Sunday, September 21, 2025
More
    Home Blog Page 152

    Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan: Pilihan Pasca Covid-19

    Stand "Gerakan Nurani Ekologi" JPIC-Bruder MTB berpartisipasi dalam Pencanangan 100 tahun Bruder MTB berkarya di Borneo, Indonesia, Singkawang - Februari 2020, Sumber foto: Br.Gerardus Weruin, MTB

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Dalam suatu kunjungan ke pertanian sayur di Kabanjahe, Sumatra Utara, para petani disana berbagi pengalamannya kepada kami. Mereka merasa bahwa menjadi petani di sana terasa begitu susah. Petani sayur sangat bergantung pada pupuk kimia, pestisida, dan bibit unggul.

    Namun demikian hasil yang mereka dapatkan pun tidak seberapa. Berbagai jenis hasil panen seperti sawi, kol, tomat, kentang, wortel, terung mereka bawa ke pasar dan sebagian dikirim ke Riau, Jambi, Palembang, dan Jakarta. Mereka mengirim juga ke Singapura dan Malaysia. Harga sayuran tersebut relative murah.

    Risiko terbesar petani sayur adalah ketika hasil panen mereka cepat layu dan busuk. Hal ini menuntut mereka untuk gerak cepat dalam proses pengiriman, sehingga sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dengan cepat. Tidak jarang mereka harus menanggung kerugian karena sayur yang terlanjur rusak harus dikirim balik dari Singapura dan Malaysia.

    BACA JUGA: http://jpicbrudermtb.org/pertanian-terpadu-dan-berkelanjutan-pilihan-pasca-pandemi-covid-19/

    “Kami merasa rugi, kerja keras dan pengorbanan kami sia-sia. Situasi dan keadaan demikian ini sudah lama mendera kami, dan kami hanya pasrah.” Keluh mereka. Pemerintah setempat kurang bahkan tidak mengatur dan memperbaiki system ini, sehingga terjadi manipulasi bahan dan harga pupuk, pestisida, dan bibit di antara para penjual. Para petani ini mengaku pernah mendapat pendampingan bertani secara organic dari Bruder Budi Mulia, namun tidak lama kemudian mereka kembali menggunakan pupuk dan pestisida kimia lagi.

    Pengalaman petani sayur di Kabanjahe ini membuat kami di JPIC bertanya-tanya, mengapa tanah yang luas dan subur ini tidak menjajikan ekonomi yang baik bagi mereka? Mengapa mereka tidak memilih bertani secara organic?

    Kondisi tanahnya sangat subur karena dekat gunung Sinabung, tetapi pilihannya menggunakan bahan kimia (pupuk dan pestisida) dan bibit unggul. Pilihan tersebut telah membuat mereka sangat tergantung pada bahan kimia, pestisida, dan bibit unggul. System pertanian tersebut telah menjerat mereka, sehingga hanya menuai susah dan derita.

    Bila dirunut lebih jauh, system pertanian itu merupakan warisan dari Orde Baru, yakni “revolusi hijau.” Gerakan revolusi hijau itu mengedepankan program Panca Usaha Tani yang terdiri dari, 1. Penggunaan bibit unggul, 2. Pemupukan, 3. Pemberantasan hama dan penyakit (pestisida), 4. Irigasi dan 5. Perbaikan dan memelihara bercocok tanam.

    Memang diakui bahwa gerakan revolusi hijau ini mencapai keberhasilan swasembada pangan di tahun 1984. Pada tahun itu,Indonesia pernah membantu beras untuk negara-negara yang berkekurangan baik di wilayah Asia maupun Afrika. Kejayaan itu tidak berkelanjutan, justru gerakan tersebut berdampak buruk yang mendatangkan malapetaka bagi Petani dan kerusakan lingkungan.

    Gerakan revolusi hijau tidak selalu menjadi symbol keberhasilan usaha tani. Gerakan ini tidak dikaji dan dipikirkan secara matang akan kelanjutan dari usaha tani, sehingga merugikan para petani dan lingkungan hidup. Petani didorong menggunakan bibit unggul padahal ada bibit local yang jauh lebih unggul. Karena tergiur akan hasil yang cepat dan banyak, petani akhirnya meninggalkan dan bahkan menghilangkan bibit.

    Para petani mulanya dibagi-dijatah pupuk dan pestisida kimia secara gratis. Lama kelamaan pupuk dan pestisida tersebut dijial dengan harga yang mahal, sehingga petani tidak mampu membelinya. Karena dimanjakan dengan bahan kimia, petani tidak ada pilihan lain, sementara bahan kimia tersebut menimbulkan ancaman serius tersebut terhadap lingkungan hidup, terhadap tanah, air, udara, tanaman, hewan, dan manusia.

    Kita tahu bahwa penggunaan bahan kimia (pestisida) dapat merusak ekositem lingkungan hidup. Tanah yang kerap kali diberi pupuk dan pestisida kimia menjadi keras, padat, terbelah dan akhirnya tandus  (hilang humus tanah) atau dengan istilah pemiskinan tanah menuju proses penggurunan. Binatang seperti cacing, semut, bakteri, belut, siput yang menggemburkan tanah tidak  bertahan hidup.

    Bahkan bukan hanya binatang yang ada di dalam tanah, diatas tanah pun menjauh atau mati juga. Bahan Kimia yang meresap ke dalam tanah ketika banjir mengalir ke sungai akan mencemari air, sehingga tidak layak lagi dikonsumsi oleh tanaman,hewan, dan manusia. Aroma-aroma khas bahan kimia (menjadi racun) membuat polusi udara.

    Segala macam sayur dan buah hasil bahan kimia tidak sehat dikonsumsi oleh manusia. Kita semua tahu akan dampak itu, tetapi belum mengubah cara bertani yang menciptakan mata rantai kehidupan yang saling menunjang kehidupan. Pilihan menggunakan bahan kimia dalam bertani telah memutuskan mata rantai kehidupan hayati.

    KUNJUNGI WEB: http://jpicbrudermtb.org/

    Pilihan bertani secara kimia telah merusak dan menyakiti ibu bumi rumah kita bersama. Tanah kian hari semakin memprihatikan karena pemiskinan tanah, hilangnya kesuburan dan dalam proses penggurunan. Air dan udara sudah dan sedang tercemar oleh bahan kimia. Tanaman dan tumbuhan local pun sudah langka dan hilang. Binatang-binatang liar kian hari kian langka kita jumpai.

    Mungkin suatu hari kita hanya akan tahu nama binatang-binatang itu, tanpa pernah tahu sosoknya karena punah oleh ulah manusia. Bahkan kita manusia abad ini menderita penyakit yang aneh-aneh. Dan kita digemparkan dengan sebuah virus yang mematikan virus corona disease (Covid-19).

    Semua orang cemas dan takut akhirnya hanya diam dirumah (stay at home). Ternyata tidak hanya ibu bumi, tetapi kita semua ikut merintih dan menangis. Apakah kita masih memilih menguunakan bahan kimia ataukah mencari alternative lain? Pengalaman pandemic Covid-19 ini mendorong kami memilih alternative lain. Kami JPIC Bruder MTB memilih pertanian terpadu dan berkelanjutan dengan mengedepankan system organic yang menciptakan kehidupan satu dengan yang lain. Bersambung…..

    Penulis: Br.Gerardus Weruin, MTB

    Irama Hidup Tengah Pandemi Covid19

    Momen Rekaman Rosario Mgr. Agustinus Agus Bersama dengan SEKAMI Keuskupan Agung Pontianak dalam menyambut bulan Rosario

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Kapan ya Pandemi Covid19 ini berhenti? Mungkin ini menjadi pertanyaan kita bersama.

    Pertanyaan yang timbul ini adalah salah satu kegelisahan banyak orang pada umumnya. Jika dilihat secara jelas lagi, sejak pertama kali covid19 menimpa orang di Wuhan, sampai masuknya covid19 ke Indonesia. Karena fenomena tersebut, banyak usaha-usaha yang terancam tutup bahkan sebagian besar perusahaan banyak mem-PHK karyawan dikarenakan pendapatan saat pandemi menurun.

    Tidak sedikit juga orang yang meninggal diakibatkan terjangkit covid19. Bahkan tim medis, keamanan dan pemerintah pun sempat goyang karena pandemi covid19 ini. Semua aktivitas tersendat dan kebiasaaan orang berubah.

    BACA JUGA: Pelantikan Pengurus Pastolik FK Untan periode 2020/2021

    Karena Pandemi Covid19 yang menggoncangkan seluruh dunia, dari situlah muncul kebiasaan baru yang mau atau tidak, harus diikuti oleh seluruh umat manusia. Pandemi ini, memaksa umat manusia untuk melepas kenyamanan-kenyamanan lalu untuk mulai dari pembaharuan secara serentak.

    Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi yang sedang terjadi ini meluluh lantakkan perekonomian, politik bahkan semua sektor masyarakat.  Tetapi dilain sisi, manusia juga mendapatkan kebiasaan dan cara hidup baru dan yang lebih banyak melibatkan teknologi, bahkan sekarang manusia tidak bisa terlepas dari teknologi informasi.

    Kebiasaan baru itu memaksa banyak orang yang mulai menggunakan medsos secara maksimal. Di sekolah semua guru dipaksa untuk menyesuaikan kebiasaan baru. Melihat begitu banyaknya gresah-grusuh ditengah pandemi Covid19. Ternyata, mesikupn lockdown dan banyak pembatasan kontak dengan banyak orang, akhirnya kebiasaan hidup baru sekarang pelan-pelan bisa diikuti banyak orang bahkan sampai ke seluruh dunia.

    Bak Irama hidup yang menjadi warna serta mengandung emosi tersendiri ditengah pandemi covid19 yang kian tidak berlalu tahun 2020 ini. Pandemi Covid19 ini bisa kita umpamakan seperti irama dalam sebuah lagu. Lagu itu indah karena ada irama-irama dan nada yang menghiasinya.

    Coba bayangkan seandainya covid19 ini tidak ada dimuka bumi, mungkin kita masih asing dengan rapat online, misa online, sekolah online, seminar online bahkan bekerja secara online. Covid19 ibarat Irama Hidup yang memaksa banyak orang untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada.

    Seperti irama musik yang mampu membawa emosi seseorang dan terenyuh didalamnya. Begitu juga kondisi covid19 ini. Ada segi sudut pandang yang bisa melemahkan dan menguatkan.

    BACA JUGA: Tanpa Doa, Hidup Gersang

    Dalam pandemi covid19 ini, tergantung dari saya, anda dan kita semua bagaimana memilih pandangan yang kita alami saat ini. Jika berusaha untuk mengambil yang negatif, maka dampak yang terlihat lebih banyak yang negatif. Tapi jika dilihat secara positif, maka yang akan sering tampak adalah hal-hal positif dan itu tentunya bisa menjadi berkat sekaligus kekuatan. Semoga!!!

    By. Samuel

    Tanpa Doa, Hidup Gersang

    Foto: Dokumen Majalah DUTA- Komsos Keuskupan Agung Pontianak, Samuel

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Tubuh butuh makan, jiwa dan roh butuh makanan Rohani. Hidup keimanan tanpa doa adalah ibarat ikan tanpa air. Ikan akan mati karena tidak mendapat air dan habitatnya semestinya. Ikan membutuhkan hydrogen, oxygen dan lingkungan yang aman. Sama halnya keimanan seseorang juga membutuhkan unsur-unsur yang memungkinkan iman tetap hidup, bertumbuh, berkembang dan berbuah. Salah satu unsur hakiki adalah doa berdoa.

    Sebagai sarana berhubungan dengan Bapa surgawi, manusia harus senantiasa berdoa. Melalui doa manusia bisa berkontak dengan Bapa Surgawi dari hati ke hati. Manusia berbicara dan mengungkapkan kandungan hati terdalam di hadapan Bapa surgawi tanpa rahasia apapun. Inilah kedekatan dan kesatuan kita dengan Bapa surgawi yang memungkinkan manusia hidup, berkembang dan berbuah dalam hidupnya.

    BACA JUGA: Pelantikan Pengurus Pastolik FK Untan periode 2020/2021

    Dalam hal ini kita tetap menempatkan Yesus Kristus sebagai pokok anggur yang benar dan Bapa surgawi adalah pengusahanya. Kita selaku ranting-ranting dari pokok anggur kita seharusnya selalu menyatukan diri dengan Yesus Kristus dalam doa. Tanpa penyatuan diri ini, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Selain itu kalau kita berada di luar hubungan dengan Yesus maka kita tidak dapat berbuat apa-apa; malah kita akan menjadi mandul (Yes 15:1-8).

    Rahasia kekuatan pokok anggur ini adalah doa. Sekalipun sibuk melayani, Yesus tetap berusaha mencari waktu dan tempat sunyi untuk berdoa. Dalam peristiwa-peristiwa penting dia juga mengandalkan peran doa dan memohon pencerahan ilahi dari Allah Bapa surgawi. Yesus tidak hidup dan berjuang sendirian di luar kuasa Bapa surgawi. Kesatuan-Nya dengan Bapa surgawi tampak dalam seluruh irama hidup-Nya sejak lahir hingga detik-detik hidup-Nya. Dalam suka maupun duka Dia selalu berkontak dengan Bapa Surgawi.

    Kita tidak hanya berdoa pada waktu susah atau menderita (bdk Yak 5: 13), tapi juga dalam setiap keadaan sebagai tanda kesatuan kita dengan Bapa surgawi melalui Tuhan Yesus Kristus.

    Doa bukan hanya dapat menenangkan batin, tapi juga menguatkan iman dan mendatangkan keselamatan. Justru itu, dalam keadaan apapun menyisihkan waktu khusus untuk berdoa sehingga iman kepercayaan dan hidup rohani kita tetap berkembang menuju keselamatan yang didambakan oleh setiap orang.

    Hanya, sering kali manusia lalai dan tidak sungguh-sungguh memprogramkan waktu untuk berdoa. Namun itu semua jika dilihat secara lebih mendalam kuncinya terletak pada keterbukaan hati dan kesediaan untuk mendengarkan dan melaksanakan Sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari.

    BACA JUGA: Pemuda Katolik Persiapkan Rapimnas dan Dies Natalis ke-75

    Terlebih tahun ini merupakan tahun dimana seluruh dunia terdampak covid19. Bagi kebanyakan orang awam yang tak mengerti tentang dunia kesehatan pastinya mengalami kegelisahan dan kekhawatiran. Justru karena pandemi inilah, kesempatan kita berdoa bisa lebih banyak dibanding hari-hari sebelumnya.

    Suatu hal yang lebih penting adalah bagaimanakah kita bisa menjadikan hidup kita sebagai doa bagi sesama yang mendambakan bantuan atau pertolongan kita? Mari kita sama-sama merenungkan, Semoga!!!

    Penulis: Samuel

    Pelantikan Pengurus Pastolik FK Untan periode 2020/2021

    Suasana Pelantikan Pengurus Pastolik FK Untan periode 2020/2021-foto bersama

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Persekutuan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura yang akrab dipanggil Pastolik FK Untan baru saja melangsungkan rangkaian agenda Dies Natalis-nya yang ke-10. Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat dan antusias keluarga besar Pastolik seperti biasanya.

    Tak hanya Dies Natalis, Pastolik sekaligus memborong tiga agenda yang dipersatukan dalam satu acara, yakni: Pelantikan Pengurus Pastolik FK Untan periode 2020/2021, Jumpa Maba 2020, serta HUT Pastolik ke-10 yang disuguhkan di akhir sebagai acara puncak.

    Dies Natalis Pastolik ke-10 yang berlangsung pada 3 Oktober 2020 ini mengusung tema kutipan alkitab dari Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Agenda tersebut diselenggarakan melalui dua metode, secara offline dan online via Zoom.

    Acara dapat diselenggarakan secara offline atas hasil konsultasi bersama dosen pembimbing dan frater pembimbing Pastolik Dr. Stepanus Sahala S, M.Si dan Fr. Christianus Atun, serta telah mendapatkan izin dari pengurus lingkungan tempat diselenggarakannya acara, yakni di kediaman Wakil Ketua Umum Pastolik 2020/2021 Meithalia Rossi Sandiana di Jl. Karya, komp. Karya Indah III no. A27.

    BACA JUGA: Pemuda Katolik Persiapkan Rapimnas dan Dies Natalis ke-75

    Akhirnya, acara dapat diselenggarakan secara offline dengan hanya mengikutsertakan beberapa pengurus Pastolik dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

    Rangkaian acara diawali dengan ibadat bersama seluruh partisipan baik yang hadir di tempat serta partisipan online, yang dipimpin oleh Fr. Christianus Atun secara live streaming Zoom. Bersamaan dalam ibadat, pengurus mengucapkan janji kepengurusan untuk periode satu tahun ke depan.

    Acara dilanjutkan dengan agenda berikutnya, Jumpa Maba 2020. Diawali dengan pembukaan, setelah itu penyerahan jabatan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Pastolik 2019/2020, Dwi Ayu Dahlia dan Pinsensius Boni Saputra kepada Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Pastolik terpilih 2020/2021 Giri Kristian dan Meithalia Rossi Sandiana secara simbolis. Tak hanya pengurus yang dilantik, bersamaan juga dilantik penanggung jawab (PJ) dari masing-masing program studi angkatan 2020 yang ada di Fakultas Kedokteran.

    “Untuk kedepannya, Pastolik akan lebih menggiatkan lagi hubungan antar sesamanya hingga hubungan lintas agama, agar keluarga Pastolik selalu merasa memiliki keluarga di kampus. Pastolik juga akan selalu berusaha menyajikan dan memberikan hal baru di tiap kegiatannya, agar kesan setelah kegiatan lebih terasa,” kata Giri Kristian sebagai Ketua Umum Pastolik yang terpilih.

    Untuk kepengurusan sendiri pada periode 2020/2021 ini, Pastolik memiliki jumlah pengurus sebanyak 42 orang yang terdiri dari beberapa bidang, antara lain inti, Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa, Kerohanian dan Pelayanan, Pelayanan Masyarakat, Humas Infokom dan Eksternal, serta Kewirausahaan.

    Acara dimeriahkan dengan selingan mini games serta video-video persembahan anggota Pastolik dari berbagai generasi angkatan, ucapan selamat dari KMK Untan dan unit, hingga pengenalan program kerja.

    Dengan dilantunkan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’, meniup lilin bagi partisipan online dari kediaman masing-masing, serta pemotongan kue ulang tahun, akhirnya sampailah di puncak acara, HUT Pastolik ke-10.

    Walau menjadi ‘adik bungsu’ dari seluruh UKMF Katolik yang ada di lingkungan Universitas Tanjungpura, seluruh anggota Pastolik merasa bangga akan pencapaian dan kekokohannya hingga tahun ke-10 ini, segala doa dan harapan pun dilontarkan demi berkembangnya Pastolik ke depan. Tak hanya itu, seluruh anggota pun mengenang kembali bagaimana ‘rumah’ ini berkembang perlahan menjadi keluarga besar.

    BACA JUGA: Teofelus Boni ungkapkan Focus Group Disscusion Lahirkan Tindakan Konkret

    Meithalia Rossi Sandiana mengungkapkan harapannya bagi keluarga besar Pastolik,

    “Harapan paling dalam hanya ingin Pastolik berani muncul ke permukaan, berani menunjukkan keberadaan dirinya, lebih dikenal, berani keluar dari ‘zona nyaman’-nya, tunjukkan walau Pastolik minoritas Pastolik itu unik dan berkualitas mau itu di kampus ataupun di keluarga besar mahasiswa Katolik se-Untan sekalipun, aktif kontributif dan partisipasinya ditingkatkan. Iya ini harapan saya, tapi saya mau ini bukan sekadar harapan melainkan kenyataan,” ujarnya.

    Dwi Ayu Dahlia juga mengungkapkan bahwa Pastolik merupakan salah satu organisasi-organisasi lain yang sebelumnya pernah ia ikuti.

    “Emang sih setiap organisasi pasti punya keunggulan tersendiri. Nah, di Pastolik saya menemukan keluarga dan sahabat sekaligus,” katanya.

    Ia juga mengatakan bahwa Pastolik adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan mulia, agar setiap anggotanya dapat semakin mengenal Yesus Kristus sang Juru Selamat melalui berbagai kegiatan kerohanian di dalamnya.

    Pastolik tidak pernah memaksakan setiap anggotanya untuk harus ikut serta di seluruh kegiatan Pastolik. Perlu diketahui juga bahwa Pastolik tidak terbatas hanya kepada mahasiswa-mahasiswi Katolik di FK saja, melainkan melalui Pastolik kita juga dapat mengenal berbagai organisasi Katolik lainnya baik di lingkungan Untan ataupun di luar.

    “Saya sangat bahagia menjadi bagian dari Pastolik FK Untan dan pernah menjadi pengurus Pastolik untuk periode 2019/2020,” Dwi Ayu Dahlia yang turut mengenang bertumbuhnya organisasi itu.

    “Semoga dengan diadakannya HUT Pastolik ke-10 ini merupakan suatu bukti bahwa Pastolik itu kuat hingga pelayanannya selama 10 tahun, tetap menunjukan kekompakkannya dan menjalankan tugas dan karyanya sejalan dengan visi misi pembentukan Pastolik oleh kakak abang pendahulunya,” tambahnya.

    Pinsesius Boni Saputra mengaku bahwa ia merasa bangga pernah menjadi bagian dari Pastolik, secara pribadi merasa bahwa di Pastolik mendapatkan hal beda yang tidak bakal ditemukan di organisasi lain.

    “Di Pastolik gak ngebosenin, baik kegiatannya maupun orang-orangnya gokil semua. Semoga Pastolik kedepannya tetap seru, kompak, dan semakin maju. Pesan buat pengurus, semoga kalian tetap dapat menjaga citra Pastolik yang mencerminkan keseruan dan kebahagian, agar vibes di Pastolik yang seru itu dapat dirasakan juga bagi anggota Pastolik yang lainnya,” katanya.

    Ia juga berharap semoga tim baru ini tetap semangat dalam menjalankan kepengurusan meskipun dalam situasi pandemi saat ini. Ia juga mengajak untuk manfaatkan semua media yang ada yang dapat digunakan untuk melaksanakan program kerja, agar di situasi pandemi dan kesibukan kuliah.

    BACA JUGA: Saya Prihatin dengan Ilmu Kebal; Mgr. Agus

    “Kami sebagai anggota dan kalian sebagai pengurus punya kegiatan yang seru di sela-sela kesibukan kuliah dan kegabutan karena di rumah aja. Semangat pengurus!” ujarnya.

    Dies Natalis Pastolik kali ini memanglah berbeda dari Dies Natalis sebelum-sebelumnya berhubungan dengan situasi dan kondisi Negara bahkan dunia saat ini yang masih bersama berjuang menghadapi pandemi Covid-19, diperingati lebih sederhana namun penuh rasa syukur atas pencapaian dan kekokohannya hingga saat ini. Walaupun begitu, Pastolik tetap berusaha menciptakan dan menghidupkan kembali vibes Pastolik seperti biasanya, dengan saling menaburkan sukacita melalui acara ini.

    Penulis: Meithalia Rossi Sandiana

    Pemuda Katolik Persiapkan Rapimnas dan Dies Natalis ke-75

    MajalahDUTA.com, Jakarta – Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I dan Dies Natalis ke-75 Pemuda Katolik akan diselenggarakan pada 14-15 November 2020 secara online (daring). Rapimnas I kali ini mengusung tema, “Menciptakan Pemuda Katolik yang Unggul untuk Indonesia Maju.”

    Ketua SC Rapimnas, Asta Ivo BS Meliala, dalam rilis kepada Majalah Duta mengatakan, Pemuda Katolik dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, secara masif dan berkelanjutan telah melaksanakan berbagai agenda konsolidasi organisasi di hampir seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Pembentukan pengurus terus dilanjutkan hingga tingkat kecamatan dan desa.

    “Setelah tahapan konsolidasi organisasi, Pemuda Katolik semakin siap untuk memasuki tahap berikutnya, yaitu: menyelenggarakan program kaderisasi di setiap tingkatan dan membangun sistem distribusi kader yang terencana dan berkesinambungan. Hal ini untuk menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan di tengah masyarakat dan bangsa,” kata Asta Ivo BS Meliala.

    Asta Ivo BS Meliala menyebutkan, Dalam konteks situasi tersebut maka dibutuhkan kesatuan gerak langkah organisasi di setiap tingkatan. Oleh karena itu Rapimnas I diselenggarakan untuk menyusun dan menetapkan kebijakan terkait perjalanan organisasi, serta merumuskan sikap organisasi terhadap isu-isu strategis dan kontekstual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    BACA: FRKP West Borneo Vespa Lovers Rayakan Hari Jadi dengan Seminar Pengurangan Penggunaan Plastik

    Selanjutnya, mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja hasil Rakernas Pemuda Katolik 2019, khususnya dalam hal program kaderisasi dan distribusi kader.

    Rekomendasi Rapimnas juga merupakan materi yang akan dibahas lebih lanjut pada Kongres Nasional Pemuda Katolik tahun 2021.

    Rapimnas akan dihadiri oleh pimpinan/pengurus Komisariat Daerah (Provinsi) dari Aceh hingga Papua, Pengurus Pusat, Pastor Moderator dan Penasihat, serta para peninjau dan undangan.

    Dies Natalis ke-75 Pemuda Katolik (15 November 1945-15 November 2020) akan diperingati secara sederhana dan penuh rasa syukur. Hal ini terkait dengan situasi dan kondisi negara kita yang masih berjuang untuk mengatasi pandemi Covid-19.

    Ketua Panitia Dies Natalis, Bondan Wicaksono, menambahkan Pemuda Katolik turut merasakan berbagai kesulitan yang dihadapi masyarakat dan jajaran pemerintahan. Tingginya angka kasus positif Covid-19 dan besarnya jumlah korban meninggal dunia merupakan bencana yang luar biasa bagi negara kita. Tutupnya perkantoran serta tempat usaha, gelombang PHK dan menurunnya pendapatan masyarakat berdampak langsung pada kondisi sosial dan melemahnya perekonomian.

    BACA: Teofelus Boni ungkapkan Focus Group Disscusion Lahirkan Tindakan Konkret

    BACA: Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    Bondan Wicaksono yang juga diserahi tugas sebagai Sekretaris SC Rapimnas mengatakan, Pemuda Katolik melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang dibentuk Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik, pengurus dan anggota Komda, Komcab, Komacab (Kecamatan), dan Ranting (Desa) telah terlibat dalam berbagai kegiatan penyuluhan pencegahan Covid-19 dan penyaluran bantuan sosial bagi warga masyarakat yang membutuhkan.

    “Protokol pencegahan penularan Covid-19 juga diwujudkan dengan menunda seluruh kegiatan yang berbentuk pengumpulan anggota dalam jumlah besar, serta melakukan kegiatan konsolidasi dan kaderisasi secara online (daring). Kedisiplinan adalah kunci utama pencegahan penularan Covid-19,” kata Ketua Panitia Dies Natalis, Bondan Wicaksono.

    Rangkaian Rapimnas I dan Dies Natalis ke 75 Pemuda Katolik meliputi: Pembukaan, Seminar Nasional, Sidang Rapimnas, Misa Syukur 15 November 2020 (Minggu) dan peluncuran Buku 75 Tahun Pemuda Katolik.

    Saat ini Panitia Rapimnas, Dies Natalis dan Tim Penulis Buku tengah bekerja untuk mempersiapkan kegiatan. Untuk itu kami memohon dukungan semua pihak : Bapa Uskup, Romo, pemerintah daerah, senior, alumni, donatur, tokoh masyarakat, umat, seluruh jajaran pengurus dan anggota Komda, Komcab, Komacab dan Ranting, agar seluruh rangkaian persiapan dan pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lancar dan sukses.

    Ada pun kepanitiaan dalam kegiatan ini adalah Asta Ivo BS Meliala sebagai Ketua SC Rapimnas, Bondan Wicaksono sebagai
    Sekretaris SC Rapimnas/Ketua Panitia Dies Natalis. Kemudian Alfonsus B Say sebagai
    Koordinator Tim Buku 75 Tahun Pemuda Katolik, Friedrich Batari sebagai Sekretaris Tim Buku 75 Tahun Pemuda Katolik. Selanjutnya dr Karolin Margret Natasa sebagai Ketua Umum PP Pemuda Katolik, dan Christopher Nugroho sebagai Sekretaris Jenderal PP Pemuda Katolik. (stefanus)

    Teofelus Boni ungkapkan Focus Group Disscusion Lahirkan Tindakan Konkret

    Suasana Foto bersama dalam momen: Focus Group Discussion ditutup dengan pembagian cindera mata kepada narasumber dan moderator dilanjutkan dengan foto bersama dan makan siang

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Dalam kondisi Pandemi Covid19 yang kian belum berlalu, tentunya sedikit banyak dapat menimbulkan keresahan tersendiri untuk masyarakat. Harus nya, orang yang bekerja dapat memiliki penghasilan yang layak, namun karena covid19 semua pendapatan menurun dan bahkan ada yang terpaksa tidak bekerja.

    Selain itu di lain sisi covid19 ini menimbulkan kebiasaan baru bagi masyarakat banyak, antara lain adalah dengan kebiasaan bermedsos. Oleh karena itu, dari Dewan Adat Dayak Kubu Raya bersama Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya yang bekerjasama dengan Kapolsek Kubu Raya mengadakan Focus Group Discussion (FGD).

    Acara itu telah terlaksana di Hotel Harmony Sungai Raya Dalam pada Sabtu 26 September 2020. Dalam acara tersebut dihadiri langsung oleh Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana, Ketua Dewan Adat Dayak Kubu Raya Lasem, Teofelus Boni Ketua IPDKR sekaligus sebagai pengurus DAD bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan bersama berbagai ormas yang diundang dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD).

    Dalam kesempatan itu Ketua DAD Lasem, S.pd sangat menyambut positif kegiatan ini.

    “Pertama kami berterima kasih kepada Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya, karena mereka yang memprakarsai kegiatan ini,” katanya Sabtu siang 26 September 2020.

    Ia mengaku bahwa DAD Kubu Raya merespon positif adanya kegiatan FGD. Karena dengan adanya ini organisasi-organisasi disini tidak mati suri tetapi justru berkelanjutan.

    “Kebetulan di Polres Kubu Raya sudah melakukan kerjasama yang baik. Baik dalam segala hal dalam pembianaan untuk masyarakat adat ini,” ujarnya.

    Ia juga mengatakan khususnya di Kubu Raya, untuk kegiatan semacam ini sudah kurang lebih tiga atau empat kali. Ketua DAD Kubu Raya berharap terlebih untuk orang muda dayak, dalam penggunaaan media sosial harus berhati-hati dan kreatif dalam mengemas berita atau informasi yang ada. Selain itu, ia juga mengatakan medsos ini jika digunakan dengan baik akan mendatangkan hasil untuk kedepannya.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus Letakan Batu Pertama Pembangunan Gereja Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang

    “Kita harus bijaksana dalam media sosial yaitu yang positif, dalam penggunaan media sosial harus memberlakukan kebiasaan yang positif untuk banyak kalangan,” tuturnya.

    Sebagai Ketua Umum IPDKR dan sekaligus pengurus DAD bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan, Teofelus Boni mengungkapkan persiapan ini sebetulnya singkat, kuranglebih dua minggu saja.

    Adapun latar belakang yang menjadi dasar dari FGD terlaksana adalah Kondisi Covid19 yang sangat memprihatinkan. Banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan termasuk ekonomi juga terdampak.

    “Jadi kami menyimpulkan intensitas penggunaan sosial media itu tinggi, karena orang banyak di rumah maka Informasi positif dan negatif itu masuk. Memang harus diberi pemahaman kepada masyarakat, bagaimana memilah dan memilih berita yang baik,” kata Boni Sabtu Siang, 26 September 2020.

    Sisi lain latar belakang adanya kegiatan FGD ini yaitu sektor ekonomi yang terdampak.

    “Maka kenapa kegiatan ini kami laksanakan di hotel tujuannya agar hotel ini juga beroperasi, kami membayar hotel dan hotel membayar karyawannya. Jadi bukan kebetulan sebenarnya, namun ada pertimbangan lain juga dalam kegiatan ini,” tambahnya.

    BACA JUGA: Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    Teofelus Boni berterima kasih untuk dana disupport oleh Kapolres Kubu Raya, – yang kedua yaitu dari pengurus DAD Kubu Raya, baik dari ketua dan sekretaris, yang mana semua itu pemberian iklas dan sumbangan iklas dari mereka.

    Tujuan dari kegiatan ini agar ketua atau perwakilan ormas atau komunitas yang diundang ini bisa meneruskan informasi disini kepada seluruh kelompoknya dan masyarakatnya. Agar apa yang didapatkan dalam acaranya ini, juga sampai ke kalangan paling bawah.

    Harapan Boni kedepan kegiatan ini berkelanjutan, yang kedua tingkat partisipasi kelompok muda semakin tinggi. Kemudian yang ketiga muncul sebuah tekad untuk bersama-sama memerangi covid19 dengan menerapkan 3 M(menggunakan Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan).

    “Jadi kegiatan ini betul-betul melahirkan tindakan yang konkret dan nyata,” tutur Boni.

    Dalam sambutannya Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana mengaku bahwa jika ia tinggal di Kalimantan Barat, maka ia otomatis menjadi orang Kalimantan Barat.

    “Sahabat dan saudara sedarah saya, dimana saya tinggal di Kalimantan barat adalah berarti saya orang Kalimantan barat sekarang ini.  Bapak-ibu sekalian, saya buktikan dengan foto saya dan keluarga saya mencoba untuk memakai bagaimana cantiknya keragaman budaya yang ada di Kalimantan Barat,” tutur AKBP Yani Sabtu 29 September di Aula Rosella Hotel Harmony, Serdam.

    Sebagai Kapolres Kubu Raya, AKBP Yani mengatakan bahwa dalam kesempatan ini ia mengajak untuk seluruh ormas-ormas untuk mengunakan media sosial secara baik.

    “Handphone yang kita genggam ini adalah dunia yang kita genggam, maka harus digunakan dengan baik. Manfaatkanlah secara positif maka anda akan mendapatkan hal yang positif,” imbuhnya.

    Sejalan dengan itu, Samuel IPDKR ditunjuk sebagai moderator dalam sesi kedua yang disampaikan oleh Stefanus Akim tentang Bermedsos. Sebelum masuk materi ia menyampaikan sebuah pepatah tu yang selaras dengan kegiatan tersebut.

    “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah,” kata Samuel yang ia kutib dari kitab Amsal 19:2.

    Dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ini, diundang pula Stefanus Akim sebagai Manajer Produksi Tribun Pontianak untuk memberikan sesi terkait “Bijak Bermedia Sosial.”

    Sebelum memulai materi tersebut, Stefanus Akim mengambil contoh Konkret yaitu salah satu Tokoh Agama Katolik Kalimantan Barat bahkan Indonesia yaitu Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak yang membuka diri terhadap relasi antar umat beriman dan pemerintah.

    “Ini adalah salah satu contoh orang Nasionalis dan tokoh agama yang dapat menjadi salah satu teladan untuk kita,” ujarnya.

    Dalam kesempatan tesebut Stefanus Akim mengungkapkan Data HootSuite, penguna internet di Indonesia mencapai 175,4 juta orang (Rilis Januari 2020). Tahun 2018: Pengguna internet di Indonesia berjumlah 131,7 juta. Total penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta. Pengguna aktif media sosial mencapai 130 juta.

    Sedangkan untuk sanksi bagi pelanggaran bermedsos terkena ancaman hukuman Pasal 28 ayat 1 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE: “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik yang Dapat diancam pidana berdasarkan Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016, yaitu dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Para pelaku creator atau pembuat atau penyebar hoax dipersangkakan Pasal 45 dan 45 A UU ITE dengan ancaman pidana 6 tahun penjara dan denda Rp 1 M, Pasal 14 dan 15 UU No. 1 Tahun 1946 dengan ancaman pidana 10 tahun penjara dan Pasal 16 UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

    “Hingga April 2020, POLRI telah menangani 97 kasus hoax terkait virus Corona,” katanya.

    Stefanus Akim juga mengungkapkan dalam  bermedsos yang paling penting adalah sikap untuk Cek, ricek, ricek again, sebelum menyebarkan sebuah informasi.

    Rangkaian acara Focus Group Discussion ditutup dengan pembagian cindera mata kepada narasumber dan moderator dilanjutkan dengan foto bersama dan makan siang.-

    By. Samuel-MD

    Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    Suasana Misa dalam Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Father Giocondo Pio Lorgna merupakan pendiri kongregrasi Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda Lambertini. Kongregrasi ini merupakan tempat bagi kaum wanita yang tertarik menjadi karisma dominikan. Pesta peringatan kelahiran Father Giocondo Pio Lorgna dilaksanakan setiap tanggal 27 september.

    Tepat pada hari minggu 27 september 2020, Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda Lambertini Pontianak melaksanakan perayaan peringatan ke-150 tahun hari lahir Father Giocondo Pio Lorgna di Biara Susteran Ordo Pengkotbah, Jalan Budi Karya,No. 20 c Komplek Palapa 3 c Pontianak.

    Perayaan ini dibuka dengan misa syukur secara langsung di Biara Susteran Ordo Pengkhotbah yang dipimpin oleh Pastor Edmund Nantes, OP.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus Letakan Batu Pertama Pembagunan Gereja Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang

    “Allah membenci orang yang sombong, oleh karena itu Yesus berlaku rendah hati, mengosongkan diri, dan tidak mengganggap dirinya sebagai Allah melainkan mengambil rupa sebagai hamba Allah, dan inilah yang diingatkan oleh Pastor Giocondo supaya kita menjadi hamba Allah sama seperti Yesus yang juga menjadi hamba Allah” ucap Pastor Edmund Nantes, OP saat menyampaikan khotbah.

    Setelah perayaan misa, umat diajak untuk makan malam bersama pastor dan suster di Biara. Raut wajah bahagia terpancar ketika menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama untuk Father Giocondo Pio Lorgna. Walaupun demikian, mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan jaga jarak.

    Pimpinan Komunitas Suster-suster Dominikan, Suster Maria Cleuza da Silva, OP mengungkapkan bahwa Perayaan Peringatan ke-150 Tahun Hari Lahir Father Giocondo Pio Lorgna ini merupakan kesempatan untuk memuji Tuhan, membuat mereka lebih kuat dalam panggilannya, sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hidup yang diberikan kepada mereka, dan membuat mereka semangat serta melakukan kehendak Allah.

    Selain itu, salah satu suster dominikan yang bernama Suster Benedicta Aparecida Nogueira, OP mengucapkan terimakasih karena melalui perayaan hari lahir Pastor Giocondo ke-150 tahun mengajarakan mereka untuk mengatasi dan melayani saudara-saudarai seiman. Ia juga berpesan kepada anak muda supaya mengikuti jejak Tuhan.

    Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda Lambertini memiliki visi dan misi dalam menjalankan panggilannya. Mereka memiliki visi untuk mengasihi Yesus, sang Ekaristi dan menuntun orang lain menuju dia dan misi mereka hadir melayani anak-anak dan kaum muda untuk formasi Kristen mereka melalui pelayanan social, pastoral, dan pendidikan.

    “Anak muda harus berani, semangat, dan percaya untuk menjawab panggilan Tuhan, karena dengan percaya kepada-NYA, Tuhan akan memberikan rahmat supaya bisa menjalani panggilannya. Karena hidup ini adalah kesempatan kita harus selalu bergembira dan bersyukur kepada Tuhan,” kata Suster Maria Cleuza da Silva, OP memberikan harapan dan pesan.

    By. Ridwan & Rudi-MD

    Mgr Agustinus Agus Meletakkan Batu Pertama Pembangunan Gereja Paroki St Fidelis Sungai Ambawang di Lingga

    Proses Pemercikan Air Kudus ke seluruh sudut tempat pembangunan Gereja Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, meletakkan batu pertama pembangunan gereja Paroki St Fidelis Sungai Ambawang, Selasa 29 September 2020 di Jl Trans Kalimantan, Paroki St Fidelis Ambawang, Desa Lingga.

    Pada peletakkan batu pertama pembangunan gereja ini, patuh pada protokol kesehatan. Bentuk kepatuhan terhadap protokol kesehatan itu antara lain pembatasan kehadiran umat. Hal ini sesuai dengan protokol kesehatan dari paroki untuk mencegah penularan Covid-19.

    Dalam momen itu, Mgr Agus mengatakan melihat situasi pandemi saat ini, maka bukan banyaknya lagi umat yang turut hadir dalam peletakkan batu pertama kali ini, melainkan makna dari apa yang dikerjakan.

    “Terlihat memang tidak meriah karena orang tidak banyak, tetapi bagi saya kemeriahan bukan tergantung pada banyaknya orang, tetapi tergantung dari makna apa yang kita lakukan,” katanya.

    Sebelumnya, Mgr Agus juga sudah berpesan kepada pastor paroki untuk tidak melibatkan orang banyak dalam kesempatan ini. Sebab, hal ini sehubungan dengan usaha Keuskupan Agung Pontianak (KAP) mendukung usaha pemerintah untuk menghentikan Pandemi Covid-19.

    “Jadi, mohon maaf, tapi untuk mendukung penghentian penyebaran Covid-19 memang harus menjadi prioritas utama, sehingga acara-acara keagamaan pun dapat dilaksanakan dengan protokol kesehatan,” imbuh Mgr Agustinus Agus.

    Sunardy Asai, Ketua Pembangunan Gereja Paroki St Fidelis Sungai Ambawang, mengatakan hal yang pertama dilakukan dalam tahapan pembangunan gereja adalah dengan menggalang dana dari umat Paroki St Fidelis Sungai Ambawang.

    “Langkah pertama yang kami lakukan adalah menggalang dana sesuai dengan kemampuan umat di Stasi Fransiskus Assisi, Desa Lingga dan wilayah umum dari Paroki St Fidelis Sungai Ambawang. Jadi persoalan kita yang pertama adalah persoalan masalah dana,” kata Asai.

    Sunardy Asai juga mengungkapkan untuk target pembangunan kurang lebih satu tahun. Ia berharap dalam progress pembangunan ini, seluruh umat bisa berpartisipasi baik melalui penggalangan dana, pikiran, serta tenaga. Sedangkan untuk panitia, ia mengaku sangat solid dan kompak dalam pembangunan gereja tersebut.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Gereja tersebut dibangun di atas tanah seluas 21 x 32 meter persegi dan tanah gambut. Maka dari itu, yang diprioritaskan untuk pertama kali adalah membangun fondasi yang kuat, untuk menghindari keretakan dan perubahan struktur untuk sebuah bangunan.

    Sebagai Pastor Paroki St Fidelis Sungai Ambawang, RP Lukas Ahon CP, mengaku persiapan ini sudah dilakukan sejak awal Agustus lalu, sudah memulai persiapan-persiapan terkait dengan teknis dan keberlangsungan progress pembangunan.

    “Langkah selanjutnya setelah peletakkan batu pertama ini, panitia akan mulai dengan pengecoran dasar. Menurut panitia, Paskah tahun depan sudah bisa digunakan,” katanya.

    Pastor Lukas Ahon CP juga mengatakan sebenarnya pembangunan ini tidak lama, namun yang lama hanya pengecoran dasar dan atap, selebihnya tinggal memoles dan merapikan.

    Selaras apa yang dikatakan oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus, Pastor Lukas Ahon CP mengatakan gereja yang dibangun ini bukanlah milik Keuskupan atau paroki semata, tetapi gereja ini adalah milik umat bersama. Untuk itu ia mengharapkan dengan pembangunan ini, semakin banyak keterlibatan umat dalam pembangunan.

    “Karena gereja ini milik umat, maka umat juga bertanggung jawab atas pembangunan ini, sebesar apapun partisipasi mereka dalam pembangunan gereja ini,” imbuhnya.

    Pastor Lukas juga mengatakan dalam hal apapun yang paling penting adalah melangkah dengan yakin dan percaya. Sebab ia percaya berdasarkan pengalamannya mendirikan sebuah gedung atau pastoran, bahwa jika panitia melangkah dengan iman maka niscaya banyak kemudahan yang akan diperoleh.

     

    DIBUTUHKAN KERJASAMA

    Dalam sambutan Mgr Agustinus Agus, mengatakan untuk pembangunan dibutuhkan kerjasama dan partisipasi umat. Ia mengatakan bahwa gereja bukan hanya milik para imam atau paroki itu sendiri saja, tetapi lebih dari itu yaitu milik semua umat. Maka dari itu Mgr mengharapkan peran dan sumbangan umat untuk pembangunan gereja tersebut.

    Dalam kesempatan yang sama itu pula, sehubungan dengan pemilihan serentak, Mgr Agustinus Agus mengimbau kepada seluruh umat untuk menggunakan hak pilihnya. Meskipun dalam pandemi covid-19 belum berlalu, namun semangat partisipasi dalam pesta demokrasi jangan sampai menurun.

    “Orang yang tidak memilih, maka mereka tidak berhak mengkritik kerja pemerintah, sebaliknya orang yang memilih memiliki hak untuk mengkritik,” katanya.

    Pada peletakkan batu pertama tersebut dilakukan secara simbolis oleh Mgr Agustinus Agus, Pastor Paroki St Fidelis Sungai Ambawang P Lukas Ahon CP, DPRD Kalbar, pejabat pemerintah dan keamanan, serta tokoh masyarakat. Setelah peletakkan batu pertama, selanjutnya Uskup Agung Pontianak memerciki seluruh sudut bangunan dengan air kudus. Setelah itu  ditutup dengan berkat penutup  dan makan siang bersama.

    By. Samuel

    Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Suasana di Ruangan Mapolda Kalbar- Mgr. Agustinus Agus bersama sejumlah tokoh lainnya

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Guna mewujudkan Pilkada 2020 yang aman, sehat dan bermartabat, Polda Kalbar menggelar pertemuan yang bertemakan “Silaturahmi Kamtibmas dengan Insan Pers” pada Sabtu pagi tanggal 26 September 2020 di lantai 3 Aula Graha Khatulistiwa Polda Kalbar.

    Turut hadir dalam pertemuan Gubernur Kalbar, Kapolda Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Ketua KPU Kalbar, Ketua Bawaslu Kalbar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan awak media.

    Sebelum hari pertemuan silahturahmi itu, Mgr. Agustinus Agus selaku Tokoh Agama Katolik Keuskupan Agung Pontianak, mengatakan bahwa ia siap mendukung keamanan dan kelancaran program pemerintah. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah dan jajarannya tidak dapat bekerja sendiri, maka dari itu sebagai tokoh agama katolik di Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agus siap mendukung jika adanya program-program baru dari pemerintah untuk masyarakat.

    Kegiatan ini merupakan kali keempat digelarnya pertemuan oleh Polda Kalbar. Sebelumnya juga diadakan pertemuan bersama KPU dan Bawaslu tingkat Pusat, Provinsi hingga daerah, dan bersama 23 Bakal Pasangan Calon pilkada Kalbar.

    Tujuan dari kegiatan ini, untuk meningkatkan rasa kebersamaan insan pers Kalimantan Barat dalam pembangunan provinsi Kalimantan Barat, menyegarkan kembali aturan dan ketentuan dalam jurnalistik, serta meningkatkan partisipasi insan pers dalam penyelenggaraan pilkada di Kalimantan Barat.

    BACA JUGA: Pembedaan Roh: Pastor Eksorsis Keuskupan Agung Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP

    Acara dibagi menjadi 2 agenda pokok, yaitu sambutan dari para Forkopimda, pembacaan komitmen bersama dari insan pers dan diskusi panel dengan Ketua KPU Kalbar, Ketua Bawaslu Kalbar, Kabid Humas Polda Kalbar dan pihak Jurnalis.

    Dalam sambutannya, Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pol Sigid Tri Hardjanto mengatakan bahwa ada 4 pilar demokrasi diantaranya Legislatif, Eksekutif, Yudikatif dan Pers, “Menurut penilaian saya, dari keempat pilar demokrasi ini yang paling sehat adalah dari insan pers.”

    Sigid memaparkan harapnya kepada insan pers untuk mendukung pelaksanaan Pilkada di Kalimantan Barat agar bisa berlangsung dengan aman, bermartabat dan sehat.

    “Pilkada di tahun ini sangat unik, karna berlangsung di tengah wabah covid-19,” imbuhnya.

    “Tidak ada jaminan orang di sebelah kita bebas Covid, tidak ada jaminan”, ucap Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M. HUM di kesempatan yang sama. Di masa Pandemi ini, Bang Midji menyampaikan harapnya terkait kelancaran pemilu Kalbar 2020, termasuk dengan mengoptimalkan penggunaan media untuk mensosialisasikan program yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

    By. Romanus-MD

    Pembedaan Roh: Pastor Eksorsis Keuskupan Agung Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Discernment (Pembedaan Roh) merupakan karunia dari Tuhan dimana manusia dimampukan untuk menelaah kehidupan nya secara menyeluruh, yakni sejauh mana kehidupan manusia sudah sejalan dengan bimbingan Roh Kudus.

    Seminar tentang Eksorsisme sesi ketiga ini, diambil dengan tema Discernment alias Pembedaan Roh, yang diadakan secara Webinar dari Rumah Santo Dominikus, Pontianak pada Minggu 27 September 2020.

    Dalam seminar Webinar dibawakan langsung oleh praktisi Eksorsisme Keuskupan Agung Pontianak P. Johanes Robini Marianto, OP, bersama dr. Siusanto Hadi (dokter kesehatan) dan acara dimoderatori oleh Sujanto Tjokro.

    Acara Webinar ini diorganizer langsung oleh Tim Pelayanan Rohani Maria Bunda Maria Ratu Rosari yang  dimulai dari Jam 10.00-15.00 WIB. Semua peserta yang terkonifrmasi ikut ada 410 peserta namun pada hari H kegiatan seminar ada 380 peserta zoom.

    TONTON: Discernment (Seminar Eksorsisme Zoom Meeting)

    Calon peserta yang mengikuti acara webniar ini dibuat persyaratan yaitu, seluruh peserta harus peserta yang telah mengikuti webnar pertama dan kedua yang tempo hari sudah dilaksanakan secara webinar yang serupa.

    Semua donasi yang didapatkan dari pendaftaran webinar lewat Zoom Meeting ini akan diberikan untuk misi Ordo Pengkotbah (OP) di Kalimantan Barat dan para Frater Postulan OP di Pontianak.

    Dalam sesi pertama yang dibawakan langsung oleh P. Johanes Robini Marianto, OP ia menjelaskan bahwa Discernment atau Pembedaan Roh itu adalah karunia asali yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Sedari awal penciptaan manusia = Adam dan Hawa, manusia sudah memiliki karunia alami dari Allah. Karena itulah kenapa Adam dan Hawa bisa mendengar suara jejak kaki Tuhan dari kejauhan, dan Hawa bisa berkomunikasi dengan ular.

    Johanes Robini Marianto, OP mengaku bahwa orang Katolik harus tahu hal-hal semacam ini, agar tidak salah digunakan. Eksorsisme sebetulnya bukanlah seperti apa yang kita bayangkan selama ini. Selama ini apa ayang dikenal dengan dengan kegiatan eksorsisme adalah hal-hal yang cenderung menyeramkan, padahal eksorsisme sendiri adalah kabar gembira dan doa yang dilakukan dengan mengandalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala Gereja sendiri.

    “Mengusir Setan pada intinya adalah waktunya Tuhan, Imam hanya perantara. Mengusir setan bukan pula dengan suara yang keras tapi Iman yang keras,”kata Pastor Johanes Robini, OP.

    Dalam seminar itu P. Johanes Robini, OP juga menjelaskan perbedaan antara Preternatural dan karunia dari Tuhan.

    “Dalam urutan penciptaan digunakan lebih memilih real dari roh murni diciptakan atau host malaikat. Apa pun di atas dunia materi tetapi di bawah supernatural. Setelah Jatuhnya Malaikat: Dunia Preternatural hanya diterapkan pada malaikat yang jatuh (Iblis) dan aktivitas mereka,”kata P. Johanes Robini dalam sesi pertama seminar Zoom.

    BACA JUGA: Pater Giocondo percaya prioritasnya adalah Yesus

    In The order of creation it is used prefer to the reals of the pure created spirits or the angelic hosts. Anything above the material world but below the supernatural. AFTER The Fall of the Angels: The Preternatural world is solely applied to the fallen angels (Demons) and their activities.”

    Para teolog abad pertengahan membuat perbedaan yang jelas antara natural, preternatural, dan supernatural. Salah satunya yaitu Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa Supernatural : God’s unmediated actions, Natural : what happens always or must of the time. Preternatural : what happens rarely, but nonetheless by the agency of created beings… Marvel belong, properly speaking, to the realm of the preternatural. Demons could manipulate the idea of nature by a form of trickery, to deceive the unwary into believing they had experience real miracles.

    Pastor Robini menjelaskan pendapat Santo Thomas Aquinas tentang Supernatural adalah Tindakan Tuhan yang tidak dimediasi, Alami yaitu apa yang terjadi selalu atau harus pada waktunya. Sedangkan Preternatural bisa apa yang jarang terjadi, tetapi tetap saja oleh agen makhluk ciptaan… Marvel, secara tepat, termasuk dalam alam preternatural. Setan dapat memanipulasi gagasan tentang alam dengan suatu bentuk tipu daya, untuk menipu orang yang tidak waspada agar percaya bahwa mereka mengalami mukjizat yang nyata.

    Dalam seminar itu, Pastor Robini menjelaskan bahwa bagi peserta yang telah mengikuti seminar dua sesi sebelum sesi Pembedaan Roh, para peserta diharapkan untuk lebih mengerti dan memahami agar tidak langsung mengatakan atau men- Judge orang-orang yang diduga terkena black magic atau hal lain yang bersinggungan dengan hal tersebut.

    Pastor Robini juga menjelaskan bahwa pada abad ke-16, istilah “supernatural” semakin sering digunakan untuk merujuk pada aktivitas setan yang sebanding dengan penggunaan sihir oleh para ahli manusia. Iblis sebagai penyihir alami dapat melakukan banyak tindakan dengan cara di atas pengetahuan manusia meskipun tidak melampaui kekuatan alam manusia. Meskipun Iblis dapat memanipulasi penyebab alami dengan ketangkasan manusia super dan dengan demikian menghasilkan keajaiban, sebagai makhluk belaka, mereka tidak akan pernah bisa melampaui dari yang supernatural ke supernatural dan membuat keajaiban asli.

    Ia juga mengatakan bahwa kehilangan keinginan untuk berdoa dan devosi dan latihan spiritual merupakan reaksi dari si setan. Reaksi kekerasan atau luar biasa terhadap doa dan sakramental (mis. Air suci, patung-patung yang diberkati) dan Ekaristi. Ada juga tindakan Penghujatan dalam pikiran dan aktual di mulut.

    Reaksi lain yang dapat ditemui yaitu tidur dalam homili dan Bacaan Suci (misalnya Injil) dan Konsekrasi selama misa. Ada suara-suara yang tertinggal di pikiran untuk melakukan hal-hal spiritual pada awalnya, tetapi bertentangan dengan Gereja pada akhirnya. Kebiasaan halusinasi penampakan dan keinginan untuk menghujat adalah salah satu contoh reaksi yang kasat mata bisa dilihat.

    Pastor Robini juga mengatakan ada juga semakin banyak orang berdoa, semakin orang itu merasakan sakit fisik atau gangguan emosi.

    “Flagildions” seperti dalam kasus orang-orang kudus; misalnya Padre Pio, John Maria Vianney. Pengaruh dari si jahat memampukan orang memiliki kemampuan meramal masa lalu, masa kini dan masa depan yang tersembunyi dan biasanya tidak bisa diketahui.

    Eksorsisme adalah sakramental. Ini adalah doa Gereja dengan Kepalanya; Yesus Kristus, hal ini ada dalam bentuk ritual yang disetujui oleh Gereja (1614/2001). Dilakukan oleh Exorcist yaitu seorang Imam yang ditunjuk oleh Ordinaris (Uskup) wilayah. Itu adalah iman Gereja yang universal.

    BACA JUGA: Dimana Ada Kasih, disitu ada Tuhan; Mgr. Agus

    Tidak untuk dilakukan oleh awam dan bahkan imam tanpa izin dari Ordinaris wilayah. Hal yang paling menjadi pokok dalam ritual eksorsisme yaitu kerahasiaan orang yang diusir. Karena untuk melindungi privasi dari korban.

    Pastor Robini juga mengatakan untuk medoakan orang yang terkena pengaruh Roh Jahat bisa didoakan oleh siapapun, namun untuk Ritual Eksorsisme hanya imam yang ditunjuk oleh Uskup setempat.

    “Singkatnya, dalam keadaan darurat siapa pun bisa berdoa untuk musyawarah. Namun dalam situasi normal, semua harus mengikuti arahan hierarki,” katanya.

    Dalam iman Katolik, tidak ada perbedaan ilmu hitam dan ilmu putih, karena dua hal ini datang dari si setan.

    “Eksorsisme atau pembebasan TIDAK mementingkan iblis. Justru sebaliknya: ini adalah kabar baik tentang keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus. Apa pun, di luar ritual dan agama yang disetujui Katolik, tradisi saleh, tidak diperbolehkan,” tambahnya.

    Kegiatan seminar satu hari itu, ditutup dengan berkat penutup oleh Pastor Johanes Robini Marianto, OP, untuk semua peserta yang ikut dalam seminar eksorsisme sesi ketiga, pada minggu 27 September 2020.-

    By. Samuel-MD

    TERBARU

    TERPOPULER