Sunday, September 21, 2025
More
    Home Blog Page 154

    Mgr. Agustinus Agus Letakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Nur’ Aman Polresta Landak

    MajalahDUTA.com – Kebersamaan dalam masyarakat merupakan hal yang menjadi cita-cita dari banyak orang. Kebersamaan itulah yang menjadi kekuatan untuk menjadi bangsa dan potensi untuk berkembangnya sebuah wilayah.

    Untuk itu, tepat pada Jumat siang 21 Agustus 2020 di Polres Landak, Uskup memberkati Gereja Baru St. Ignatius Loyola dan turut meletakan batu pertama pembangunan Masjid Nur’ Aman di lingkungan Polres Landak.

    Peresmian dan Pemberkatan Gereja Santo Ignatius Loyola Polres Landak Paroki Salib Suci Ngabang, diresmikan oleh: Bupati Landak dr. Karolin Margret Natasa dan Kapolda Irjen Pol Dr. R. Sigid Tri Hardjanto, S.H., M.Si., Kalbar kemudian diberkati oleh: Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontianak.

    Sebelum misa pemberkatan Gereja baru, dilakukan peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Nur’ Aman Polresta Landak, oleh Kapolda Kalbar, Bupati Landak, Uskup Agung Pontianak, Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Barat 1 Cornelis, Ketua Bhayangkari Polda Kalimantan Barat, Kapolres Landak, Ketua DPRD Landak, Ketua Pengadilan Negeri Ngabang, Sekda Landak dan Ketua MUI Landak.

    Hari itu juga merupakan sekaligus hari berbahagia untuk Kalimantan Barat terlebih untuk umat Katolik, karena Pemberkatan Gereja ini merupakan pemberkatan dan untuk yang pertama kalinya di Kalimantan Barat.

    Uskup Agung Pontinak mengatakan bahwa hal ini merupakan sebuah trobosan dan langkah yang luar biasa. Dalam sambutan Mgr. Agus sebelum mulai misa, ia mengatakan bahwa tidak jarang perpecahan sering terusik bahkan terjadi karena berbeda keyakinan.

    Namun oleh karena itu Uskup Agus mengajak semua umat untuk bersyukur atas langkah dan simbol ini merupakan bentuk keberagaman yang menguatkan.

    “tantangan tetap ada, tapi yakinlah bahwa Tuhan selalu membantu orang yang berkehendak baik. Tepatlah bahwa St. Ignatius Loyola yang menjadi nama gereja di Lingkungan ini adalah perlindung untuk TNI/Polri, dan memang dalam konteks tersebut santo ini mewakili dan menjadi santo Pelindung TNI/POLRI,” kata Uskup Agus Jumat siang (21/08/2020).

    Dalam Sambutan Kapolda, ia mengaku terharu sekaligus bangga karena bersama semua jajarannya bisa menyaksikan acara dan agenda yang membahagiakan dan begitu mengharukan.

    ” Disamping Gereja ada sebuah Mesjid, dan ini merupakan simbol kerukunan. Karena selalu saya katakan bahwa, kita bekerja dasarnya harus satu keimanan. Karena semua yang kita kerjakan akhirnya terpulang kepada yang maha kuasa,” katanya Kapolda Jumat Siang (21/08/2020).

    Kapolda berharap dengan pembangunan rumah ibadah ini bisa membantu anggota untuk meningkatkan kualitas spritualitas dan keimanan mereka dimanapun mereka berada.

    Sebagai Kapolres Landak, Ade Kuncoro menyampaikan laporan bahwa rencana pembagunan Gereja gereja ini dilaksanakan tahun lalu (2019). Ia mengaku bahwa ide ini muncul dari Kapolres yang lama, namun memang belum terselenggara, dan dipesankan pada penerusnya kalau bisa dilanjutkan.

     

    “Dengan pertimbangan bahwa, jumlah personil kami yang jumlahnya 440 orang di Polres Landak ini, separuhnya muslim dan separuhnya non-muslim,” katanya.

    Ia juga mengaku terenyuh, karena melihat saudara-saudaranya baik dari  non-muslim/nasrani ini kalau ada kegiatan menggunakan lapangan. Sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan pembangunan di Polres Landak.

    Dalam perayaan misa pemberkatan Gereja, selebran utama dipimpin langsung oleg Mgr. Agustinus Agus dan didampingi oleh P. Sabinus Lohin, CP. (Pastor STKIP Pamane Talino Ngabang) dan Pastor Meriko, OFMCap sebagai Pastor Paroki Salib Suci Ngabang.

    Dalam homilinya, Mgr. Agus menyampaikan rasa terima kasihnya karena sudah memperhatikan Polres Landak. Uskup Agus juga mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan ini tentunya, sudah menjadi tanggungjawab bersama.

    “Gereja ini ada bukan hanya menjadi hiasan namun, menjadi kebanggaan dan digunakan agar kita sebagai gereja-gereja kecil, sungguh menjadi orang yang kuat dan dihormati oleh masyarkat,” ujarnya.

    Sejalan dengan itu, Mgr. Agus mengatakan bahwa sejak tahun 2018 Kardinal Ignatius Suharyo menjadi uskup TNI/Polri datang ke Pontianak, waktu itu ia mengangkat Pastor Prasetyo, CDD menjadi Pastor TNI/Polri dan sejak itu, sudah ada kebiasaan di Pontianak setiap jumat awal bulan, ada misa TNI/Polri.

    “Kenapa saya mengambil kebijaksanaan seperti itu? Karena jujur Pak Kapolda, kadang-kadang TNI/Polri juga kelompok yang diperas tenaganya, dibalik itu mengalami masalah-masalah hidup yang tidak kecil,” tuturnya.

    Sebelum Homilinya, Uskup Agus menegaskan bahwa manusia juga perlu istirahat dan waktu untuk mengheningkan diri.

    “Sehebat apapun kita manusia, kita perlu istirahat sejenak, kita harus merenung sejenak untuk ingat diri sendiri, datang dan dekat dengan Tuhan untuk bisa bekerja lagi,” pungkasnya.

    Untuk pertama kalinya khusus Gereja, dibangun di lingkungan Polres Kalimantan Barat,  dan gereja itu bersampingan dengan Masjid.

    Dalam sambutan ketua panitia oleh Junaidi ia mengaku bahwa pembangunan Gereja Santo Ignatius Loyola ini berlansung kurang lebih selama delapan bulan. Ia juga mengtakan bahwa pembangunan Gereja ini terdiri dari Gabungan Umat seputar Kabupaten Landak.

    “Adapun umat yang terlibat antara lain Lingkungan St. Teresa, Padre Pio, Maria Vianney beserta personel, Polres Landak,” katanya.

    Junaidi juga menambahkan bahwa Pembangunan Gereja ini dengan luas 10 x 15 meter persegi, dan sumber pembiayaan berasal dari dana hibah Pemerintah Kabupaten Landak dan donatur.

    Bupati Landak Karolin Margret Natasa mengatakan dengan  diresmikannya Gereja Ignatius Loyola dan peletakan batu pertama Masjid Nur’ Aman di Polres Landak, ia berharap ini dapat meningkatkan keimanan semua anggota Polri yang bertugas.

     

    Ia juga mengatakan pembangunan gedung ibadah yang berdampingan ini diharapkan dapat menjadi simbol keberagaman dan harmonisasi yang ada di Kabupaten Landak, Kota Ngabang alias Kota Intan tersebut.

    “Semoga pembangunan ini diharapkan bisa semakin meningkatkan keimanan sekaligus mempererat persaudaraan bagi umat beragama di Polres dan di Landak, hal ini juga menjadi salah satu simbol keberagaman yang ada di Kabupaten Landak,” tutur Bupati Karolin.

    Ia berharap dengan masjid dan gereja di lingkungan Polres Landak ini akan semakin meningkatkan semangat umat beragama untuk beribadah, baik di jajaran anggota polres maupun masyarakat sekitatnya,”ujarnya.

    Sejalan dengan itu Kapolda Kalbar, Irjen Pol R Sigit Tri Hardjanto mengatakan dengan adanya masjid dan gereja yang dibangun di wilayah Polres Landak dapat menjadi semangat baru dan tentunya semakin meningkatkan moral pribadi, sebab bagaimanapun setiap manusia butuh saat hening untuk membina diri.

    Uskup Agus Nyumbang Satu Set Piala (Piala, Simbori & Tempat Anggur) di Gereja ST. Ignatius Loyola Polres Landak. Harpaannya Polri dan Jajarannya bisa melaksanakan Tugasnya dengan baik.-Samuel_KomsosKap.

    Misa Routine Awal Bulan Khusus TNI/Polri

    MajalahDUTA.com – Pontianak, Keuskupan Agung Pontianak, belum lama ini tokoh Agama Katolik Mgr. Agustinus Agus sebagai Uskup Agung Pontinak telah melaksanakan misa khusus untuk TNI/POLRI pada, Jumat siang 7/8/2020 yang bertempat di aula Polda Kalbar.

    Mgr. Agustinus Agus mengatakan bahwa “misa khusus utk TNI/POLRI ini untuk yang beragama Katolik. Ini misa routine yg diadakan pada setiap Jumat pertama bulan,” katanya Jumat (07/08/2020).

    Misa kudus itu dipimpin langsung oleh Mgr.Agustinus Agus dan didampingi  Pastor Laurentinus Prasetyo.CDD, yang memang ditugaskan untuk Pastor TNI/POLRI. Diikuti oleh Kapolda Kalbar Irjen Pol Dr Remigius Sigid Tri Hardjanto beserta istri dan seluruh jajarannya.

    Dalam kesempatan lain Uskup Agus mengatakan bahwa setiap orang katolik apapun golongannya dan dimanapun ia berada, mereka juga membutuhkan relung waktu untuk sejenak merenung dan berdoa. Apalagi khas Katolik adalah keheningan batin untuk pematangan spritual.

    “Mereka adalah umat saya, sebagai gembala tentunya sudah sewajarnya saya memperhatikan mereka. Sejak dari kedatangan saya di Keuskupan Agung Pontianak, Khusus untuk Misa TNI/Polri selalu ada untuk Jumat Pertama bulan,” katanya Sabtu Malam (08/08/2020) di Biara Santo Dominikus Pontianak.- Samuel_KomsosKap.

    Kardinal Suharyo adalah Pribadi yang Cerdas dan Rendah Hati

    Hal itu diucapkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus sebagai ucapan perayaan ulang tahun ke 23 Episkopal Bapak Uskup Ignatius Kardinal Suharyo yang dirayakan pada tanggal Sabtu, 22 Agustus 2020

    Dalam kesempatan wawancara bersama Mgr. Agustinus Agus ia mengaku bahwa Kardinal Suharyo merupakan pribadi yang cerdas, rendah hati dan sangat bersahaja.

    “Dalam suatu kesempatan, saya pernah menjadi pasangannya menjadi pemain bulu tangkis kala itu beliau kakak tingkat saya di Teologi untuk beradu bulu tangkis bersama falkutas Filsafat,” katanya Jumat Siang (21/08/2020).

    Mgr. Agus juga menyempatkan diri mengucapkan ucapan selamat ulang tahun untuk Kardinal Suharyo dalam bentuk video yang diambilnya pada tanggal 21 Agustus 2020 di Pastoran Paroki Salib Suci Ngabang, Keuskupan Agung Pontianak, sebelum ia memberkati Gereja Baru Polres Landak Gereja St. Ignatius Loyola di Lingkungan Polres dan Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Nur’ Aman persis di samping gereja bersama Kapolda Kalimantan Barat dan Bupati Landak, pada Jumat siang (21/08/2020).

    “Saya salut dengan Kardinal Suharyo, karena selain cerdas, ia juga sangat rendah hati, mau berbagi dan kalau bertanya dengan nya, ia menjelaskan secara baik namun tidak merasa dirinya pandai. Intinya, yang saya lihat dari Kardinal Suharyo adalah pribadi yang sangat cerdas dan rendah hati,” tutur Mgr.Agus Jumat Sore (21/08/2020) sembari menuju ke Anjongan.-Samuel_KomsosKAP.

    Kami Rindu Melayani Umat; Ungkap Denny

    MajalahDUTA.com – Namanya juga Pandemi, tentunya pasti masalah besar yang menyangkut semua lapisan kalangan masyarakat dari yang kecil hingga tingkat atas sekalipun. Pandemi Covid 19 ini, tidak hanya meluluhlantakkan ekonomi saja, tetapi merambat ke Politik, Kehidupan Sosial, dan juga Keagamaan.

    Semenjak 3 bulan takhir aktivitas di gereja sempat di tiadakan. Karna untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Hal tersebut menimbulkan kerinduan tersendiri bagi pastor paroki dan rekan-rekan mereka termasuk umat yamg ada di paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang.

    Dan pada awal Juli lalu Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus, mengeluarkan surat edaran yang memperbolehkan kembali Umat di Keuskupan Agung Pontianak untuk melaksanakan aktivitas Misa/Ibadat di gereja dengan tetap menerapkan sistem New Normal.

    Minggu 5 Juli 2020 Pastor Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang P. Lukas Ahon, CP.   bersama dengan tujuh (7)  Prodiakon melaksanakan Tourney Pertama setelah Lockdown Pandemi Covid19.

    Di Paroki Santo Fidelis Sungai Ambawang sendiri, terdiri dari 34 stasi dan terbagi menjadi enam (6) wilayah.

    Minggu tanggal 5 Juli 2020 lalu, Tim Pastor Lukas Ahon bersama dengan tujuh Prodiakonnya mengunjungi wilayah 6 setelah masa pandemi. Wilayah enam itu terdiri dari 8 stasi, kemudian yang menjadi tujuan pertama Tourney Pastor bersama rombongan.

    Selaras dengan itu, sembari Tourney untuk memberi pelayanan Misa & Ibadat kepada umat  dalam kesempatan ini juga OMK Santo Yohanes Bosco yang tergabung dalam tim sensus umat turut ambil bagian untuk melaksanakan tugas pendataan umat yang ada di Stasi Santo PetrusTanjung sosor.

    Denny salah satu OMK Paroki mengatakan bahwa untuk Tourney kali ini, Pastor Paroki Pastor Lukas Ahon, CP melaksanakan pelayanan di Stasi Retok Babantek. Sedangkan Prodiakon dibagi untuk melayani 7 Stasi lain nya yang ada di wilayah tersebut.

    “Nah kali ini kami tidak ikut serta bersama pastor paroki karna Berhubung saya juga tergabung dalam tim sensus umat jadi kami  di tugaskan untuk ikut bersama Prodiakon Aloysius yang memberi pelayanan di stasi Santo Petrus Tanjung Sosor,” ujarnya Jumat, (17/07/2020).

    Ia mengaku bahwa perjalanan kurang lebih 4 jam dari pusat paroki untuk sampai di stasi Tanjung Sosor. Dengan menempuh akses darat dan di lanjutkan kembali menggunakan Transportasi air Kami tiba di stasi tersebut sekitar pukul 19:00 WIB.

    “Kami di sambut oleh Ketua Dewan Stasi dan pengurus Dewan stasi lainnya,” imbuhnya, Jumat Siang 17 Juli 2020 lalu.

    Ia mengaku bahwa semenjak Uskup Agung mengeluarkan surat edaran untuk tidak melaksanakan aktivitas sembayang di rumah ibadah, mereka sebagai pengurus  langsung menutup aktivitas di gereja.

    Ia juga mengatakan bahwa setelah 3 bulan tidak ada aktivitas, mereka (OMK) sangat rindu untuk berkumpul kembali di gereja.

    “Apa lagi pada perayaan paskah kami sama sekali tidak bisa mengikuti perayaan-perayaan liturgi secara bersama di gereja,” katanya ketua umat Stasi Santo Petrus Tanjung Sosor saat berbincang bersama Tim OMK, Minggu (5/07/2020).

    Denny juga menambahkan bahwa pada perayaan Sabda kali itu terlihat umat tetap menerapkan sistem New Normal seperti mencuci tangan, menggunakan masker, mengecek suhu tubuh, sebelum masuk gereja dan tetap menjaga jarak aman pada di dalam ruangan gereja. – Samuel_KomsosKAP.

    Hidup Religius Bruder Maria Tak Bernoda

    Terbaliknya hidup antara sekolah dan praktek hidup ditengah masyarakat selalu menimbulkan kontroversi. Ada yang mengatakan bahwa di sekolah umumnya kita dikasih teori, baru dikasih contoh, PR, ujian, atau praktek di lab.

    Sebaliknya kalau di hidup kita, ‘ditonjok’ baru dikasih tahu kenapa.

    Kita harus jatuh dulu baru tahu apa yang salah dari kita. Kadang kita harus diuji dulu, baru disuruh belajar teorinya.Orang yang banyak belajar pun harus tetap diberi pelajaran oleh hidup.

    Lalu apa Bedanya? Justru itu, semakin banyak belajar dari pengalaman dan berubah maka pelajaran dari kehidupan semakin minim sakit dan letihnya. Karena yang belajar terus juga terus GROW alias berkembang.

    Mereka yang terus belajar akan tambah kuat dan pintar. Kalau sudah sering belajar maka pelajaran berat dari hidup lebih mampu dihadapi.

    Lalu bagaimana kehidupan Religius? Ini beda halnya belajar teori maupun sekedar hidup. Menjadi kaum religius diajari untuk belajar dari apapun, menyangkal diri dan meninggalkan kemewahan untuk memuliakan Tuhan. Melalui keahlian yang sang religius itu punya.

    Salah satunya adalah Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda. Mereka adalah kongregasi  para Bruder yang melayani kaum muda dalam hal pendidikan dan boleh dikatakan kongregasi ini konsentrasinya pada perkembangan intelektual.

    Hal ini terbukti sejak tahun 1921 bruder MTB mendarat di Indonesia persisnya di Singkawang, Kalimantan Barat. Saat itu mereka (para bruder MTB) sudah memikirkan pendidikan kaum muda jauh kedepan. Mulailah mereka dengan sekolah dari tingkat paling bawah sampai pada tingkat remaja, SMA.

    Singkat cerita, kehidupan Bruder MTB yang religius ini, justru didapat dari kombinasi antara hidup praktek dan teori yang mereka mulai dari Aspiran, Postulan, Novis, Kaul Sementara dan Sampai Kaul Kekal. Setelah masa pendidikan spritualitas yang dipelajari dalam biara, mereka juga diarahkan untuk mengambil bidang-bidang kuliah sesuai dengan karya yang mereka tekuni.

    Maka jangan heran, khususnya untuk bruder MTB banyak yang ahli dibidangnya. Oleh sebab itu, jika anda kaum muda yang mungkin tertarik dengan cara hidup religius seorang Bruder MTB boleh luangkan waktu untuk baca artikel terkait Bruder MTB dan karyanya. Sudah banyak kok di internet, ketik saja Bruder Maria Tak Bernoda alias MTB.

    Saat ini Bruder MTB hadir di dua negara, yaitu : Indonesia dan Belanda, khususnya di Indonesia Para Bruder MTB berkarya di Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, Keuskupan Agung Semarang dan Keuskupan Merauke.

    Karya yang mereka miliki antara lain  Bidang Pendidikan Formal dari Paud sampai SMA. Ada juga Pendidikan Luar Sekolah contohnya LPK, pelatihan pengembangan karakter anak atau remaja, dan menangani Asrama.

    Selain itu bruder MTB juga bergerak di bidang Karya Sosial dan Pengembangan Masyarakat misalnya JPIC, Pertanian-Peternakan dan Rehabilitasi Kusta.

    Bagaimana? Apakah Anda Seorang Pemuda yang Sudah dibaptis dalam Gereja Katolik sekurang-kurangnya selama tiga tahun yang berkisar dari Umur 17-30 tahun? Sehat jasmani dan rohani? Berkepribadian mantap dan seimbang? Bersemangat mengabdi sesama? Mampu hidup dan bekerja bersama orang lain dalam persaudaraan ?

    Kemudian apakah anda bisa untuk berusaha untuk bertumbuh dan mengembangkan diri? Berpendidikan minimal SLTA? Tidak terikat oleh perkawinan ataupun dengan Kongregasi/Lembaga/Badan Sosial lain? Dan Berkemauan bebas untuk mengembangkan karya intelektual untuk kemuliaan Tuhan secara religius?

    Maka jangan ragu untuk langsung menghubungi Pimpinan Umum Kongregasi Bruder MTB yang berlokasi di Jalan Sepakat II-A. Yani Blok P No 123, Pontianak – Kalimantan Barat.  Hp : Br. Rafael Donatus, MTB (0812 5615 4610)

    IG : @maria_takbernoda

    Dalam kesempatan bincang bersama Br. Rafael Donatus, MTB ia mengatakan bahwa justru karya menjadi bruder merupakan kesempatan mereka untuk mengajarkan, mewartakan, melakukan lebih banyak karya. Baik itu karya kemanusiaan, pendidikan, serta pelayanan untuk mewartakan karya Tuhan.

    ” Kami para Bruder MTB, melayani Tuhan dengan cara kami. Yaitu turun langsung dan menangani langsung karya-karya kemanusiaan dan mencerdaskan kaum muda,” katanya, (Rabu, 8 Juli 2020).

    Ia juga mengatakan bahwa, dalam gereja tidak ada istilahnya bahwa pastor itu kelas satu dan kaum bruder kelas dua, semuanya sama. Hanya tugasnya yang berbeda.

    “Kami mewartakan kasih dan ajaran Tuhan tidak melalui kotbah, atau tidak hanya sekedar berbincang tentang iman saja. Namun yang paling pasti adalah dengan tindakan moral dan hidup, untuk menampung mereka yang tersingkirkan atau dianggap sebagai sampah masyarkat (contohnya orang kusta, anak cacat yang tidak diterima di sekolah-sekolah lain),” katanya.

    Bruder Rafael juga menegaskan bahwa karya pelayanan bruder MTB, tidak hanya sekedar kata-kata indah saja, melainkan tindakan nyata dan kekuatan komunitas yang saling mendoakan.

    “Itulah yang kami sebut sebagai kesaksian iman yang nyata dan pelayanan yang tak pandang bulu, dalam mewartakan kasih Tuhan sebagaimana pendahulu kami sudah lakukan,” tambahnya Br. Rafael Donatus, MTB menutup perbincangan di Rabu Sore, 08 Juli 2020, di Rumah Betang Bruderan Sepakat II Pontianak.

    -Samuel_Penakatolik/KomsosKAP.

    Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus Serukan Hayatilah Motto yang Sudah Dipilih Para Diakon

    MajalahDuta.com, Pontianak – “Hayatilah moto yang sudah kalian pilih!”Seruan itu disampaikan Mgr Agustinus Agus pada momen pentahbisan dua diakon baru untuk Keuskupan Agung Pontianak, Jumat, 24 Juli 2020 dalam misa pentahbisan Fr Victorius Reno dan Fr Fransiskus Peran.

    Pagi itu, misa pentahbisan di tengah situasi Pandemi Covid-19 telah dilaksanakan dengan mengikuti aturan kesehatan berdasarkan dengan protokol yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Kalimantan Barat.

    Misa pentahbisan diakon langsung dipimpin oleh Mgr Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak bersama dengan 51 iimam lainnya, serta dihadiri oleh tamu undangan yang ‘terbatas’ di Gereja St Yoseph Katedral Pontianak, Jl Pattimura Indah No195, Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

    Misa tahbisan diakon ini juga dimeriahkan oleh paduan Suara dari Koor Gli Angeli Cantano Choir (GACC) yang menambah suasana liturgis pada misa pentahbisan kali ini.

    Dalam pembuka misa tahbisan diakon, Mgr Agus mengatakan bahwa kedua frater baru dan muda ini tentunya harus selalu diberi dukungan agar selalu kuat dalam panggilannya.

    Uskup Agus mengatakan bahwa kehadiran semua umat ini tujuannya adalah untuk mendoakan, meneguhkan dua saudara baru ini.

    “Sebagai makhluk sosial seberapa kecilpun kelompok masyarakat baik dari berbagai kalangan tentunya ada pimpinannya, demikian juga halnya dengan gereja. Diakon adalah tingkatan pertama, kemudian dilanjutkan dengan tahbisan Imamat dan kalau bisa sampai Episkopat. Itulah Jenjang dalam Gereja,” katanya.

    Ia juga menegaskan bahwa diakon berarti seorang pelayan. Ini adalah jenjang pertama dalam struktur Gereja, sehingga mereka berhak untuk menjadi pemimpin-pemimpin dalam pimpinan gereja nantinya.

    Usai bacaan Injil, kemudian dilanjutkan dengan upacara Tahbisan Diakon, dengan proses penyelidikan calon diakon, upacara menerima kewajiban hidup selibat, mengucapkan janji setia untuk calon diakon, penumpangan tangan Uskup Agung Pontianak kemudian pemasangan Stola dan Dalmatik ke dua diakon baru, (Jumat 24 Juli 2020).

    Berhubung dengan Pandemi Covid19 maka Tahbisan kali ini banyak tempat duduk gereja yang kosong.

    Namun acara pentahbisan ini juga disiarkan langsung dari Youtube Gereja Katedral Pontianak yang bekerjasama dengan Komsos Keuskupan Agung Pontianak, supaya umat yang tidak bisa ikut menghadiri acara itu bisa terlibat dan menyaksikannya melalui jejaring sosial.

    Dalam homili, Mgr. Agustinus Agus mengatakan tentu sebagai Imam pasti banyak tantangan dan cobaan. Bukan hanya ucapan janji saja, tetapi kenyataanya tantangan-tantangan duniawi tidak dapat dihindari.

    “Ada yang sudah jadi Imam pun, banyak yang Goyah? Yesus saja pernah di Goda, godaan duniawi, godaan ingin di Puji,  godaan menjadi penguasa,” katanya.

    Secara latar belakang, kedua Frater muda ini sudah banyak mengenyam berbagai pengalaman dalam pelayanan dan  pendidikan yang mereka tempuh.

    MOTO HIDUP

    Victorius Reno lahir di Ampaning 12 Juni 1992, Dusun Memperinganh, Desa Retok, Stasi Tanjung Sosor (Bungaris), Paroki St Fidelis Ambawang, Kecamatan Kuala Mandor B, Kab Kubu Raya.

    Ia pernah mengenyam pendidikan di SD 19 Memperigang pada Tahun 2004, SMP Titi Raya – Retok pada tahun 2007, SMA YAWIKA pada tahun 2010, Topang Nyarumkop 2010/2011, TOR (Tahun Rohani) di Malang 2011/2012, Studi S1 STIKAS ST YOHANES dari Salib- Bandol tahun 2013-2017, TOP (Tahun Rohani) 2017-2018, dan Studi S2 STT Pastor Bonus- Siantan tahun 2018-2020.

    Diakon Reno mengambil Motto dari, 1 Kor 1:27  “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.”

    Sedangkan Fransiskus Peran lahir di Pagung Nahaya, 27 Agustus 1994. Dsn. Pagung Nahaya, Ds. Amboyo Selatan, Kec. Ngabang, Kab. Landak. Paroki Salib Suci Ngabang.

    Ia pernah mengenyam pendidikan di SD: SDN 81 Pagung Nahaya (1999-2005), SMP PGRI 10 Nahaya (2005-2008), SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop (2008-2011). Topang di St. Benediktus Nyarumkop (2011-2012). Tahun Rohani (TOR) di Beato Giovani XXIII Lawang (2012-2013). S1 di STFT Widya Sasana Malang (2013-2017), TOP: Seminari menengah St. Paulus Nyarumkop (2017-2018) dan Post S1: STT Pastor Bonus Pontianak (2018-2020).

    Tahbisan Diakon Peran mengambil Motto dari (1Kor 15:58) “berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!

    Dalam homili Mgr. Agus juga mengungkapkan bagaimana cara untuk menahan diri dari godaan.

    “Lalu, bagaimana supaya kita tetap setia? Untuk menahan diri dari godaan adalah dengan cara kembali melihat Motto yang sudah kalian ambil. Untuk itu Hayatilah Motto yang Sudah Kalian Pilih,” pungkas Mgr. Agustinus Agus.

    Mgr. Agus menegaskan bahwa setiap pagi, harus punya rencana mulailah untuk menghayati hal kecil dan melakukannya. Tekun dan setia untuk hal-hal kecil, ingat bahwa imam itu perlu persaudaraan, ( ketika kita dipanggil menjadi Imam, adalah persaudaraan, membina Imam sesama tarekat).

    “Yang memanggil kita adalah Tuhan, maka orang yang dipanggil oleh Tuhan adalah orang istimewa. Bayangkan, jika seseorang dipanggil presiden, maka bukan main senangnya. Apalagi dipanggil oleh Tuhan,” katanya.

    Sebelum menutup homilinya, Mgr. Agus berpesan kepada dua Diakon baru ini untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

    Sebelum berkat Penutup, dalam Sambutan Diakon Peran dan Diakon Reno, mereka mengucapkan terima kasih kepada bapak Uskup telah menerima mereka dan terima kasih sudah mentahbisakan mereka menjadi Diakon di Keuskupan Agung Pontianak.

    “Terima kasih untuk semua imam yang hadir, umat, DPP Paroki, Pembina kami sekolah di STT Malang dan STFT Bandol, dan STT Bonus. Terima Kasih kepada pastor yang sudah membimbing kami dan terima kasih untuk semua dukungan dari keluarga,” kata Diakon Peran.

    Kesempatam itu juga Diakon Reno juga meminta dukungan doa, agar mereka bisa menjadi pelayan Tuhan yang baik di Keuskupan Agung Pontianak.

    “Kami masih banyak kekurangan, mohon doa untuk kami,” kata Diakon Reno.

    Sejalan dengan kesempatan itu, Mgr. Agus juga berterima kasih kepada kedua orang tua yang sudah merelakan anaknya menjadi Imam.

    “Sekarang kedua anak bapak-ibu ini sudah menjadi anak uskup dan anak Gereja. Tentu dalam hal ini tentu saya mengakui kelemahan, meskipun saya sebagai uskup maka tetap kami mengharapkan dukungan dari keluarga untuk selalu memdampingi dan mendoakan dua Diakon baru ini,” katanya Mgr. Agus, Jumat (24 /07/2020).

    Uskup Agus sekali lagi mengucapkam Terima kasih untuk kedua orang tua Diakon baru ini karena sudah mempersembahkan yang terbaik untuk Gereja.

    Sebelum berkat Penutup, Uskup Agus  mengumumkan tempat tugas dua diakon baru. Untuk Diakon Peran, ia ditugaskan di Paroki Santo Petrus yang berada di Mempawah, bersama dengan RD Anton Silvinus.

    Kemudian untuk Diakon Reno akan ditugaskan di Paroki Santo Yosep Pemangkat bersama RD Alexander Mardalis.

    “Mari kita doakan mereka supaya menjadi Imam yang baik kedepannya. Amin,” tambah Uskup Agus Sembari menutup sambutannya.

    Usai misa tahbisan Diakon, selanjutnya dilanjutkan foto bersama dengan para Imam dan keluarga yang hadir, lalu dilanjutkan untuk santap siang kecil-kecilan di Baseman Paroki St.Yoseph Katedral Pontianak,- Samuel_KomsosKAP.

    Baik atau Buruk Waktu-nya, Harus Siap Diutus; Mgr. Agus

    MajalahDUTA.com – Begitulah cuplikan dari poin yang Mgr. Agustinus Agus sampaikan dalam homilinya di Misa Pelantikan Lektor dan Akolit, Jumat pagi, (14/08/2020) di Sekolah Tinggi Teologi, calon Imam Keuskupan Agung Pontianak.

    Seperti tahun-tahun lalu, bahwa telah dilaksanakannya Perayaan Ekaristi Pelantikan Lektor dan Akolit serta Pembukaan Tahun Kuliah 2020/2021 Sekolah Tinggi Teologi (STT) Pastor Bonus Pontianak berlangsung di Kapel Sang Pamanih Seminari Tinggi Antonino Ventimiglia yang berlamat di Jalan 28 Oktober No. 5 Siantan Hulu – Pontianak Utara – Kalimantan Barat, Pastor Antonino Ventimiglia, CR Missionaris Apostolik Pertama di Bumi Borneo, Jumat (14/08/2020).

    Misa dipimpin langsung oleh Mgr.Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak sebagai selebran utama dan didampingi oleh 9 imam Keuskupan Agung Pontianak antara lain P. William Chang OFMCap, P. Edmund Nantes OP, P. Sabinus Lohin, CP, RD. Robert Ambrosius, RP. Yosef Astono Aji OFMCap, RD. Alexius Alex, RD. Yosep Maswardi, P. Mikael Dolodo CP dan RD. Theobaldus Kasino.

    Dalam sambutan pembukaan misa, Mgr. Agustinus Agus mengatakan bahwa dengan adanya misa ini tentunya pertama yaitu untuk berdoa karena dimulainya tahun Kuliah STT Pastor Bonus tahun 2020/2021, kemudian dilaksanakan pelantikan Lektor dan Akolit yang menandakan permulaan pelayanan pastoral para Frater.

    “Tentu harapan kita, ditengah Pandemi Covid19 ini, yang tidak dalam keadaan normal tapi untuk semangat, cita-cita dan pelayanan kita harus lah normal. Semoga calon Imam yang dididik di STT ini, mampu menjadi Imam, yang bisa hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang serba baru ini,” katanya, Jumat Pagi (14/08/2020).

    Pelantikan Lektor dan Akolit adalah salah satu tahapan yang harus dilalui dalam proses pembinaan calon-calon imam menuju imamat. Pelantikan ini menandai bahwa para frater yang hendak menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral alias TOP sudah masuk tahapan yang lebih matang.

    Ada   11 Frater yang dilantik sebagai Lektor-Akolit  antara lain, Fr. Matteo Bascio, OFM.Cap., Fr. Atnasius Agu, CP., Fr.Atanasius Rani, CP., Fr. Mikhael Ardi, Diosesan Keuskupan Agung Pontianak, Fr. Adrianus Antonius Budi, Diosesan Keuskupan Agung Pontianak., Fr. Yohanes Poma Kandop, Diosesan Keuskupan Agung Pontianak., Fr. Kornelius, Diosesan Keuskupan Sintang., Fr. Fransiskus Wuring, Diosesan Keuskupan Agung Pontianak., Fr. Mauritius Lero, CP., Fr. Adrianus Ludung, CP., dan Fr. Krisantus Armin, CP.

    Pelantikan Lektor dan Akolit ditandai dengan doa pelantikan dan penerimaan Kitab Suci yang dibagikan oleh Mgr. Agustinus Agus kepada 11 Frater tersebut.

    Dalam homilinya, Mgr. Agus mengatakan bahwa yang mengutus para frater untuk tugas tahun orientasi pastoral itu bukan semata, pembimbing rohani atau uskup saja, melainkan Tuhan Yesus sendiri lah yang mengutus para frater-frater untuk tugas dan belajar.

     

    “Jadi sumber kekuatan yang harus kita gunakan dalam melaksanakan karya adalah bukan karena kemampuan diri kita sendiri, bukan karena kehebatan kita sendiri tapi berangkat dari pesan Allah yang tertulis di Kitab Suci itu sendiri,” ujarnya.

    Uskup Agus juga menegaskan bahwa banyak sekali kearifan lokal yang bisa menjadi dasar calon imam atau imam itu sendiri untuk merasul. Contohnya, semangat gotong royong, kepedulian orang lain, keramahan dan masih banyak nilai budaya yang bisa menjadi acuan untuk merasul.

    “Masih banyak ditemui di kampung-kampung, kalau ada orang yang meninggal, semangat gotong royong untuk mengumpulkan beras, gula, kopi dan membantu orang yang sedang berduka masih bisa dilihat sampai sekarang. Dari teladan itulah, salah satu nilai budaya yang bisa dipetik dan dijadikan kesaksian untuk melayani,” kata Mgr. Agus sembari memberikan contoh konkret.

    Mgr. Agus juga mengatakan bahwa, kadang-kadang manusia menggunakan kemampuan otak untuk berpikir, namun jika dilihat dari kitab suci, sejarah-sejarah, tradisi dan budaya itu juga merupakan sumber kekuatan untuk merasul.

    Ditengah homili itu, Mgr. Agus juga mengatakan bahwa untuk merasul harus siap selalu, baik atau tidak baik waktunya. Meskipun covid19 ini jelas membuat banyak orang tidak nyaman, namun bukan karena masalah ini, kemudian pelayanan juga semakin berkurang. Justru dalam keadaan seperti inilah, para imam ditantang untuk melaksanakan dan menyuarakan pesan-pesan suci, itulah yang dimaksud dari baik atau buruk waktunya, namun harus selalu bersiap untuk diutus.

    “Karena yang mengutus kita adalah Tuhan Yesus sendiri,” imbuhnya.

    Usai misa pelantikan, kesempatan perwakilan sambutan dari 11 Frater yang dilantik dalam hal ini disampaikan oleh Fr. Ardi Keuskupan Agung Pontianak, mengaku bangga dan senang dengan adanya momen ini, mereka bisa memulai untuk tugas merasul mereka ke tempat yang ditugaskan.

    “Dua harapan kami, yaitu mohon doa dan dukungan. Apalah arti sebuah doa tanpa tindakan dan apalah arti sebuah tindakan tanpa doa,” katanya.

    Kesempatan yang sama itu juga, P. William Chang, OFMCap juga menyampaikan pentinya melihat sebuah peluang dari sebuah masalah dalam situasi apapun.

    “Selamat menunaikan tugas anda sekalian saat dilapangan, dan untuk frater yang masuk tahun ajaran baru, selamat menjalankan masa kuliah. Mari kita sama-sama belajar,”imbuhnya.

    Sebelum berkat penutup, Mgr. Agus mengucapkan selamat kepada 11 Frater yang akan bertugas tahun orientasi pastoral dan frater yang sebelumnya tahun orientasi pastoral masuk kuliah tahun ajaran baru. Uskup Agus juga berterima kasih kepada para tamu undangan, beserta GOTAUS yang telah mendukung kegiatan calon imam Keuskupan Agung Pontianak.

    Usai Perayaan Ekaristi, Uskup, para imam serta umat memberi selamat kepada ke sebelas frater yang telah dilantik menjadi Lektor dan Akolit. Selanjutnya, ada sesi foto-foto dan santap siang bersama.-(Samuel)

    TERBARU

    TERPOPULER