Sunday, September 21, 2025
More
    Home Blog Page 153

    Pater Giocondo percaya prioritasnya adalah Yesus

    Pater Giocondo lahir di kota Popetto, Italia pada tanggal 27 September 1870. Giovanni dan Maria Fiasela adalah orangtuanya.

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Pater Giocondo lahir di kota Popetto, Italia pada tanggal 27 September 1870. Giovanni dan Maria Fiasela adalah orangtuanya. Ayahnya seorang penjahit dan petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Pater Giocondo mempunyai 4 saudara- Caterina, Bentivoglio, Luigi dan David.

    Pater Giocondo adalah anak ketiga. Dia bertumbuh dalam lingkungan yang miskin tetapi tempat yang penuh harapan di mana bisa merasakan kedekatan  dan kehadiran Tuhan.

    Ayahnya tidak terlalu kuat sehingga lebih banyak waktu tinggal di rumah sebagai penjahit dan meminta orang mudah yg sudah yaitim piatu untuk bekerja di beberapa tanah, sawah dan kebun anggurnya.

    Dia memberi banyak waktunya untuk mendidik anak-anaknya. Maria Fiasella sebagai ibu Pater Giocondo, sangat memperhatikan iman anak-anaknya. Dia mengajar katekese sebagai dasar iman, dan yang terpenting ibu Fiasella mempunyai iman yang begitu besar kepada Yesus.

    Dia selalu menasihat Pater Giocondo dan saudaranya dengan kalimat ini: “Jadilah anak-anakku yang baik seperti malaikat pelindung kalian. Jangan berbuat dosa dan berbuatlah yang baik kepada sesamamu. Jangan berbuat kesalahan kepada siapapun dan jangan bermalas-malasan. Dia juga selalu mengingat Pater Giocondo bahwa dalam orang-orang miskin yang mengetuk pintu rumah mereka dan memiminta makanan di situlah Yesus hadir.

    Satu kali ada orang miskin mengetuk pintu rumah mereka. Ibunya berkata: “Berikan kepada dia makananmu. Hari ini Anda akan lapar untuk orang ini.” Pater Giocondo menaati pemintaan ibunya, tetapi sesudah itu ibunya berbagi makanannya kepada Giocondo.

    Pater Giocondo sangat yakin dan percaya bahwa prioritasnya adalah Yesus dan baru orangtuanya.

    Setiap malam keluarga Pater Giocondo berkumpul di ruangan untuk berdoa Rosario. Doa rosario adalah doa favorit Pater Giocondo, melalui ini dia bertumbuh dalam devosi kepada Bunda Maria. Pater Giocondo pertama kali mengikuti ziara ketika dia umur 9 tahun.

    BACA JUGA: Perayaan Ulang Tahun Kongregasi Bruder MTB ke-166

    Kita melihat dari keluarga Pater Giocondo bagaiman orangtuanya mempengaruhi yang begitu besar masa depannya.  Ketika dia memutuskan masuk sebagai Dominikan orangtuanya tidak setuju karena orangtuanya ingin Pater Giocondo masuk sebagai projo sama dengan pamannya.

    Pater Giocondo sungguh-sungguh berdoa dan bulat atas keputusannya untuk menjadi seorang Dominikan. Pertama kali dia meminta ijin untuk masuk dalam Ordo Dominikan dia ditolak sebagai ujian panggilannya. Pater Giocondo mengakui bahwa ini adalah kesulitan yang terbesar untuk dia, dia berangkat dari tempat itu dengan jiwanya yang penuh harapan dan ketakutan. Satu saja yang dia bisa lakukan yaitu menangis dan berdoa banyak di kaki Bunda Maria. Dia menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Bunda Maria selama momen krisis dalam hidupnya.

    Pater Giocondo ditahbiskan pada tanggal 23 Desember 1893. Beliau selalu menolong para frater-calon iman. Karena dia melihat bahwa makin banyak  imam  makin banyak jiwa yang bisa diselematkan. “Jiwa yang diselamatkan bernilai lebih dari semua kekayaan yang Anda kumpulkan.”

    Saudara-saudariku yang terkasih Pater Giocondo mengingatkan kita semua untuk:

    1. Cinta kita harus diberikan kepada Yesus dan baru kepada orangtua kita dan orang lain. Kenapa? Karena Yesus adalah sumber kebahagiaan yang kekal.

    2. Kemiskinan materi bukan halangan untuk menjadi seseorang yang bisa berhasil, bisa membantu banyak orang, menjadi orang yang baik dan suci kalau kita menjadikan Yesus sebagai harta utama dalam kehidupan kita. Bagaimana? Berdoalah supaya bisa memutuskan dengan baik dan sesuai kehendak Tuhan, mendengar kehendakNya dan melaksanakannya dalam hidup kita sehari-hari.

    3. Keluarga adalah tempat di mana Yesus tinggal, di mana keluarga saling mengampuni, mengerti, memahami, menolong, mendengar, dan mendukung dan sebagainya. Jadikanlah keluarga kita masing-masing menjadi tempat di mana Yesus tinggal.

    4. Doa Rosario, Ekaristi dan studi penting dalam kehidupan kita semua. Kita mengikuti Ekaristi bukan hanya kewajiban melainkan bagian kehidupan kita sama seperti makanan yang bisa menguatkan jiwa dan raga kita. Doa Rosario membantu kita lebih dekat kepada Bunda Maria, teladan kesetiaan, teladan kesabaran, ketekunan dalam doa dan iman yang kuat kepada  Yesus. Kita terus-menurus belajar bukan hanya dari  buku yang kita baca setiap hari di ruang belajar melainkan dari buku kehidupan kita sehari-hari. Kegagalan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan menjadi pelajaran untukkita menjadi orang yang rajin berdoa, terbuka atas rahmat Yesus dan rendah hati mengakui kesalahan kita terhadp Tuhan dan sesama kita. Keberhasilan dan kebaikan kita terhadap orang menjadi bukti cinta kita kepada Yesus dan tanda bahwa kita hanya mengambalikan kebaikanNya.

    5. Menjadi orangtua adalah anugerah yang besar dan tanggung jawab yang besar. Orangtua mempengaruhi anak-anak mereka yang begitu besar dalam  pada masa depan. Jadilah orangtua yang baik. 6 Jangan sia-siakan hidup Anda, masa muda dan tua, prioritas kita selalu adalah Yesus-sumber kebahgiaan yang kekal. Kita diingatkan oleh Pater Giocondo untuk berani memberi hidup kita demi Tuhan dan saudara-sudari kita yang miskin dan berkekurangan.

    “Ya, memang kita tidak sempurna, selama kita hidup pasti kita akan terus jatuh dalam dosa dan rasa takut, putus-asa dan kecewa tetapi kita harus terus-menerus berjuang karena Yesus selalu menyertai kita. Yesus adalah penyelamat kita dan ingin menjadi guru kita selama kita ada di dunia ini.”

     

    Perayaan Ulang Tahun Kongregasi Bruder MTB ke-166

    Suasana Misa Perayaan 166 Tahun Bruder MTB di Sepakat II- Keuskupan Agung Pontianak
    Suasana Misa Perayaan 166 Tahun Bruder MTB di Sepakat II- Keuskupan Agung Pontianak

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Jumat 25 September 2020, Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) Pontianak mengukir peristiwa gembira yang patut disyukuri, yaitu Perayaan Ulang Tahun Kongregasi Bruder MTB yang Ke-166 Tahun di Biara Bruder MTB, Jalan Sepakat 2, Blok P, No. 123 Pontianak.

    Perayaan ini dibuka dengan misa syukur di Kapel Bonaventura yang dipimpin oleh Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap.

    “Semoga kabar sukacita semakin berkembang dan bertambah oleh mereka yang dilayani,” ucap Pastor Gathot OFMCap seraya memulai perayaan misa syukur tersebut yang berlangsung selama 1 jam.

    Setelah perayaan misa, umat diajak untuk berbaur dalam acara ramah tamah di Aula Biara Bruder MTB.

    Mereka menikmati santap malam diiringi lagu-lagu daerah. Raut wajah bahagia terpancar ketika menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama. Walaupun demikian, mereka tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan jaga jarak.

    Ketua Dewan Pimpinan Umum Bruder MTB, Bruder Rafael MTB mengungkapkan bahwa Perayaan Ulang Tahun Kongregasi MTB yang Ke-166 se-Indonesia ini dilaksanakan di masing-masing komunitas yang berada di Indonesia sebagai bentuk ucapan syukur untuk mengingat dan melihat kembali perjuangan-perjuangan para pendahulu sebelumnya.

    “Para pendahulu adalah sosok yang gigih, mau bekerja keras, saleh, disiplin, dan sangat setia dalam mengembangkan karya serta selalu memperhatikan para kaum muda. Nilai-nilai ini masih diteruskan dan dikembangkan oleh bruder MTB di zaman milenial ini,” ungkapnya.

    BACA JUGA: FRKP West Borneo Vespa Lovers Rayakan Hari Jadi dengan Seminar Pengurangan Penggunaan Plastik

    Bruder Rafael MTB memaparkan bahwa ada 42 Bruder MTB yang berkarya di komunitas-komunitas di Kalimantan Barat meliputi region Pontianak, Singkawang, Kuala Dua, Putussibau, dan Sekadau.

    Bruder MTB memfokuskan pelayanan dan karya di pembinaan kaum muda yang meliputi bidang pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Kemudian mendirikan asrama putra dan putri yang menampung orang-orang muda dengan jumlah sekitar 800 orang.

    Selain bidang pendidikan, Bruder MTB juga berkarya di bidang pertanian, pelatihan menjahit, komputer, dan bahasa inggris untuk anak anak yang tidak bersekolah supaya mempunyai bekal untuk bekerja. Kemudian, Bruder MTB juga terlibat dalam karya pastoral untuk membantu paroki mendampingi kaum muda dan melatih paduan suara.

    “Semoga Bruder MTB selalu setia pada panggilan Tuhan, mampu mengikuti perkembangan zaman era globalisasi ini, serta giat membantu mereka yang lemah secara fisik,” demikian harapan Bruder Rafael MTB.

    By. Ridwan- (Foto: Rudi)- MD.

    FRKP West Borneo Vespa Lovers Rayakan Hari Jadi dengan Seminar Pengurangan Penggunaan Plastik

    SUASANA seminar Pengurangan Penggunaan Plastik dalam rangka hari jadi FRKP West Borneo Vespa Lovers yang ke-2, Kamis (24/09/2020). (FOTO: IST/FRKP West Borneo Vespa Lovers)

    MajalahDuta.com, Pontianak – Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) West Borneo Vespa Lovers memperingati hai jadi yang kedua pada Kamis, 24 September 2020.

    Setelah kegiatan pertama sukses dengan penanaman pohon, komunitas pecinta Vespa tersebut menggelar seminar tentang Pengurangan Penggunaan Plastik Sebagai Salah Satu Bentuk Peduli Lingkungan.

    Seminar ini menghadirkan nara sumber antara lain RP Prof Dr William Chang OFM Cap, RP Dr Mayong Andreas Acin OFM Cap, Hendrikus Adam dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar, dan Dr Adrianus Asia Sidot MSi yang merupakan anggota DPR RI.

    Ada pun peserta yang hadir antara lain Ketua IMI Provinsi Kalbar Yuliansyah, pengurus KONI Kubu Raya, anggota Club Arteri Garage, Scooter Freedom, Borneo Scooter Adventure, Ladies Scoot, Vespa Suks Suka, Generasi Scooter Liar, Motor Besar Club, Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pontianak, King Ratle Club, serta mahasiswi Poltekkes.

    BACA: Santo Dominikus adalah Petani Kristus yang Bekerja di Kebun Yesus untuk Membantu-Nya

    Kegiatan dilaksanakan di Rumah Retret St Fransiskus Tirta Ria, Jl Adisucipto, Kubu Raya, dengan menggunakan protokol Covid sesuai peraturan pemerintah.

    Selesai seminar, dilanjutkan pembagian masker gratis serta kantong kertas. Hal ini sebagai bentuk aplikasi dari teori-teori tentang pengurangan pemakaian plastik di bundaran Tugu Digulis, Universitas Tanjungpura (Untan).
    Ketua IMI Pemprov Kalbar, Yuliansyah, mengapresiasi kepada FRKP WB Vespa Lover atas prakarsa penanaman pohon serta seminar tentang pengurangan pemakaian plastik.

    ” Persoalan lingkungan hidup tidak bisa disepelekan. Karena menyangkut masa depan kita dan anak-anak kita ke depan. Limbah plastik adalah masalah besar. Jika tidak diantisipasi dengan arif dan bijak, bisa berbahaya. Karena limbah plastik tidak mudah terurai,” kata Yuliansyah.

    Yuliansyah menambahkan, “Maka itu kita harus meminimalisir penggunaan plastik. Gunakan plastik hanya seperlunya saja. Lebih baik menggunakan barang yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Harapan saya, jagalah lingkungan sebaik-baiknya untuk kebaikkan kita bersama.”

    Yuliansyah menambahkan, semoga masyarakat bisa disiplin menyukseskan program ini.

    Sementara itu Ketua FRKP WB Vespa Lovers, Binsar Sibarani SSos, dalam sambutannya mengatakan bahwa merasa sangat plong karena kegiatan dalam menyambut HUT ke-2 FRKP WB Vespa Lovers ini dapat berjalan dengan sangat baik, sesuai rencana.

    ”Luar biasa giat kita ini yang dihadiri langsung oleh Ketua IMI Pengprov Kalbar, serta dapat menghadirkan nara sumber yang sangat berbobot sesuai kapasitas keilmuannya. Sehingga para peserta benar-benar diperkaya. Terima kasih kepada saudara pencinta si mesin kanan serta klub-klub lain di luar Vespa yang sudah mengirimkan wakilnya untuk menghadiri undangan kami,” kata Ketua FRKP WB Vespa Lovers, Binsar Sibarani SSos.

    Salah seorang peserta dari Ladies Scoot yakni Hera Balado merasa senang dengan adanya giat seperti ini. “Dengan demikian kesan masyarakat bahwa para pencinta si mesin kanan ini hanya hura-hura dan mengukur jalanan tidak terbukti. Kita lihat giat budak vespa hari ini, bise gak diajak diskusi secara ilmiah, akademis. Di sinilah kelebehan budak vespa, bise masok dalam pelbagai hal. Sukses untok FRKP WB Vespa Lovers, kamek tunggu giat-giat selanjotnye,” tutupnya.

    Sementara itu Pimpinan Ordo Kapusin Maria Ratu Para Malaikat, RD Dr Mayong Andreas Acin OFM Cap mentatakan, “Selamat HUT ke-2 FRKP West Borneo Vespa Lovers. Terimakasih kepada Br Stephanus Paiman OFM Cap dan seluruh panita yang telah menganimasi aneka kegiatan berkaitan dgn Perayaan HUT ini.”

    Pastor Mayong begitu biasa dia dipanggil mengatakan, “Terimakasih banyak atas upaya penanaman pohon yang telah dilakukan di Rumah Pelangi dan kegiatan seminar yang telah berlangsung sangat baik.”

    RD Dr Mayong Andreas Acin OFM Cap menyebutkan, kegiatan ini sangat selaras dengan visi dan misi Ordo Kapusin Provinsi Pontianak yang sangat peduli pada pelestarian lingkungan hidup.

    “Inilah upaya yang kita lakukan untuk merawat Ibu Pertiwi, rumah kita bersama karena generasi yang akan datang berhak menikmati apa yang kita nikmati sekarang. Kepedulian pada lingkungan hidup juga berarti kepedulian pada generasi yg akan datang. Semoga FRKP West Borneo Vespa Lovers semakin menjadi berkat bagi banyak orang, semakin dikenal dan dicintai masyarakat.”

    Ketua Komsos KAP Paulus Mashuri: Jangan Mandai-mandai Buat Berita

    MajalahDUTA.com, Pontianak -“Jangan mandai-mandai buat berita.” Hal tersebut diungkapkan oleh Paulus Mashuri sebagai ketua Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak kepada empat mahasiswi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, dalam pelatihan radio di Jl Imam Bonjol No 338, Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

    Pelatihan satu hari ini, dilaksanakan pada Kamis 17 September 2020 di Aula Rapat Komisi Sosial Keuskupan Agung Pontianak (Komsos KAP) ditemani oleh Fransiskus Edy OP. Fransiskus Edy OP, adalah awan Ordo Dominikan yang saat ini menjabat sebagai Manajer Stasiun Radio Diah Rosanti, radio milik Keuskupan Agung Pontianak. Hadir pula Udin sebagai kakak senior di Radio Diah Rosanti untuk menemani empat mahasiswi dari IAIN Pontianak.

    Dalam materi yang disampaikan oleh Paulus Mashuri tersebut, ia menjelaskan prinsip-prinsip dan poin penting dari seorang jurnalis, yaitu mengutamakan fakta terlebih karakter diri yang tahan banting.

    Dalam sesi tersebut ia juga membedakan antara menjadi seorang jurnalis radio dan penulis jurnalistik. Oleh sebab itu, hal yang harus diutamakan dalam peliputan dan menyajikan berita tidak boleh ditambah-tambah. Jika A katakan A, jika B maka katakan B.

    BACA: Dimana Ada Kasih, disitu ada Tuhan: Mgr Agus

    “Jadi jurnalis itu, jangan mandai-mandai untuk nambah berita alias jurnalis ‘MM,’ tulislah berita sesuai dengan apa yang terjadi,” ujar Paulus Mashuri.

    Sebagai manajer stadiun di Radio, Fransiskus Edy OP mengaku bahwa kadang ilmu teori yang didapat bangku kuliah harus dilengkapi juga dengan ilmu praktik. Maka dari itu, pelatihan ini adalah informasi tambahan untuk mahasiswi yang magang di Radio Diah Rosanti.

    “Harapan kami sebagai orang tua yang mengasuh mereka dalam magang di Radio Diah Rosanti, kedepannya ilmu tambahan yang mereka latih dan telah mereka dapatkan, bisa menjadi bekal mereka bekerja kedepan,” ujarnya.

    Ia juga menambahkan bahwa ilmu yang mereka dapat selama mereka magang di radio, bisa juga mereka terapkan dalam bidang pekerjaan lain.

    Dimana Ada Kasih, disitu ada Tuhan; Mgr. Agus

    MajalahDUTA.com – Setidaknya itulah yang Mgr. Agustinus Agus katakan dalam menutup sambutan dalam acara perayaan 110 tahun Rumah Sakit St. Vincentius Singkawang pada Sabtu, 5 September 2020 di Aula Sr. Alena Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang Jl. P. Diponegoro No.5, Pasiran, Singkawang Bar., Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

    Siang itu tepat pada hari Sabtu 5 September 2020 acara misa syukur dipimpin langsung oleh Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak sebagai selebran utama dan didampingi oleh P. Frederik Samri OFMCap dan diikuti oleh peserta undangan yang terbatas berhubung dengan suasana Covid19. Misa syukur dimulai pada pukul 09.00 WIB dan usai misa, dilanjutkan dengan pelantikan direksi baru Rumah Sakit  St. Vincentius Singkawang.

    Dalam kesempatan sambutan Uskup Agung Pontianak, ia sangat mendukung dengan sikap yang menggedepankan kemajuan dalam bidang teknologi informasi. Mgr. Agus mengatakan bahwa sekarang manusia tidak bisa lagi menghindari perkembangan zaman seperti teknologi, kedepan itulah yang harus diutamakan.

    “Memang banyak tantangan, covid19 tidak akan lari dari muka bumi. Ibarat kita bertemu dengan harimau yang buas, secara fisik kita tidak mungkin akan mampu membunuhnya, maka bagaimana kita menjamin persahabatan dengan harimau yang ganas itu,” katanya.

    Mgr. Agus mengatakan bahwa Kasus covid19 ini adalah hal yang tidak biasa, maka hal itu juga harus mengatasinya dengan cara yang tidak biasa juga dan itulah yang harus dicari jalan keluarnya bersama.

    “Tapi dalam hal ini bagi saya yang mendorong kita adalah semangat yang mendorong kita, untuk melaksanakan apa yang bisa kita tuangkan dalam program kerja,” ujarnya.

    Rumah Sakit Santo Vincentius ini adalah Rumah Sakit milik Keuskupan Agung Pontianak yang dikelola oleh para Suster dari SFIC dengan Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius. Tepat pada hari Sabtu 5 September 2020 telah diangkatnya dr. Nurtanti Indriyani, MPH sebagai direktur Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang untuk Periode 2020-2023.

    Dalam kesempatan itu ada dua acara sekaligus yang dilaksanakan yaitu antara lain Pelantikan Direksi Rumah Sakit Santo Vincentius dan Perayaan 110 Tahun Rumah Sakit Santo Vincentius. Adapun para direksi yang dilantik yaitu dr. Nurtanti Indriyani MPH (direktur), dr. Hendry Halim, Sp.PD, dr. Melda, M.Sc. Sp.A, Ns. Ignatius Nandang, S.Kep CWCS, Sr. Fransiska Nurhayati SFIC dan Sr. Ancilla Pangan SFIC.

    Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan Lagu Mars Rumah Sakit Santo Vincentius. Lanjut dengan pelantikan direksi RSSV, kata sambutan kemudian lanjut dengan menyanyikan lagu Bagimu Negeri.

    Sebagai ketua Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius, Sr. Sabina Linin, SFIC melakukan penandatanganan berita acara, dilanjutkan dengan pelantikan direksi Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang dengan masa bakti 2020-2023. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Sr. Yulita Imelda, SFIC dan Sr. Lidwina, SFIC untuk menjadi saksi dalam pelantikan Direksi Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang.

    Dalam homilinya, Uskup Agung Pontianak juga menegaskan bahwa untuk ulang tahun yang ke 110 tahun, tentu usia yang tidak muda lagi.

    “Jika kita melihat momen ulang tahun semacam ini, pastinya kita juga tidak terlepas dari melihat masa lalu, menjalani hari di masa kini dan melihat jauh ke masa depan,” katanya (05/09/2020).

    Ia mengatakan bahwa melihat masa lalu, artinya tidak boleh melupakan para inisiator, para pendiri dan terutama mereka yang sudah mendahului menghadap Bapa di surga. Mgr. Agus mengajak semua anggota untuk berdoa agar tetap dilindungi Tuhan dan ia yakin mereka yang sudah bersama Bapa di Surga sudah mendoakan generasi saat ini yang bekerja.

    Selanjutnya, tantangan selalu ada maka dari itu Mgr. Agus menekankan kepada para dokter sebagai pribadi yang bekerja mereka tidak bisa berdiri sendiri, harus ada kebersamaan untuk melanjutkan karya yang mulia ini. Oleh karena itu dengan kesempatan ini Uskup Agus memohon bantuan Tuhan untuk bisa melanjutkan karya  rumah sakit yang sungguh-sungguh dibutuhkan di saat ini.

    “Hari ini, akan dilantik para direksi yang baru, mari kita doakan mereka agar mampu melanjutkan karya yang sudah dimulai 110 tahun yang lalu,” katanya.

    Selaras dengan Injil yang dibacakan sabtu itu, di dunia ini tidak ada hal yang sempurna. Tadi dalam Injil kita mendengar bahwa Yesus dikecam oleh orang Farisi karena dianggap melanggar peraturan karena hari sabat orang tidak boleh bekerja tetapi murid-murid Yesus memetik Gandum pada hari sabat.

    “Saudara-saudari yang terkasih, ini pertanda bahwa tidak ada kebijakan didunia ini yang sempurna. Oleh karena itu dalam Gereja Katolik ada istilah yang dikatakan Ecclesia reformata semper reformanda  atau Gereja Reformasi yang terus membaharui  diri atau gereja diperbaharui terus menerus,” tegas Uskup.

    Sekarang pro dan kontra, sehat dulu atau makan dulu?

    Bagi Uskup ini sama halnya dengan mendebatkan telur atau ayam yang lebih dahulu. Pro dan kontra itu yang membuktikan bahwa kebijakan yang ada dimuka bumi ini tidak semua sempurna.

    Banyak contoh yang bisa diambil, salah satunya yaitu “Suatu ketika ada perempuan yang tertangkap berzinah, dibawa ke hadapan Yesus. Dan menurut aturan setempat wanita ini harus dihukum mati. Namun Yesus mengatakan; siapa yang tidak bersalah dan tidak pernah berbuat dosa hendaklah ia melemparkan batu pertama kalinya. Dan satu-satu pun mundur dari yang tua sampai yang muda. Cara Yesus mengatakan “saya pun tidak akan melempar batu kepada kamu, tapi pergilah dan jangan berdosa lagi, ”tuturnya.

    Mgr. Agustinus Agus juga mengajak untuk merenungkan perumpama itu karena, kadang dalam masyarakat penguasa hukum tidak digunakan untuk kepentingan banyak orang. “Kadang-kadang dalam hidup kita, kita memakai hukum bukan untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk keadilan orang tapi untuk rezeki kita sendiri, kantong sendiri, kelompok sendiri dan sebagainya,” ujarnya.

    Sebagai ketua Direksi baru ia mengatakan bahwa situasi saat ini merupakan situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan secara normal, dan karena itu ia berhadap semua tim untuk bisa sama-sama bergandengan tangan dan bekerja dengan motto yang sudah dipilih dan diperbaharui.

    Sebagai ketua direksi yang baru, dr. Nurtanti Indriyani, MPH juga menyampaikan informasi aktivitas-aktivitas selama pandemi covid19. Baik dari kinerja maupun keadaan kunjungan pasien.

    “Patut disyukur dengan situasi ini, Rumah Sakit Santo Vincentius tidak melakukan rasionalisasi seperti mem-PHK karyawan atau merumahkan karyawan, sebab untuk saat ini kita belum sampai pada tahap SDM yang dikurangi, ” katanya (05/09/2020).

    Ia juga mengatakan bahwa untuk bekerja dirumah sakit itu diibaratkan sebuah kapal yang harus berlayar ditengah ombak, dan ia juga tidak tahu sampai kapan Pandemi Covid19 akan berakhir. Mungkin sampai akhir tahun, mungkin tahun depan atau mungkin saja sampai vaksin covid19 telah ditemukan.

    “Istilahnya, kita harus bersiap dengan hal yang terburuk, dan berharap dengan hal yang terbaik,” katanya.

    Ia berharap kedepannya, manajemen baru untuk periode ini harus beradaptasi dan berinovasi dengan tema covid19, karena ini tidak bisa dihindari. Salah satunya dengan cara mempercepat transformasi digital.

    “Artinya penguatan dibidan IT, salah satunya kita mengurangi kontak dengan kontak dengan pasien atau pengunjung dengan harapan mengurangi kontak dengan pasien untuk mencegah penularan covid19,” tutur dr.Nurtanti.

    Kedepannya ia juga berharap dapat mengembangkan teknologi kedokteran yang harapannya dapat digunakan dalam pelayanan kepada pasien. Perkembangan teknologi itu juga ia mengatakan dapat mengefisiensi dibidang segala pelayanan, dengan tidak mengurangi mutu dan keselamatan pasien.

    Dalam kesempatan itu pula, sebagai ketua Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius Singkawang Sr. Sabina, SFIC mengucapkan selamat datang kepada seluruh pengurus direksi baru. Ia juga mengatakan bahwa melihat situasi saat ini, dimana covid19 ini sudah melanda seluruh dunia. Ia menyampaikan ada hal pokok yang bisa dilakukan di masa pandemi ini.

    “Meskipun pandemi covid19 melanda dunia, tentu dibalik itu juga ada hal positif yang bisa dipetik dalam masalah yang sedang berkembang saat ini. Salah satu contoh, sekarang keluarga bisa bersama-sama duduk di rumah,” tutur Sr. Sabina, SFIC (05/09/2020).

    Ia berharap dengan kepengurusan baru ini, untuk bersama-sama bekerja dan menjalankan tugas masing-masing agar mengedepankan semangat pelayanan kepada masyarakat.

    “Kalau pelayanan kita bagus, saya rasa Tuhan juga akan membantu kita untuk memberikan hal yang terbaik,” tambahnya.

    Selaras dengan itu, dalam kesempatan sambutan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus juga mengingatkan untuk melihat kembali ke Motto yaitu melayani dengan kasih.

    “Kasih bisa kita tunjukkan dengan gestur, gerak badan, dan kasih kita bisa lakukan dengan tutur kata dan cara kita berbicara dengan orang. Sebagai orang yang berada didalam organisasi Rumah Sakit St. Vincentius Singkawang, harus memilki sikap kebersamaan. Ibarat kata ‘berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’ dan situasi saat ini sangat diperlukan,” tutur Uskup Agus.

    Sebagai Pemilik Rumah Sakit St. Vincentius Singawang, Mgr. Agustinus Agus mengatakan bahwa tentu dari pihak Keuskupan akan memperhatikan, jika ada masalah dan kasus sekarang pasti pasti juga turun tangan. Namun, Mgr. Agus menganggap rumah sakit ini adalah anak yang sudah dewasa, bagaimana mengatasi masalah secara dewasa, tapi secara pribadi sebagai Uskup Agung Pontianak, tidak akan pernah mau lepas tangan dari situasi Rumah Sakit St. Vincentius ini, karena memang milik Keuskupan.

    Uskup Agung Pontianak juga mengharapkan keterbukaan antara rumah sakit dengan keuskupan karena sebagai Rumah Sakit adalah pelayanan yang sungguh muliah  dan itu sudah dimulai sedari 110 tahun yang lalu.

    Uskup Agung Pontianak juga menegaskan jika anggota melayani dengan kasih, dan bicara melayani tidak melulu bicara tentang uang. “Kasih itu juga bisa ditunjukkan dengan senyuman untuk orang, memberi salam, memberi hormat dan sikap empati kepada orang lain,” ujarnya.

    Sebelum menutup sambutannya, Mgr. Agus berpesan jangan pernah main-main dengan tutur kata dan bahasa karena itu sangat penting dalam sikap melayani.

    “Dimana ada kasih, disitu ada Tuhan dan kalau disitu ada Tuhan maka tidak ada yang tidak bisa kita selesaikan. Maka jika anda mengandalakan Kasih maka Tuhan hadir disitu dan Tuhan akan memberikan solusi,” tegas Mgr. Agus sembari menutup sambutannya.

    Dalam pandemi Covid 19 Seperti ini, ia ingatkan bahwa jangan tanya kapan selesai. Anggap saja Covid19 ini tidak akan selesai karena berangkat dari situlah tim yang melayani diajak untuk memiliki semangat berjaga-jaga. Jangan juga terlalu menganggap remeh, dan jangan juga terlalu takut berlebihan terhadap covid19.

    Namun hal yang harus dimiliki adalah sikap netral dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi, artinya seimbang dalam hidup. Karena hidup ini selalu ada kompromi dan pada akhirnya tidak ada yang sempurna. Sebab, dari zaman Adam dan Hawa tidak ada lagi yang mudah di dunia ini.

    “Berbuatlah dan bekerjalah dalam iman dan kasih, untuk kemuliaan Tuhan,” tambah Mgr. Agus.

    Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan Foto bersama dan makan siang bersama seluruh tamu undangan.

    Samuel-05/09/2020- RSSV Singkawang

    Saya Prihatin dengan Ilmu Kebal; Mgr. Agus

    MajalahDUTA.com, Pontianak- Hal itu Mgr. Agustinus Agus sampaikan kepada sejumlah orang muda katolik (OMK) Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang, Keuskupan Agung Pontianak dalam Perayaan Misa HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75. Misa dipimpin langsung oleh selebran utama Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak, didampingi oleh Pastor Lukas Ahon, CP sebagai Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang dan Pastor Petrus, CP (Missionaris) sebagai Pastor Rekan, Sabtu Malam, 16 Agustus 2020.

    Setidaknya dalam kata sambutan Pastor Lukas Ahon,CP., ia mengaku bahwa suasana malam itu seolah seperti sebuah mukjizat, yang dimana seharian turun hujan deras, namun pas perayaan ekaristi dimulai, suasana menjadi teduh. Dalam perayaan misa HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun ini, diikuti sejumlah OMK Paroki yang dibatasi sebanyak 150 peserta, karena berhubung dengan mengikuti protokol kesehatan terkait covid19. Suasana misa HUT 17  Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75  juga dimeriahkan oleh koor orang muda dari Stasi Fransiskus Assisi Lingga.

    Dalam Homili, Mgr. Agus mengatakan sebagai pribadi yang beriman, jangan pernah hidup setengah-setengah.

    BACA JUGA: Tanpa Doa, Hidup Gersang

    “Tadi didalam Injil bagian terakhir dikatakan, berilah pada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Tuhan apa yang menjadi Hak Tuhan. Kata-kata ini bisa dibahasakan serupa dengan yang dikatakan oleh, Mgr. Suryopranoto, yaitu 100 persen Katolik/ 100 persen Indonesia. Artinya, kita hidup jangan setengah-setengah, untuk menjabarkan itu tidak mudah, karena kadang-kadang kita terjebak, akan kepentingan sesaat, kepentingan kelompok tertentu,” katanya, Sabtu Malam (16/08/2020).

    Uskup Agung Pontianak juga menghimbau dan mengingatkan kaum muda, bahwa sebagai Uskup Agung Pontianak yang memimpin umat Katolik prihatin dengan ilmu kebal.

    “saya minta khususnya orang muda Katolik, jangan ikut ilmu kebal,” katanya.

    Dalam sambutanya, ia  menjelaskan bahwa orang muda saat ini berhadapan dengan kemiskinan, berhadapan dengan pengangguran, bukan justru mempelajari itu seolah seperti mau perang saja.

    BACA JUGA: Baik atau Buruk Waktu-nya, Harus Siap Diutus; Mgr. Agus

    Uskup Agus juga mengatakan bahwa doa secara Katolik, bukan berarti sah secara katolik. Karena berdasarkan isue yang beredar bahwa  ilmu kebal dengan mengucapkan Bapa Kami, Salam Maria, bukan berarti Katolik, karena semua orang bisa ucapkan hal itu. Bahkan menurut Uskup Agus hal itu melenceng, apalagi diadakan dihari minggu, “mohon maaf, kalau ini terjadi maka hal tersebut adalah pembodohan, bahkan saya bisa tuntut, hal itu menghina Agama Katolik. Karena tidak ada ajaran Katolik, yang mengajarkan ilmu Kebal,” imbuhnya sembari menghimbau OMK, Sabtu Malam (16/08/2020).

    Sekarang orang muda berkutat dengan masalah sosial yang nyata. Apalagi, sebelumnya Mgr. Agus mengatakan ada isue yang ia dengar terkait suatu tempat, dimana diikuti oleh pemuda-pemudi dan dibawa ke hutan selama tiga hari-tiga malam untuk belajar hal-hal semacam itu.

    “Itu mau apa? Kita ini lapar, banyak yang mencari pekerjaan, pendidikan yang tertinggal, dan masalah sosial ini nyata di tengah masyarkat. Khusus untuk Katolik, saya larang mengikuti hal seperti itu. Lebih baik kalian mencari pekerjaan dari pada ikut hal semacam itu,”katanya.

    Uskup Agus juga menegaskan bagi Katolik, sejak berdirinya Gereja, tidak ada Ilmu kebal, karena dalam Iman Katolik, khususnya dalam Doa Aku Percaya, yaitu ‘Aku Percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan hidup kekal.’ Ini sudah jelas bahwa iman Katolik tidak membenarkan adanya praktek hal-hal semacam itu.

    Sejalan dengan itu, Sebagai Tokoh Masyarakat Dayak, Yakobus Kumis juga mengiyakan hal tersebut. Ia menjelaskan, bahwa Budaya kita (Dayak) bukan untuk unjuk gigi dan pamer kekebalan. “Budaya kita adalah budaya sopan-santun, solidaritas, ramah kepada sesama dan budaya pembelajar,” katanya Sabtu Malam(16/08/2020) Paroki Sungai Ambawang.

    Sebagai Pastor Paroki, Pastor Lukas Ahon, CP., sebelumnya sudah menyuarakan hal yang sama, bahkan ia dianggap menghina adat tradisi, dan isue-nya, Pastor Lukas Ahon, CP mau diadat karena dianggap menentang pihak yang tersinggung. Namun, yang mau disampaikan oleh Pastor Lukas Ahon, CP dalam hal ini yaitu aksi tersebut mengatas namakan Dayak dan dibalut dengan keyakinan Katolik untuk hal-hal yang bersifat tidak khas Katolik, dan itulah yang menjadi masalahnya.

    “Sebagai Orang Muda Katolik, bukan saat nya lagi untuk mengadu otot, sedangkan kita dihadapkan dengan situasi real ditengah masyarkat. Maka dari itu, hal yang paling penting adalah mengasah intelktual, berkarya, dan mengembangkan taraf hidup masyarkat yang tertinggal,” ujarnya.

    BACA JUGA: Mgr. Agustinus Agus turut hadir Silaturahmi Kamtibmas dengan Awak Media

    Sejalan dengan hal itu, Uskup Agus sedikit menceritakan kedatangan para Missionaris dahulu yang pertama-tama dibangun adalah Budaya Pendidikan,  pengembangan Ekonomi, dan Kesehatan.

    “Coba jika kita lihat sejarah, para missionaris Katolik zaman dahulu datang ke Kalimantan bukanlah membawa Ilmu Kebal. Justru pertama-tama yang mereka bangun adalah Pendidikan, Kesehatan dan Pemberdayaan Ekonomi. Mati tidak usah kita cari, dengan sendirinya kita akan mati, tapi kita harus berjuang untuk hidup dengan cara bekerja, berkarya,” katanya.

    Sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, sangat prihatin terkait hal ini, namun khusus untuk Katolik ia himbau untuk ikut ajaran resmi gereja. Dalam hal ini sebagai pimpinan Gereja, ia  punya hak untuk menghimbau terkait hal tersebut dan itu hanya kepada orang Katolik, tapi diluar Katolik, itu bukan urusannya. .

    “Saya mau mengatakan misalnya pasangan mu divonis akan meninggal dan kanker stadium 4, apakah anda kuat? Justru dalam hal seperti ini, kekuatan kita hanya beriman kepada Tuhan. Mau diterima atau tidak diterima, tapi ini harus saya sampaikan bahwa ada hal yang khas Katolik, tapi ada hal yang tidak khas Katolik,” ucap Uskup Agus.

    Usai perayaan misa, semua OMK paroki diajak untuk mengikuti sesi yang dibawa oleh Bpk. Martinus., S. Ag., M.Si dengan tema khas dari OMK St. Yohanes Bosco Paroki St. Fidelis Sungai Ambawang, “Beriman, Bersaudara dan Berbelarasa.” Malam itu, dilanjutkan juga dengan malam akrab dan ramah-tamah, sembari diiringi oleh Band Komsos Keuskupan Agung Pontianak, Sabtu malam (16/08/2020).

    By. Samuel_KomsosKAP.

    Santo Dominikus adalah Petani Kristus yang bekerja di kebun Yesus untuk membantu-Nya

    MajalahDUTA.com – Ia mewartakan harapan, setidaknya itulah isi homili yang disampaikan oleh wakil Minister Kapusin Pontianak, Pastor William Chang, OFMCap dalam misa Pesta Santo Dominikus de Guzman.

    Pontianak- Sabtu 8 Agustus 2020 di biara Dominikan Jl. Palapa III C No. 2 RT.04 /22 BMD Pontianak Selatan. telah diadakannya misa pesta Santo Dominikus de Guzman.

    Misa perayaan ini dihadiri oleh Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak, kemudian dipimpin langsung oleh saudara dina Kapusin Pontianak P. William Chang, OFMCap wakil Minister Provinsial Kapusin Pontianak didampingi dan diikuti oleh imam Dominikan Pontianak antara lain, P. Johanes Robini Marianto, OP., P. Andreas Kurniawan, OP., P. Edmund Nantes, OP.,  P. Mingdry Hanafi, OP dan Pastor Sabinus, CP (Kongregasi Passionis), diikuti oleh para suster Dominikan Pontianak beserta Dominikan Awam.

    Pesta hari St. Dominikus de Guzman yang dilangsungkan pada pukul 17.00 WIB. Meskipun masih kondisi pandemi covid19, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk menglangsungkan Perayaan Hari Raya Santo Dominikus de Guzman tahun 2020 yang diikuti juga oleh seluruh Dominikan Pastor, Suster dan Dominikan Awam Indonesia dengan via Zoom.

    Sebelum misa dimulai, dalam kesempatan wawancara bersama Pastor Johanes Robini Marianto, OP., ia mengatakan bahwa “menurut tradisi kuno, antara kedua ordo ini yaitu Dominikan dan Fransiskan untuk Perayaan St. Dominikus de Guzman (8 Agustus) maka yang menjadi pemimpin misanya harus dari ordo Fransiskan dan sebaliknya, jika pada tanggal (4 Oktober) tepat pada Pesta St. Fransiskus dari Assisi maka yang memimpin misa adalah dari Ordo Dominikan,” katanya Sabtu malam (08/08/2020).

    Suasana sore itu bersama dengan keheningan pesta Sto. Dominikus dilansungkan dimana acara dimulai dengan perarakan dan diiringi dengan nyanyian merdu dari para suster Dominikan.

    Dalam homili Pastor William Chang, OFMCap, ia mengatakan bahwa ada Seorang seniman yang hidup satu abad setelah Dominikus, Ia pernah menulis tentang Santo Dominikus kurang lebih seperti Petani Kristus yang bekerja di kebun Yesus untuk membantu-Nya.

    Salah satu kesaksian antara lain berbunyi demikian, Santo Dominikus terbukti dimana-mana menjadi pria yang hidup menurut injil, dalam kata dan perbuatan. Dalam siang hari tidak ada yang lebih ramah, tidak ada yang lebih lemah lembut kepada saudara dan orang lain.

    Di malam hari tidak ada yang lebih tekun dan lebih sibuk berjaga-jaga dan berdoa. Dia sangat hemat kata, dan jika ia membuka mulutnya, itu berarti ia berbicara dengan atau kepada Tuhan dengan doa atau berbicara tentang Tuhan tentang kotbah. Inilah norma yang ia ikut dan wartakan kepada orang-orang lain.

    Dipermulaan homilinya, Pastor William Chang mengatakan ia sebenarnya tidak layak berkotbah didepan para Imam Pengkotbah (Praedicatorum). Namun ia mengajak untuk belajar dari teladan Santo Dominikus.

    “Saya sangat sadar, tidak mungkin mengajar monyet memanjat Pohon, atau mengajar buaya berenang. Tapi walaupun demikian, kita bisa belajar dari teladan orang kudus kita,” katanya.

    Dalam homilinya, Pastor William Chang, OFMCap menggambarkan secuplik kisah hidup Santo Dominikus. Ia mengatakan bahwa proses panggilan Santo Dominikus menunjukkan bahwa Tuhan selalu bekerja melalui, lewat sesama dan lingkungan sekitarnya. Orang tua, keluarga, pamannya yang juga religius yang mendidik, teman-teman umat dan hirarki.

    Sesudah dipanggil, Tuhan Yesus mengubah hidup pendiri Ordo Praedicatorum, dia bukan lagi sebagai pria kanonik, tetapi dia sebagai pria yang rasuli secara penuh.

    Sebagai pria kanonik ia penuhi ketentuan doa, tapi sebagai pria yang rasuli secara penuh dia menjalani tugas yang rasuli, seperti yang telah disampaikan dalam kesaksian. Ia berkotbah pada zamannya.

    Namun tidak pernah meninggalkan doa dan kontemplasi, ini cara hidup yang menakjubkan antara hidup dan tindakan Dominikus.

    “Menghadapi bidaah Albigensis pada waktu dalam perjalanan ke lahan selatan Prancis, Santo Dominikus menjadi pengkotbah, pengajar Iman sesuai dengan metode Yesus. Sederhana, apa adanya, tidak membuat orang tambah pusing dan tidak berbelit,” ujarnya Sabtu Malam (08/08/2020).

    Santo Dominikus tinggalkan kemewahan dan kehebatan pengkotbah waktu itu. Ia tobatkan penganut bidaah.

    Peristiwa kelaparan di Spanyol tahun 1191 karena waktu itu sering terjadi perang sampai kelaparan dan waktu itu Argentina berusaha melawan Spanyol, maka timbul musibah kelaparan.

    “Waktu itu Dominikus yang berusia 21 tahun sedang belajar. Apa yang dibuat? Ia menjual pakaiannya, ia menjual perabot-perabotnya, bahkan ia menjual tulisan-tulisan tangannya yang berharga, hasil penjualan itu untuk menolong mereka yang lapar. Kemudian salah satu sumber juga mencatat demikian, kata Dominikus, bagaimanakah saya bisa belajar dari kulit yang mati, sementara itu banyak orang yang sedang meregang nyawanya. Kulit yang hidup lebih berharga, daripada kulit yang mati,” katanya.

    Pastor William juga ada membaca sejarah singkat Dominikan ke Asia bahwa tahun 1561 Dominikan sudah ke Indonesia belahan Timur. Kemudian ke Keuskupan Agung Pontianak, sekurang-kurangnya bergabung dengan STT Pastor Bonus tahun 2006, waktu itu P. Robini, OP dan P. Adrian, OP sama-sama kala itu.

    “Ini merupakan suatu tanggapan yang indah, mereka bekerja di Seminari dan bekerja di Keuskupan Agung Pontianak dengan adanya STKIP Pamane Talino yang sekarang dalam proses pengembangannya. Dan ini saya pikir adalah suatu tanggapan yang real atas tanda-tanda zaman,” ungkapnya.

    Seandainya Sto. Dominikus hidup dalam dekade ke dua dalam abad ke 21, muncul pertanyaan, apa yang akan dilakukan? Terutama berhadapan dengan covid19 yang hampir berlalu yang kita harap pandemi ini cepat berlalu.

    Muncul pertanyaan. Bagaimana semangat dan roh dominikan dalam menghadapi fenomena seperti ini?

    Menutup homilinya, P. William Chang, OFMCap menyampaikan ada sebuah lukisan indah tentang bagaimana Bunda Perawan Maria menunjuk kepada Yesus, bahwa Santo Dominikus dan Santo Fransiskus kedua-duanya pembaharu dunia. Selamat Pesta kepada Ordo Dominikan dan juga ordo-ordo yang lain.

    “Santo Dominikus, Doakanlah Kami,” tutupnya.

    Sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus juga mengucapkan selamat pesta dan selamat merayakan pesta Santo Dominikus terutama Dominikan yang ada di Indonesia.

    Ia berterima kasih atas kehadiran Pastor dan Suster Dominikan khususnya yang ada di Keuskupan Agung Pontianak. Tentu ini merupakan berkat yang besar khususnya umat Katolik Keuskupan Agung Pontianak. Apalagi tekanannya dikembangkan pada Pendidikan.

    “Karena Kalimantan ini termasuk daerah dimana pendidikan masih sangat terbelakang dari daerah-daerah lain. Khususnya daerah-daerah pedalaman yang adalah orang-orang Dayak (orang-orang yang terlahir di Pulau ini),” kata Uskup Agus.

    Sejalan dengan itu, Uskup Agus menyampaikan bahwa ini adalah karya yang sangat Ia hargai karena Pastor Dominikan dan dibantu oleh Suster Dominikan mau mengembangkan pendidikan yang dimulai dari Ngabang yang sebagai simbolik bahwa pembangunan Pendidikan  mulai dari pedalaman baru masuk ke Kota.

    “Yesus pun mulai dari Nazaret baru masuk ke kota. Uskup Agung ini pun mulai dari Sintang masuk ke kota. Jadi semua ini sesuai dan marilah kita saling mendukung untuk melengkapi kekurangan-kekurangan, dengan semangat persaudaraan kita yakin bahwa kekurangan pasti bisa diatasi. Sekali lagi terima kasih kepada para Dominikan, selamat pesta,” imbuhnya.

    Dalam kesempatan itu juga sebagai pastor Passionis, Pastor Sabinus, CP bersyukur kepada Tuhan dengan kedatangan para pendahulu yaitu Missionaris, ia dapat mengenyam pendidikan. Ia mengaku, pendidikan yang ia dapat juga dimulai para Missionaris Kapusin dan Passionis dari kampung.

    Selaras dengan itu, Pastor Edmund Nantes, OP mengucapkan rasa terima kasih kepada Mgr. Agustinus Agus karena sudah menerima mereka Dominikan untuk berkarya di tanah Kalimantan.

    Sebagai superior Rumah Santo Dominikus Pontianak, P. Johanes Robini Marianto, OP mengucapkan banyak terima kasih kepada Provinsial Kapusin Pontianak yang diwakili oleh wakil Minister Provinsial Kapusin P. William Chang, OFMCap.

    Pastor Robini berharap kedepan bisa bekerja sama antara Dominikan dan Fransiskan sebagaimana teladan kedua Bapa Suci yaitu Santo Dominikus dan Santo Fransiskus Assisi.

    Juga ia berdoa kedepannya mereka bisa berbicara mengenai pendidikan baik kerjasama dari Dominikan, Fransisikan dan Passionis untuk Kalimantan kedepannya.

    “Kapal boleh berbeda-beda, tapi tujuan kita sama,” katanya.

    Sejalan dengan itu, sebelum berkat penutup, Mgr. Agus juga mengatakan “walaupun perahunya berbeda-beda, tetapi kita merupakan satu tim, dan inilah merupakan wajah Gereja yang sudah dimulai dari zaman para Rasul, satu kepala, satu tubuh dan banyak anggota,” katanya.

    Usai misa Pesta Santo Dominikus, semua yang hadir di Rumah Dominikus Pontianak diajak untuk makan malam sederhana bersama para Pastor, Suster dan Dominikan Awam.- Samuel_KomsosKap.

    PMKRI Ajak Kader dan Masyarakat untuk Sosialisasi Pilkada Damai

    MajalahDUTA.com – Belum lama ini, PMKRI Pontianak, telah melaksanakan Seminar dan sosialisasi bersama para tokoh. Kegiatan dilaksanakan di STAR Hotel. Jl Gajah Mada. Pontianak. Ketua Presidium PMKRI Cabang Pontianak Srilinus Lino mengatakan bahwa kondisi obyektif di Kalbar yang majemuk, perlu dilakukan sosialisi untuk menekan indeks kerawanan saat Pilkada. Seperti isu SARA, dan kecurangan pada saat Pilkada nanti.

    Perhimpunan mahasiswa katolik Republik Indonesia (PMKRI) melakukan kegiatan Focus Groub Discussion Pilkada serentak 7 Kabupaten di Kalimantan Barat tahun 2020, Sabtu, 08 Agustus 2020.

    Menurut  Srilinus Lino dalam  kegiatan pelaksanan ini ia mengajak seluruh  komponen   para mahasiswa dan Pemuda agar  lebih  berpatisipasi dalam proses  untuk mengawal pilkada 2020 tahun ini.

    ” Untuk  pilkada tahun ini mungkin  agak berbeda dengan  pilkada  sebelum nya,  yang pertama ditengan  pendemi Covid 19.” Katanya Sabtu Siang (08/08/2020).

    Srilinus Lino juga menjelaskan, untuk  PMKRI yang pasti akan ikut  terlibat  dalam mengsosialisasikan dalam penerapan protokol kesehatan  kepada  masyarakat  yang dimana daerah nya  mengikuti pilkada serentak di kalimantan Barat.

    ” Inti dari kegiatan ini mengajak  masyarakat  mendukung  proses  pilkada  damai dan sekaligus tetap mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, ” ujarnya.

    Kegiatan hari Sabtu itu dihadiri oleh Ketua Bawaslu Provinsi Kalimantan Barat atau yg mewakili Bapak Faizal Rizal S. T, M.H (Kordiv Pengawasan dan Hubal), Ketua KPU Provinsi Kalimantan Barat atau yg mewakili Bapak Lomon S. Sos (Komisioner KPU kalimantan Barat), Ketua Pengurus Pemuda Katolik Komda Kalimantan Barat Bapak Maskendari, S.P M.Si. Gubernur Kalimantan Barat yg diwakili Drs. Hermanus, M.Si (Kepala Kesbangpol Kalimantan Barat). Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik sekaligus Dewan Penyatu PMKRI Ibu Dr. Karolin Marget Natasa

    Pangdam XII Tanjungpura atau yg mewakili Kolonel Infantri Utten Simbolon (Aster Kasdem XII Tanjungpura) dan Kapolda Kalimantan Barat atau yg mewakili AKBP Drs. M.  Nasir S.St. M.K (Wadir Binmas Polda Kalimantan Barat).

    Seperti harapan sesuai dengan Peraturan yang telah ditetapkan.”Pada Pilkada 2020 di Kalbar kita sedang dalam kondisi pandemi New Normal Covid 19. Jadi persiapan penyelenggara Pilkada juga harus menyesuaikan, agar dapat berjalan dengan baik. Upaya yang kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan sosialisasi ke masyarakat.

    Pentingnya Protokol Kesehatan. Kami mengajak para kader PMKRI, elemen mahasiswa serta Pemuda agar berperan aktif melakukan sosialisasi tentang hal ini,” jelasnya.

    KPU Kalbar sebagai penyelenggara telah melakukan persiapan melalui tahapan program dan jadwal Pilkada 2020, di Masa New Normal Pandemi Covid 19.

    Komisioner KPU Kalbar Lomon, mengatakan, bahwa dalam kondisi seperti saat ini akan berdampak pada partisipasi pemilih.Target partisipasi pemilih di Kalbar pada Pilkada 2020 sebesar 77,5 persen. Tentu untuk meningkatkan partisipasi pemilih KPU Kalbar dan jajarannya akan menyiapkan strategi khusus dalam mencapai target tesebut.

    “Dalam penyelenggaraan Pilkada ini KPU perlu mendapat dukungan masyarakat, Peserta Pemilu, Pemerintah Daerah dalam dukungan anggaran,” ujarnya. .

    Selaras dengan hal itu, FGD dan Deklarasi Pilkada Damai yang dilaksanakan PMKRI Kota Pontianak saat ini merupakan wujud partisipasi Masyarakat khusus nya mahasiswa, dalam memberikan solusi agar Pilkada Serentak di Kalbar 2020 akan datang, dapat berjalan sesuai target yang diharapkan.”Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah merevisi tiga Peraturan KPU (PKPU) untuk penyelenggaraan Pilkada 2020, yakni PKPU Kampanye, Dana Kampanye, dan PKPU Pencalonan.Ketiganya direvisi untuk disesuaikan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19”, terangnya.

    Kegiatan ini ditutup dengan Pembacaan ikrar Deklarasi Pilkada Kalbar Damai 2020, oleh seluruh Kader PMKRI Kota Pontianak.- (Samuel)

    Pisah Sambut Pastor Paroki St. Theresia Delta Kapuas

    MajalahDUTA.com – Namanya juga melayani, jadi dimanapun pelayan itu berada, maka harus siap untuk melayani. Hal itu juga yang dialami oleh P. Timotius Sinaga, OFMCap dan P. Celesius Joni, OFMCap dalam bertugas dan pelayanan yang mereka emban.

    Minggu, 19 Juli 2020 yang bertempat di Paroki St. Theresia Delta Kapuas, Bintang MAS, Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat  telah diadakannya acara pisah sambut pastor paroki baru untuk paroki Delta Kapuas ini.

    Timotius Sinaga, OFMCap yang sebelumnya bertugas kurang lebih 5 tahun 2 bulan di Paroki Delta Kapuas ini kini ditugaskan ke Santo Yusup Pertukangan, Jl. Adi Sucipto, Sungai Raya, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dan digantikan oleh P. Calesius Joni, OFMCap.

    Sebagai Pastor yang pernah bertugas di Paroki Delta Kapuas ini, P. Timotius Sinaga, OFMCap berharap dengan adanya Pastor Muda dan baru ini, paroki ini sungguh-sungguh bisa meningkatkan keimanan umat di sini.

    Dalam kesempatan kata sambutan acara pisah sambut itu, P. Timotius Sinaga, OFMCap mengatakan bahwa dimanapun ia ditugaskan, semangat yang selalu ia bawa adalah semangat sukacita.

    Ia mengaku, dalam setiap pelayanannya menjadi seorang imam,  pastinya banyak hal yang bisa saja melemahkannya dalam jalan mengikuti Yesus. Namun ia sadari, bahwa apa yang ia lakukan adalah sudah menjadi rencana dari Kehendak Allah.

    Dalam Homilinya, ia mengatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. “Seperti biji gandum dan ilalang yang tumbuh bersamaan, namun pada waktunya tiba mereka akan dicabut bersama-sama dan dipisahkan oleh empunya. Jadi tinggal yang baik (biji gandum) akan digunakan oleh majikannya dan tinggal yang jahat (ilalang) akan dibakar. Jadi, segala sesuatu ada waktunya. Jangan khawatir,” ucapnya dalam Homili, Minggu (19/07/2020).

    Ia mengaku bahwa sejak pertama bulan Juni 2014, ia sudah tancap gas tugas di Paroki Delta Kapuas dengan medan dan wilayah yang terbilang jarang tersentuh dunia luar.

    Pastor Sinaga juga mengatakan bahwa memang, di paroki ini masih kekurangan tenaga imam. Ditambah dengan medan berat, namun ia mengatakan bahwa dalam pelayanan meskipun sulit terjangkau dan menguras biaya banyak, tapi ia tegaskan bahwa pelayanan yang sejati tidak melihat biaya.

    “Meskipun sudah tua, saya tetap tancap gas. Pelayanan bagi saya sedikitpun tidak menjadi masalah. Saya bangga dengan diri saya sendiri, 13 tahun lalu kena kanker, kemudian saya sembuh dari kanker itu. Dan baru-baru saya kena Covid19 pun, sembuh. Saya yakin ini adalah rencana Tuhan yang Ia nyatakan melalui semangat saya,” pungkasnya.

    Ia juga minta maaf kalau selama menjadi pastor paroki di Delta Kapuas, mungkin ada umat yang tersinggung.

    Ia juga mengajak umat untuk saling mendoakan, baik untuknya dan untuk Imam baru, yang sudah dipilih menjadi Pastor Paroki Delta Kapuas.

    Acara misa pisah sambut dihadiri  puluhan umat baik dari perutusan PDKK, Perduki, PDP, UPS, Stasi-stasi, IKSU,  Suster, Bruder, maupun beserta umat paroki. Meskipun tidak semua yang hadir, namun kedatangan perutusan itu adalah tanda bahwa Pastor Sinaga, ini sangat dicintai oleh umatnya, bahkan ada yang rela jauh-jauh dari kampung untuk menghadiri acara pisah sambut di Paroki, Minggu (19/07/2020).

    Usai misa, Pastor Sinaga dan Pastor Boni memberkati Patung Bunda Maria yang digunakan untuk umat berdevosi kemudian memberkati pembaharuan halaman depan, aula dua lantai, baseman garasi, gudang dan lingkungan gereja.

    Selaras dengan itu, setelah berkat penutup, acara  selanjutnya dilanjutkan dengan ramah tamah pisah sambut di samping gereja paroki, sembari merayakan ulang tahun Pastor Timotius Sinaga, OFMCap yang ke 73 tahun.

    Dalam kesempatan yang sama itu pula, P. Celesinus Joni, OFMCap umur 33 tahun yang sebelumnya dua tahun bertugas di perkebunan Pusat Damai menyampaikan rasa terima kasih kepada Pastor Sinaga yang sudah banyak memperbaiki paroki.

    Pastor Boni mengatakan bahwa ia juga imam yang tergolong masih muda, jadi tentu ia dengan senang hati untuk menerima saran, kritikan dan teguran secara langsung.

    “Tegur saja saya secara langsung, namun jangan dibelakang saya, supaya tidak ada dusta diantara kita,” katanya dengan suasana nguyon bersama umat.

    Ia juga mengaku memang awal ditunjuknya ia menjadi Pastor Paroki St. Theresia Delta Kapuas, sempat syok dan terkejut. Namun karena kaul ketaatan dan demi pelayanan, tugas itu pun berani ia emban.

    Sebab paroki ini sekarang melayani 23 stasi dan di pusat paroki  sendiri ada 5 kring yang ukurannya sebesar stasi-stasi.

    “Kalau kita berjuang demi Tuhan, maka tidak masalah, namun kalau berjuang dengan ada apa-apanya maka cepatlah Goyah,” kata P. Calesius Joni, OFMCap, Minggu (19/07/2020).

    Jadi sekarang biarawan  yang tinggal di Paroki St. Theresia Delta Kapuas ada P. Calesius Joni, OFMCap sebagai pastor paroki, ditemani oleh pastor rekannya yaitu P. Plasida Palius Pale, OFMCap dan Br. Roimundus, OFMCap.

    Sebagai biarawan yang tinggal di Paroki, Br. Roimundus, OFMCap mengucapkan selamat bertugas ke tempat yang baru untuk Pastor Calesius yang menjadi Pastor Paroki dan Pastor Sinaga yang ditugaskan di Sekolah Santo Yusup Pertukangan Sungai Raya.

    “Semoga setiap pelayanan yang diterima dan diemban dengan kasih, maka percayalah bahwa Tuhan selalu memberkati,” tambahnya. – Samuel_Komsoskap.

    Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus; Terima Kasih Pada Para Leluhur

    MajalahDUTA.com – Setidaknya itulah maksud dari tanda terima kasih serta penghormatan kepada budaya dan leluhur  yang ditunjukkan dengan berdirinya bangunan trandisional yang Mgr. Agus bangun di Kompleks Rumah Retret St. Johanes Paulus II di Goa Maria Anjongan, Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat.

    Pemberkatan dan Peresmian Patung St. Johanes Paulus II di Kompleks Rumah Retret Anjongan Keuskupan Agung Pontianak. Pemberkatan patung dilakukan langsung oleh Mgr.Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak yang diikuti dengan serangkaian acara resmi yaitu penandatangan prasasti, Jumat 28 Agustus 2020.

    Dalam acara tersebut dihadiri juga oleh berbagai perwakilan dari DanDim, Danlantamal, Ketua DPRD Kalbar, dihadiri juga oleh Kapolres Mempawah serta para Pastor, Bruder, Frater, Suster dan para tamu undangan.

    “Pertama, ini bukan peresmian kompleks rumah retret ini, tetapi ini semacam soft opening sehingga intern yang mau memakainya bisa digunakan,” kata Mgr. Agus Jumat (28/08/2020).

    Dalam sambutannya, Uskup Agus mengungkapkan serangkaian alasan mengapa Ia membangun berbagai motif Dayak di Rumah Betang , Replika Katedral, dan Rumah Chiniese. Mgr. Agus mengaku, hal ini dilakukan karena ia sangat menghormati leluhur dan itulah caranya melestarikan budaya, supaya generasi ingat dan tahu siapa mereka.

    “Saya dengan model bagunan ini, ingin mengucapkan terima kasih kepada pendahulu-pendahulu saya. Orang mengatakan kamu boleh berjalan 1000 KM, tapi kalau tidak ada langkah pertama maka 1000 KM tidak terjadi,”tuturnya.

    Dalam sambutannya, ia juga mengatakan bahwa dalam duplikat Gereja Katedral yang lama terdapat Salib Korpus yang asli dari Gereja St. Yoseph Katedral sebelumnya. Ia mengatakan bagaimanapun hal ini dilakukan dengan maksud bahwa mereka khususnya para Imam generasi sekarang ada, karena adanya pendahulu.

    “hal ini dilakukan dengan maksud bagaimanapun, kita ini bisa berkembang karena adanya pendahulu kita sebelumnya,” tambahnya.

    Ditengah teriknya matahari pagi, Uskup Agus juga sedikit menjelaskan berbagai fasilitas yang ada di area lokasi Rumah Retret Anjongan baik dari Rumah Betang yang di ambil dari Khas Suku Dayak Taman kemudian kedepan dalam Rumah Betang suku Dayak Taman akan dipasang segala jenis-jenis rumah suku Dayak di Kalimantan Barat.

    Ia juga menjelaskan bahwa ada penginapan rumah chiniese yang konon bentuk rumah seperti Klenteng kecil, yang digunakan oleh suku Tionghua perantau untuk hal religi. Selaras dengan hal itu, Mgr. Agustinus Agus juga menjelaskan sedikit tentang Lumbung Padi yang diberi nama Lumbung Berkat.

    “ Padi adalah sumber kehidupan, itu jadi tempat doa, maka itu sekarang saya jadikan Lumbung Berkat. Mudah-mudahan orang datang kesini, daripada ia bertapa dibukit-bukit untuk mencari kekebalan, lebih baik duduk semedi di situ (Lumbung Berkat) untuk menyembah Tuhan agar memperoleh kekuatan Rohani,” ucapnya Uskup Agus.

    Dalam momen yang berbahagia itu, Hj. Erlina Ria Norsan., S.H., M.H selaku Bupati Kabupaten Mempawah berpesan agar patung St. Johanes Paulus II ini bisa dirawat dengan baik.

    “Karena bagaimanapun yang kita lihat sekarang Patung yang berdiri megah bisa menjadi kebanggaan dan kemegahan kita yang ada di Kabupaten Mempawah, Kecamatan Anjongan ini,” katanya Jumat (28/08/2020).

    Ia juga berpesan kepada umat sekalian untuk menggunakan rumah retret dengan baik untuk pembinaan iman sehingga terwujudnya keamanan beribadah serta memupuk rasa toleransi umat beragama di sekitarnya.

    “Mari kita jaga dan rawat ini, dan mudah-mudahan ini juga menjadi salah satu Icon di Kabupaten Mempawah karena tempat parawisata religi bisa juga disini,” lanjutnya.

    Pagi itu, usai pemberkatan oleh Mgr. Agustinus Agus selaku Uskup Agung Pontianak, kemudian  dilanjutkan dengan penandatangan prasasti oleh Ibu Bupati Mempawah Hj. Erlina Ria Norsan., S.H., M.H dan Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus.

    Selanjutnya pelepasan balon dengan tulisan St. John Paul II digunting oleh Hj. Erlina Ria Norsan bersama Ibu Sesilia Nunuk Sigid Tri Hardjanto yang sekaligus meletakan Gambar Bunda Maria versi Tionghua di Rumah Tionghua Kompleks Rumah Retret Anjongan, Kalimantan Barat, Jumat 28 Agustus 2020.

    Pemberkatan dan peresmian siang itu ditutup dengan Foto bersama, seraya Bupati Mempawah meninggalkan lokasi. Usai itu, acara dilanjutkan dengan Misa yang dipimpin langsung oleh selebran utama Mgr. Agustinus Agus diikuti oleh 15 Imam yang ada di Keuskupan Agung Pontianak.

    Dalam Uskup Agus, sekilas ia menceritakan alasan mengapa Patung St. Johanes Paulus II ini menjadi alasan berdirinya di Lokasi Rumah Retret. Ia mengatakan bahwa, Santo ini merupakan Santo yang ada di abad ini yang lima tahun setelah meninggalnya Santo ini dinobatkan sebagai orang kudus.

    Uskup Agus juga mengaku bahwa kedekatannya dengan Santo Johanes Paulus II dikala semasa hidupnya saat menjadi Paus kala itu yaitu saat ia bisa duduk makan satu meja bersama Paus di Roma (1985).

    “Saya pribadi memiliki hubungan yang istimewa dengan St. Johanes Paulus II ini, tahun 1985 ketika saya kembali dari Amerika. Saya berjumpa dengan St. Johanes Paulus II ini dan pernah satu meja makan bersama Santo ini,” ungkapnya.

    Setelah misa, acara dilanjutkan dengan pemotongan Kue Pesta Santo Agustinus yang dirayakan setiap tanggal 28 Agustus yang digunakan Uskup Agus sebagai nama Pelindungnya. Setelah pemotongan kue, semua hadirin diajak untuk santap siang bersama dengan diiringi oleh tim musik dari Keuskupan Agung Pontianak.-Samuel_KomsosKAP.

    TERBARU

    TERPOPULER