MajalahDuta.Com, Pontianak- Telah dilaksanakan misa syukur atas tahun ajaran 2020/2021 di STT Pastor Bonus Jl. 28 Oktober, yang dihadiri oleh Uskup Agung Pontianak, Rektor, Para Dosen, Suster, Gotaus, Mahasiswa STT Pastor Bonus dan beberapa umat.
Perayaan itu diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 25 Juni 2021, pukul 17.00 WIB, dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, pengecekan suhu tubuh, menggunakan masker dan menjaga jarak.
Homili Mgr Agustinus Agus
“Dampak covid 19 terhadap gereja, menjadi keprihatinan kita bersama, yaitu memudarnya iman umat. Pastor tidak perlu takut untuk ke kampung, karena justru di kampung itulah yang masih zona hijau. Bacaan pertama jelas, para gembala itu pro aktif, mencari domba. Yg kedua, gembala datang bukan untuk mereka yg sehat, tetapi mereka yang sakit. Yang sakit kita selamatkan,” ucap Mgr. Agustinus Agus.
Baca juga: Para Uskup AS Melihat Ancaman Terhadap Institusi Katolik Menjelang Pekan Kebebasan Beragama
Lanjutnya menjelaskan tentang semangat kegembalaan “Kalau cari yg sehat apa untungnya? Apa hebatnya kita sebagai gembala? Betapa kita bangga jika ada 1 domba yg hilang kembali kemari daripada memperhatikan yg sudah ada. Jadi ketika dikatakan kita dipanggil untuk mencari yang hilang, itu artinya kita diangkat menjadi gembala, jangan cari tempat yang mudah, karna yang mudah tidak perlu perhatian khusus dari gembala, mereka sudah patuh.”
Uskup mengatakan, dewasa ini banyak Imam yang cenderung memperhatikan domba yang baik-baik saja. Baginya, merupakan suatu kebahagiaan dapat membantu yang sakit daripada membantu yang sehat, karna yang sehat semua orang bisa perhatikan.
“Kalau kita diberi peranan seperti peranan Tuhan, itu merupakan kehormatan yang luar biasa. Pastor jangan sampai takut ketemu umat, kita bisa cuci tangan pakai masker, ketemu tamu. Jika sampai takut ketemu umat, mohon maaf jadi kamu kesannya tidak baik. Kalau pastor aja takut mati, apalagi umat. Jadi para frater, memang tidak mudah menjadi orang yang proaktif, misioner, menjadi orang yang bisa membaca situasi. Jangan takut untuk menjadi gembala yang baik, Tuhan pasti menuntun kita,” lanjutnya.
Baca juga: Mengapa ada Spider Man pada Audiensi Umum Paus Fransiskus?
Mgr. Agustinus Agus juga mengaku banyak orang muda yang bertanya ‘kenapa Bapak Uskup berani memberi krisma?’ maka ia menjawab “Saya sudah menerapkan protokol kesehatan, sudah pakai sarung tangan, sudah pakai masker, menandai dahi orang dengan pantas, apa salahnya? Andai kata saya terpapar, itu karna melayani.”
Pesan dan kesan
Sebelum misa berakhir, Frater Rupinus Kehi mewakili teman-temannya mengucapkan terima kasih dan meminta maaf atas segala perkataan dan tindakan yang menyinggung para dosen, staff dan teman-temannya yang lain.
“Para dosen di kelas mungkin kami sering tidur, mengantuk, atau tidak menjawab pertanyaan. Tugas-tugas terlambat dikumpulkan, ujian yang salah-salah, tapi kembali lagi itulah belas kasihan Allah dan belas kasihan dosen. Bagi teman-teman, Beno mohon maaf sampai patah bahunya ketika bermain bola bersama.”
Baca juga: Paus dalam Audiensi: Evangelisasi mengharuskan kita untuk mengikuti jalan yang tidak terduga
Frater Kehi mengatakan, STT Pastor Bonus adalah contoh gambaran gereja yang universal dimana ordo dan terekat serta diosesan belajar, melayani, berkumpul bersama dalam satu atap institusi STT Pastor Bonus. “Kita belajar di kelas yang sama, kita minum kopi yang sama, kita juga duduk merokok di serambi yang sama. Di depan kapel itu tertulis dengan bahasa Dayak Kanayatn, Nang tarigas ak kemuliaan Jubata yang artinya adalah yang terbaik untuk kemuliaan Allah. Rasanya tidak pantas jika melihat diri sendiri dan kami semua bahwa para dosen, staf seminari meluluskan kami semua, untuk dipersembahkan kepada Allah menjadi calon-calon Imam.” tutupnya di akhir sambutannya
Setelah Frater Kehi, Pastor William selaku Rektor STT Pastor Bonus juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah hadir dan membantu selama proses belajar-mengajar di sana.
“Selamat kepada para frater tingkat akhir yang telah menyelesaikan program pendidikan disini. Para frater tetaplah serius belajar, walaupun matanya mengantuk tapi hatinya harus tetap terjaga. Walaupun tidak bisa tatap muka, lewat zoom itu juga merupakan bukti bahwa kita serius belajar jarak jauh dan sekaligus memanfaatkan waktu dengan sangat baik.”
Pastor juga berharap agar apa yang telah para dosen dan staff bagikan bisa bermanfaat di lapangan.
Semangat Persaudaraan
Di akhir sambutannya, Uskup Agung Pontianak menyampaikan harapannya agar langkah yang diambil para Frater kedepannya bisa berjalan lancar.
“Tuhan mengatakan hukum pertama adalah cintailah Allahmu dan hukum yang kedua cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri,” lanjut Uskup. “Yang luar biasa Tuhan memanggil kita ciptaan-Nya ini bukan lagi hamba, tapi sahabat, dan Yesus pun sampai membasuh kaki para murid.”
Baca juga: Misa Krisma Oleh Mgr. Agustinus Agus di Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak
Mgr Agustinus Agus menambahkan bahwa kunci semangat persaudaraan yakni saat manusia bisa menganggap orang lain sebagai saudara dan salah satunya tutur kata yang santun adalah termasuk bagian yang sangat penting dalam pembinaan persaudaraan satu dengan yang lain.
Setelah misa berakhir, diadakan sesi foto bersama Uskup dan para Imam, santap bersama, sekaligus penyerahan cenderamata dari Gotaus kepada para Frater.