leading” (bahkan jatuh terperosok) di teknologi HP dunia,
Tiga puluh (30) tahun yang lalu semua pasti mengenal SPK yang kemudian berevolusi menjadi AKPER dan AKBID. Saat itu kita ini “leading industry” (kalau boleh dikatakan demikian) di dunia Pendidikan keperawatan dan kebidanan. Mungkin saat itu kita satu-satunya yang ada dan masyarakat Kalbar tidak ada pilihan.
Baca Juga: Mahasiswa STKIP Pamane Talino lakukan Bakti Pendidikan di Tumbang Raeng
“Sepuluhan (10-an) tahun yang lalu mulai muncul AKPER/AKBID lainnya di kota Pontianak atau Kalbar,” lanjut Pastor Robini, “Mereka bahkan sudah mendahului kita di program studi yang bukan hanya D3, melainkan S1. tu sudah satu inovasi! Kita belum bicara, dan saya belum tahu juga, bagaimana dosen mereka (tentu ada hubungan dengan rekruitmen) dan juga visi-misi mereka serta jaringan yang mereka miliki. Sekarang kita berteriak kurang mahasiswa/mahasiswi dst dst. Indikator utama memang angka mahasiswa. Belum lagi isu-isu yang berkembang tentang kita. Saya katakana “isu” karena bisa benar/bisa tidak.”
“Kita memang masih punya nama. Yes! Bupati Carolin mengatakan di depan umum dan kepada saya pribadi. Namun banyak yang mengingatnya sebagai kejayaan tempo doeloe,” tambah Pastor Robini.
Business is NOT as usual
Dalam sambutan itu, RP Johanes Robini Marianto, OP mengungkapkan bahwa masalah manajemen menjadi besar kalau saya katakan, secara alam bawah sadar, kita jatuh pada “arogansi manajemen” yang turut menghancurkan Nokia; yaitu tidak mau mendengar pasar, tidak mau berubah dan adaptasi serta inovasi, dan hanya mengandalkan kejayaan masa lalu. “Kita kalau tidak sadar dan terbuka mengakui masalah kita (bukan hanya menyangkal atau denial), saya khawatir kita akan menjadi Nokia baru!” tambahnya.
“Ketika kita melantik direksi-direksi baru, sebagai Ketua Yayasan, saya mengingatkan beberapa hal,” kata Pastor Robini.
Business is NOT as usual! Hal ini diperparah dengan pandemi Covid-19. Tidak ada yang paten lagi. Dahulu kita tidak kenal Zoom. Sekarang semua tahu dan terpaksa harus tahu Zoom. Prediksi ke depan, paling tidak lima (5) tahun ke depan, masalah Covis-19 masih akan menghantui kita. Dan bukan hanya itu saja, pola yang tercipta dengan pemakaian tehnologi di dunia Pendidikan sudah mulai memasuki generasi 4.0. Disrupsi, kata orang.
“Maka kalau kita masih berpikir, sadar atau di bawah sadar, dunia masih kayak 3 tahun yang lalu, kita sudah sangat sangat salah,” katanya.
Untuk itu inovasi dibutuhkan. Inovasi di dalam kurikulum, metode pengajaran dengan mengikutsertakan tehnologi, kebutuhan akan daya saing dengan para “competitor,” dan strategi marketing yang up to date. Kalau tidak ada, maka kita akan menjadi Nokia.
Baca Juga: Paus kepada para imam: Jadilah “gembala dengan ‘bau domba'”
Pandemi, sekali lagi, adalah “winter is coming!” Maka akan terjadi kompetisi hebat untuk bisa hidup; dan kompetisi kali ini bukan lagi dengan competitor melainkan dengan kenyataan pandemi dan pasca pandemi. Untuk menjadi inovatif, maka lepaskanlah arogansi masa lalu karena kenyataannya kita sudah jatuh banyak. Pengurus baru harus berani inovasi dan itu dibutuhkan bukan hanya keberanian melainkan kreativitas dan tidak bisa mengandalkan masa lalu.
Pastor Robini mengingatkan pengurus agar perlu meredefinisikan masa depan institusi ini yang akan dituju. Untuk itu direvisi Statuta yang menekankan visi dan misi baru. Pendidikan kalau sekarang hanya mencari pemasukkan atau kasarnya uang; akan gagal. Institusi Pendidikan harus memberikan value (nilai).
Nilai (value) ini akan menjadi uang! Value yang benar terletak pada efeknya dirasakan para mahasiswa-mahasiswi, masyarakat pengguna dan tentunya pemerintah daerah. Untuk meningkatkan value mereka harus mulai dengan Jaringan (supply chains) dan tentunya merupakan kerja berat tiga periode jabatan para direksi ini.
Pengurus yang baru harus bisa membuat jaringan (supply chains), inovasi dan kerja keras. Ini tentu bukan hanya para direksi; melainkan semua. Sebenarnya, jujur, tugas Direktur adalah jalan-jalan membuka koneksi (connectedness). Kalau direktur selalu di kantor urus administrasi saja; maka anda semua bukan pemimpin.
Baca Juga: Prajurit Yonzipur 6/SD Ikuti Uji Kenaikan Sabuk Hijau ke Putih
Pengurus hanyalah “penjaga kendang/gawang.” Para Direktur haruslah menjadi leader yang bisa membuat koneksi dengan semua stakeholders untuk menaikkan nilai (value) kedua Lembaga ini dan menjadikan kedua Lembaga ini mempunyai reputasi. Koneksi yang pengurus bangun harus berbentuk program dan proyek yang, bisa mengembangkan kedua Lembaga ini. Pengurus dibantu para wakil direktur dan yayasan tambah lagi Sekjend. Itu artinya administrasi sudah ada yang urus. Tugas para direktur adalah bertemu dengan masyarakat, pemda dan users (pengguna lulusan).
Maka Pastor Robini harap ini sungguh dipikirkan dan direnungkan.
Pastor Robini mengharapkan dengan pelantikkan kali ini merupakan awal kebangkitan dari kedua Lembaga yang telah susah payah dirintis para Misionaris dalam Misi Gereja di Borneo.
Baca Juga: Gedung Baru Semangat Baru STKIP Pamane Talino
Sebagai Dewan Pembina Yayasan Landak Bersatu dan Anggota DPR RI, Dr. Adrianus Asia Sidot mendukung penuh misi pendidikan yang dimulai oleh Keuskupan Agung Pontianak.
Ini adalah tonggak baru perkembangan pendidikan di Akademi Perawat Dharma Insan dan Akademi Kebidanan St. Benedicta.
Ia berdoa dengan adanya tonggak baru dan sejarah baru ini, apa yang menjadi harapan oleh Uskup Agung Pontianak dan ketua yayasan harus betul diwujudkan, apalagi sekarang di era 4.0, atau barangkali di negara lain sudah 5.0.
Kita sendiri masih berkutat pada 4.0 yang dimana kita sendiri juga masih belajar untuk menguasai perkembangan tersebut. Untuk itu harapan saya direksi yang baru ini harus responsive dan peka dengan perkembangan dunia yang terjadi, “ karena perubahan tidak bisa kita hindari.”-)*