Irawati Mahasiswi San Agustin yang mengikuti Praktisi Mengajar 4 - Ngabang
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin| Kamis, 25 Juli 2024- Alunan ‘pikir’ inovasi dan transformasi pendidikan mewarnai Gedung C1 Kampus Utama San Agustin pada tanggal 17 Juli 2024.
Salah satu peserta, Irawati, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2021 yang juga mengikuti Program Praktisi Mengajar 4, membagikan pandangan inspiratifnya tentang acara ini.
“Acara ini sangat membantu saya dalam studi maupun karier ke depannya,” ujar Irawati dengan antusias (17/07).
Praktisi Mengajar 4 di kampus Utama San Agustin (2024)
Dia menambahkan bahwa kegiatan tersebut memberinya gambaran yang jelas tentang bagaimana menjadi tenaga pendidik yang reflektif dan inklusif, yang mampu menghargai keberagaman budaya dalam kelas.
Hari itu, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo menggelar Festival Praktisi Mengajar 4 dengan tema yang menggugah: “Redefining Education with Transformative Learning”.
Acara yang diselenggarakan secara hybrid menjadi magnet bagi para praktisi pendidikan, dosen, dan mahasiswa yang ‘haus’ akan ‘perubahan’ dalam ‘dunia’ pendidikan.
Gelaran festival yang memadukan kegiatan offline dan online melalui platform Zoom ini menjadi wadah pertukaran ide dan pengalaman yang dinamis.
Setidaknya Reporter Mahasiswa Veggi (25 tahun) melihat bahwa para peserta tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam berbagai sesi yang dirancang untuk menstimulasi pemikiran kritis tentang pendidikan transformatif.
Irawati juga menekankan nilai penting dari berbagi pengalaman dalam acara seperti ini.
“Melalui acara ini, saya menemukan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari buku, tetapi juga dari pengalaman-pengalaman luar biasa para narasumber,” tambahnya (17/07).
Potret Mahasiswa yang ikut Praktisi Mengajar 4 – Landak Ngabang (2024)
Festival ini tidak hanya menampilkan sesi talkshow yang informatif, tetapi juga menghadirkan Students’ Poster Presentation.
Di sana para mahasiswa berkesempatan memamerkan ide-ide inovatif mereka dalam bentuk poster, menambah dimensi kreativitas dalam diskusi tentang masa depan pendidikan.
Dengan mengusung konsep pendidikan transformatif, Festival Praktisi Mengajar 4 bertujuan untuk mengkatalisasi perubahan mendasar dalam metode dan pelaksanaan pembelajaran.
Keberhasilan acara hari itu menjadi salah satu ‘keutamaan’ komitmen Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo dalam memajukan dunia pendidikan melalui kolaborasi dan inovasi.
Saat matahari semakin tinggi di atas Kota Ngabang, para peserta meninggalkan venue tentunya dengan bekal pikiran baru.
Tampaknya dengan ‘hadir’nya mahasiswa San Agustin, mereka siap menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan, dengan membawa visi transformatif yang akan membentuk masa depan generasi mendatang.
By. (S) Media Center San Agustin.
Reporter Mahasiswa San Agustin. Veggi | Mahasiswa PBI Semester 6.
Suasana Praktisi Mengajar 4 - San Agustin (2024) - Foto: Kristian Mahasiswa PBI San Agustin
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin| Landak, Kamis 25 Juli 2024- Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo baru-baru ini telah berhasil menyelenggarakan Festival Praktisi Mengajar 4 dengan tema “Redefining Education with Transformative Learning”.
Acara yang berlangsung pada 17 Juli 2024 ini digelar secara hybrid, baik offline di Gedung C1 Kampus Utama San Agustin maupun online melalui platform Zoom.
Festival ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep pendidikan transformatif yang berpusat pada perubahan mendasar dalam metode dan pelaksanaan pembelajaran.
Acara ini dihadiri oleh para praktisi pendidikan, dosen, dan mahasiswa dari berbagai latar belakang.
Salah satu highlight dari festival ini adalah sesi talkshow yang menampilkan berbagai narasumber berkompeten, termasuk dosen dan praktisi pendidikan.
Dalam kesempatan itu, Veggi berhasil melaporkan informasi salah satu narasumber, Kristian, M.Ed., M.A., yang terlibat dalam program Praktisi Mengajar 4 sekaligus guru di SMAN 01 Ngabang.
Ketika ditanya mengenai evaluasi keberhasilan program dan rencana ke depan, Kristian menyampaikan bahwa evaluasi dilakukan dalam setiap pertemuan bersama dosen dan praktisi dengan cara merefleksikan hasil pengajaran sehingga ditemukan keunggulan dan kelemahan.
“Keunggulan akan terus ditingkatkan, sedangkan kelemahan menjadi masukan bagi pengajaran selanjutnya,” kata Kristian (17/07/24).
San Agustin Sukses Gelar Festival Praktisi Mengajar 4 (2024)
Kristian juga menambahkan harapannya untuk program ini di masa depan, agar kolaborasi terus berlanjut dan dapat ‘berdaya-guna’ untuk banyak orang.
“Untuk selanjutnya, kami masih ingin mendaftar dan berpartisipasi di Praktisi Mengajar 5. Semoga dibuka lagi. Dan kolaborasi yang baik ini akan terus ditingkatkan demi kebermanfaatan bagi mahasiswa,” pungkasnya, (17/07/24).
Selain sesi talkshow, Veggie juga meliput serangkaian festival yang mengadakan Students’ Poster Presentation, di mana mahasiswa berkesempatan memamerkan poster-poster mereka yang menggambarkan berbagai ide inovatif di bidang pendidikan.
Festival Praktisi Mengajar 4 itu terbuka bagi mahasiswa, dosen, serta praktisi pendidikan yang ingin meningkatkan pemahaman mereka tentang pendidikan transformatif.
Diharapkan bahwa acara ini dapat memberikan dampak yang positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Menurut Veggi dengan berhasilnya penyelenggaraan Festival Praktisi Mengajar 4 ini, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo sekali lagi membuktikan komitmennya dalam memajukan dunia pendidikan melalui kolaborasi dan inovasi.
By. (S) | Media Center San Agustin.
Reporter: Veggi Rische (25 tahun) Semester 6, Pendidikan Bahasa Inggris.
Potret Tim Media Center dan Creative San Agustin (2024)
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin| Pontianak Kamis, 25 Juli 2024 – Apa ide rubrik inspirasi hari ini Pak Ketua? Tanya saya dengan Andi, 09.45 pagi ini.
“Jika saya lihat, rubrik inspirasi selama ini yang paling baik adalah dimana kita berada, dan reflektif apa yang bisa kita ambil dari lingkungan itu,” kata Andi (25/07).
Sekitar 10 detik, seketika saya punya ide untuk membahas cerita “Tiga Sapi dan Seekor Singa” dari Negeri Tiongkok lagi. Analogi yang menurut saya sangat pas untuk sebuah organisasi dan budaya organisasi.
“Karya kita mesti membumi, Sam,” tambah Pak Ketua dengan asik…
Analogi Organisasi dan Budaya dalam Organisasi
Di padang rumput yang luas, hiduplah tiga sapi kakak-beradik. Sapi merah, sapi hitam, dan sapi kuning. Mereka sering bermain dan beristirahat bersama.
Suatu hari datang seekor singa.
Ketika melihat ketiga sapi itu, dia bermaksud memakan mereka. Dengan garang singa itu bersiap menyerang para sapi.
Melihat kedatangan si singa, ketiga sapi itu segera menempatkan diri dalam formasi lingkaran dengan tanduk menghadap keluar.
Kerika si singa mulai menyerang, tanduk sapi merah menahan sekaligus menyeruduk hingga si raja hutan itu terlempar jauh, lalu jatuh berdebam ke tanah.
Singa itu masih ingin menyerang dar sudut lain, tetapi melihat sapi hitam dan sapi kuning sudah siap menanduknya, ia hanya bisa mengurungkan niat lalu pergi menjauhi sapi-sapi itu.
Sapi merah, sapi hitam, dan sapi kuning menarik napas lega Melihat singa itu pergi.
“Kita bertiga harus bersatu, Singa yang bagaimanapun garangnya tidak perlu kira takuti.”
Si singa sangat kesal karena tidak berhasil menyantap daging tapi, Ia berpikir keras bagaimana mengalahkan ketiga kakak beradik itu. Akhirnya, didapatkannya akal,
Suatu hari, dilihatnya sapi hitam sedang sendirian. Melihat si Singa menghampirinya, sapi hitam itu segera bersiap untuk menyerang.
“Tenang, tenang, saya tidak bermaksud melukaimu. Saya hanya ingin tahu di antara kalian bertiga, siapa yang paling kuat?”
“Tentu saja saya yang paling kuat,” jawab sapi hitam.
Si singa pura-pura keheranan, “Tetapi, tadi saya bertanya kepada sapi merah, dan dia mengatakan bahwa dirinyalah yang paling kuat. Kata sapi merah, kalau hari itu dia tidak melempar saya dengan tanduknya, pastilah engkau dan sapi kuning sudah berhasil saya makan!”
Mendengar cerita itu, si sapi hitam berkata dengan ama meluap sampai napasnya terengah-engah.
“Omong kosong! Kalau saya tidak ada saat itu, dia dan sapi kuninglah yang sudah berhasil kamu makan!”
‘Saking’ marahnya, sapi hitam itu memutuskan untuk tidak bicara lagi dengan sapi merah. Begitu melihat sapi hitam sudah masuk ke dalam perangkapnya, si singa diam-diam ganti menemui sapi merah.
“Bung sapi merah, saya tahu di antara kalian, tiga kakak-beradik, engkaulah yang paling kuat. Kalau hari itu engkau tidak menanduk saya sampai terlempar jauh, tentu kedua saudaramu sudah habis saya makan.”
“Tentu saja saya yang paling kuat di antara kami bertiga. Sayalah pelindung mereka!” jawab sapi merah dengan begitu sombong sampai lupa mengusir si singa pergi.
“Terapi, barusan saya dengar dari sapi hitam bahwa dirinyalah yang paling kuat. Ia bahkan mengatakan, kalau waktu itu dia yang menanduk saya, hasilnya akan lebih luar biasa. Lihat, dia terang: serangan mau menantang kekuatanmu!”
Si sapi merah mendongak, lalu menengok ke arah sapi hitam
Benarlah, dilihatnya sapi hitam sedang memandang dirinya dengan tatapan tidak senang.
“Kurang ajar, tidak tahu berterima kasih. Kalau waktu itu saya tidak menyelamatkan dirinya, dia sudah habis dimakan singa,” umpat sapi merah, lalu memutuskan sejak hari itu ia tidak akan bersama-sama dengan sapi hitam lagi.
Terakhir, si singa menghampiri sapi kuning dan kembali melancarkan akal bulusnya.
“Bung sapi kuning, barusan sapi merah dan sapi hitam berkata kepada saya bahwa di antara kalian bertiga, engkaulah yang nyalinya paling kecil. Waktu dulu saya mau menyerang kalian, mereka bilang engkau langsung terkejut dan gemetaran seluruh tubuhmu. Padahal, menurut pengamaran saya, engkau adalah sapi yang paling berani di antara kalian.”
“Sapi-sapi itu yang nyalinya kecil. Kurang ajar benar mereka. Baiklah, saya akan mencari dan membuat perhitungan dengan mereka,” kata sapi kuning dengan marah.
Si sapi kuning langsung berlari menghampiri sapi merah, dan tanpa mengucapkan sepatah kara pun ia langsung menanduknya sampai jatuh.
Sapi merah itu sangatlah marah. Ia bangkit dan balik menyerang si sapi kuning.
Sapi hitam yang melihat pertarungan itu, datang untuk melerai. Namun, ia malah kena tanduk si sapi kuning.
Demikianlah ketiga sapi itu saling menyerang, dari pagi hingga tengah hari, dan terus berkelahi sampai malam.
Mereka berkelahi sampai seluruh tubuh mereka dipenuhi luka, kehabisan tenaga, dan akhirnya terengah-engah menggelosor di tanah.
Si singa yang sudah menunggu dengan sabar, ketika melihat kesempatan sudah tiba, dengan segera menyerang sapi-sapi tak berdaya itu.
Tanpa memerlukan tenaga yang besar, ia menggigit mati ketiga kakak-beradik itu.
Lukisan Sapi Tiongkok: Sumber: Momo Kevin Henderson (2024)
Organisasi itu tak sesempit sistim, tetapi “Hati”
Kisah ini menjadi pelajaran yang menggambarkan betapa pentingnya kesatuan dan solidaritas dalam menghadapi ‘provokatif’ dan tipu muslihat yang potensial memecah-belah tim.
Setiap anggota memiliki hati, mereka yang bekerja dengan hati akan menemukan suara hati lain.
Setidaknya, organisasi yang memiliki sistim akan diwarnai dengan sentuhan hati.
Cerita itu digambarkan meskipun sapi-sapi itu kuat secara individu, mereka rentan saat persatuan mereka terpecah belah oleh intrik dan manipulasi dari musuh bersama.
Singa, dengan kecerdikan dan kesabaran, berhasil memenangkan konflik tersebut dan mengambil alih kekuasaan di padang rumput itu.
Ini adalah pengingat bahwa ‘keretakan’ organisasi bisa saja terjadi jika , solidaritas dan kerja sama dalam sebuah organisasi atau kelompok sangatlah penting, agar tidak terjebak dalam permainan kekuatan yang dipaksakan dari luar. Semoga!!!
Makasih Pak Ketua, Andi – Ketua Media Center San Agustin.
Ini Cerita Inspirasi Media Center San Agustin pagi ini… Bagaimana dengan Cerita Anda?
Foto Bersama Kunjungan Ke Rumah Kakek-Nenek Lansia (Yuni: 2024)
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin| Sambas, Rabu, 24 Juli 2024- Dalam rangka menyongsong Hari Kakek-Nenek dan Lanjut Usia Sedunia yang ke-IV tahun 2024.
Komisi Kerasulan Keluarga dari Dewan Pastoral Paroki (DPP) Sambas menjalankan program yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya, yakni mengunjungi kakek-nenek dan lanjut usia di empat lingkungan yang ada di sekitar Paroki Sambas.
Kunjungan yang dimulai dari 16, 17, 19 dan 22 Juli 2024 ini merupakan tanda nyata dari Gereja.
Adapun mereka yang turut serta dalam kunjungan tersebut adalah tim kerasulan keluarga, Pastor dan Suster, serta perwakilan dari kelompok kategorial seperti WK, Bapakat, dan OMK.
Dalam rangka kunjungan lansia ini juga diberikan sakramen ekaristi untuk mereka, agar diberikan kekuatan rohani dalam masa tuanya.
Sebagai salah satu diantara pengunjung itu, OMK Sambas Yuni Fransiska melihat peristiwa itu sebagai sebuah berkat sekaligus sukacita karena boleh terlibat langsung dalam momen indah tersebut.
“Timbul rasa haru dan sukacita dari wajah para lansia yang dikunjungi, mereka merasakan kehangatan kasih dari Allah Bapa melalui tim kerasulan keluarga yang mengunjungi mereka, terlebih dengan mereka yang sakit, harapannya menjadi semangat dalam menjalani masa tua mereka,” tulis Yuni (24/07/24).
Foto Saat Kakek-Nenek Lansia menerima Sakramen Ekaristi dari Pastor dan Suster (2024)
Yuni berharap, semoga para lansia di seluruh dunia secara khusus di Paroki Sambas mendapatkan berkah kesehatan selalu dari Allah Bapa, dan semoga juga memberikan kekuatan bagi mereka yang merawat para lansia.
“Harapannya juga semoga hari Kakek-Nenek dan Lanjut Usia sedunia yang keempat ini akan menumbuhkan dialog yang bermanfaat antara yang muda dan yang tua,” tambah Yuni, (24/07/24).
Dia juga menutup laporannya dengan salam hangat dari Tuhan untuk kakek-nenek dan Lanjut Usia di dunia.
By. Samuel – Media Center San Agustin.
Sumber: Yuni Fransiska – OMK Sambas.
Nama Lengkap: Larasati, Fakultas: Pendidikan Matematika San Agustin, Semester: 6, Umur: 22 Tahun (2024)
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin| Rabu, 24 Juli 2024- Minggu lalu, tepatnya pada 21 Juli 2024, di Gedung Hotel Hariss menjadi saksi penting dalam perhelatan besar bagi komunitas Dayak Kalimantan.
Acara yang melibatkan putra-putri dari setiap kabupaten, didukung penuh oleh orang tua dan panitia penyelenggara, menjadi momentum bersejarah bagi kebudayaan lokal.
Larasati, seorang mahasiswi berusia 22 tahun dari Fakultas Pendidikan Matematika San Agustin, tak hanya hadir sebagai peserta, namun ia berhasil mencatatkan prestasi kembali, usai Raih Juara 2 Pemilihan Putra-Putri Dayak Se-Kalimantan.
Dalam kompetisi bergengsi kemarin, Larasati kembali meraih penghargaan dalam kategori Photogenic, mengukir namanya dalam sejarah kontes kecantikan dan sekaligus kebanggaan Kampus San Agustin.
Prestasi Larasati tak lepas dari dukungan besar yang ia terima.
“Keluarga, teman-teman, dan tim Media Center San Agustin memberikan dorongan yang tak ternilai harganya,” tulis Laras, (24/07/24).
Dia juga mengungkapkan bahwa motivasi yang diberikan berupa meningkatkan keberanian, kreativitas, serta memperdalam pemahaman akan kebudayaan dan ekonomi kreatif turut menguatkan langkah Larasati menuju puncak prestasi.
Dalam balutan busana modifikasi tenun yang menjadi ikonik dalam penampilannya, Larasati mengungkapkan harapannya untuk masa depan yang lebih cemerlang.
Nama Lengkap: Larasati, Fakultas: Pendidikan Matematika San Agustin, Semester: 6, Umur: 22 Tahun (2024)
“Saya berharap dapat lebih mempersiapkan diri dengan matang untuk setiap kompetisi mendatang, baik dari segi busana, catwalk, kemampuan berkomunikasi, maupun alat pendukung lainnya,” ujarnya (24/07/24).
Tak hanya bercerita tentang prestasinya, Larasati juga menyemangati adik-adik kelasnya di masa depan.
“Tetaplah berusaha dan percayalah pada dirimu sendiri. Setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya,” tambahnya.
Pencapaian gemilang itu, Larasati tidak hanya membawa harum namanya, tetapi juga untuk komunitasnya serta Universitas San Agustin terlebih khusus Prodi Matematika tempatnya menimba ilmu.
Media Center San Agustin juga berharap semoga prestasi itu menjadi pijakannya untuk meraih impian yang lebih besar lagi di masa depan!
Chinese ink horse drawing - Gambar kuda tinta Cina. Sumber: istockphoto
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin | Rabu, 24 Juli 2024 – Bagaimana menjelaskan pemaknaan keseharian yang mendalam?
Kebiasaan orang bijak selalu menggunakan analogi, kemudian biarlah pendengar atau pembacanya yang memaknai ‘teks’ yang disuguhkan itu.
Saya masih ingat cerita kakek tentang Harimau dan Kuda. Cerita dibawah ini merupakan cerita yang diambil dari Negeri Tiongkok kuno.
Biasanya cerita ini diberikan pada mereka yang hendak mencari arti dari ‘kelemahan’ – dimana ‘kelemahan’ itu justru menjadi kekuatan.
Harimau dan Kuda, dalam cerita pendek Tiongkok ini memberikan gambaran ‘batas’ insan setiap dari mereka memiliki kelemahan untuk ‘memaknai’ kekuatan.
Pada suatu hari, harimau bertemu dengan kuda. Ia melihat kuda sedang membantu majikannya bekerja.
“Engkau dengan saya sama, sama-sama punya empat kaki dan gigi. Tetapi, saya dapat membuat orang ketakutan dan melarikan diri, sedangkan engkau setiap harinya hanya bekerja dan dimanfaatkan oleh orang. Engkau benar-benar lemah dan hanya cocok jadi pecundang!”
Itu kata Harimau dengan ‘aroma’ menghina Kuda yang tengah membantu majikannya.
Dengan tubuh yang besar dan kokoh serta memiliki cakar dan taring yang tajam, Harimau kelihatannya sangat kuat dan ganas.
Banyak orang dan hewan yang takut padanya, karena itu Harimau sangat bangga terhadap dirinya sendiri.
Kuda mendengar perkataan Harimau yang bernada menghina, tidak merasa malu dan terpukul tetapi malah berkata padanya dengan sabar.
“Benar semua ucapanmu. Saya juga mempunyai gigi dan empat kaki. Orang tidak pernah takut terhadap saya, hewan lain pun tidak akan lari ketika melihat saya. Walaupun gigi saya hanya makan rumput, tetapi kaki saya dapat berlari jauh sekali,” kata si Kuda itu.
Kuda juga melanjutkan kalimat satir halus.
“Orang-orang selalu menganggap saya sebagai teman yang paling rajin dan setia. Hanya itu kemampuanku,” katanya dengan lembut.
Harimau mendengar jawaban Kuda, sedikit pun tidak mengerti.
“Orang-orang menganggapmu sebagai teman, mengapa setiap harinya menyuruhmu melakukan pekerjaan yang berat?
Mereka bukan mengangapmu sebagai teman, tetapi hanya mau menjadikanmu budak kan?”
Kuda mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Engkau selamanya tidak akan mengerti. Di saat engkau membuat orang takut padamu, di saat yang bersamaan juga membuat orang sebal dan benci padamu. Walaupun semua takut padamu tetapi mereka juga dapat mencari jalan untuk menghadapimu dan melukaimu bahkan membunuhmu untuk mengambil kulitmu lalu dijual. Saya sudah lihat banyak harimau diburu oleh manusia,” sahut si Kuda.
Harimau tertawa mendengar penjelasan kuda.
“Tenaga saya tiada bandingannya. Siapa pun tidak berani melukai saya.”
Saat harimau sedang menyombongkan diri, ada seorang pemburu yang menggunakan senapan hendak menembaknya.
Harimau melihat senapan pemburu segera balik badan dan cepat-cepat melarikan diri karena ia tahu kehebatan senapan.
Kuda melihat Harimau melarikan diri berpikir dalam hati, “Walaupun banyak orang takut terhadapmu tetapi pada akhirnya engkau juga dapat takut terhadap orang lain. Saya tidak pernah ditakuti oleh orang tetapi orang juga tidak ingin membunuh saya!”
Sam - Media Center San Agustin tengah 'melebur' dalam keseharian dokumentasi. (2024)
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin | Pontianak, Selasa 23 Juli 2024 – Bahasa adalah sistim yang terbatas namun memungkinkan kita melihat yang tak terbatas. Itulah kekuatan manusia.
Kata itu diungkapkan salah satu filsuf Hermeneutik, Paul Ricoeur seorang filsuf dari Prancis pada abad ke-20.
Selain sebagai filsuf, dia juga menyumbangkan pemikiran dalam bidang politik , sosial , kultural , edukatif, dan teologis.
Bahasa merupakan kemampuan manusia yang memampukan manusia untuk melahirkan ide-ide abstrak.
Banyak hal dan peradaban lahir dari konsep-konsep abstrak. (teknologi – bermula dari konsep abstrak) atau khasanah abstrak yang manusia ciptakan.
Melalui Filsafat atau Teologi berusaha untuk memahami yang tak terlihat.
Konsep dunia seni – misalnya seni keindahan ‘ abstrak ‘ juga.
Gara-gara bahasa kita dimungkinkan untuk melahirkan aneka hal dari budaya dan sistim hidup manusia.
Bahkan Manajemen dan Administrasi juga produk dari prasangka dan tafsiran yang berhasil ‘terolah’ dari berbagai intensitas ‘permaian’ pertemuan.
Hermeneutika sering disebut sebagai studi tentang interpretasi dan penafsiran, tidak hanya relevan dalam dunia akademik dan filosofi, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam dalam manajemen modern.
Heiddeger dan Gadamer (tidak menutup kemungkinan filsuf hermeneutik lain juga berpendapat serupa), tentang konsep bahasa yang mampu mengubah paradigma dan persepsi melalui intensitas (playful) ‘kebermainan’ antara manusia dengan ‘teks’.
Konsep ini mengajarkan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sebuah kerangka yang membentuk cara kita memahami dan berinteraksi dengan realitas.
Menurut salah satu filsuf Indonesia abad ini, Prof Dr Bambang Sugiharto dengan jelas ia menggarisbawahi bahwa bahasa tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi bahasa berperan sebagai ‘pembentuk’ – ‘naming’ awal.
Jika ditarik, saya melihat pandangan ini memiliki konsekuensi penting dalam konteks manajemen, di mana pengambilan keputusan dan kebijakan sering kali didasarkan pada interpretasi terhadap data dan situasi yang kompleks.
Bunga Matahari di Kompleks Rusunawa San Agustin (2024)
Pentingnya Tafsir dan Pengelolaan Kebijakan
Hermeneutika mengajarkan bahwa setiap ‘teks’ (teks; bisa budaya, manusia, keadaan) atau situasi dapat memiliki berbagai penafsiran yang valid, bergantung pada perspektif, situasi dan konteksnya.
Manajemen ditantangan dalam ‘ruang’ dilema kejelasan dan konsistensi penting untuk menghindari ketidakpastian dan konflik.
Dalam konteks manajemen, bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi sebagai alat untuk membentuk persepsi dan keputusan.
Kebijakan organisasi, misalnya, sering kali merupakan hasil dari interpretasi terhadap data dan situasi yang kompleks.
Penggunaan bahasa yang tepat dan konsisten dapat membantu dalam mengelola keberagaman interpretasi di antara berbagai stakeholder organisasi.
Bahasa dalam Dinamika Organisasi
Teori Hermeneutika menekankan bahwa setiap interpretasi atau tafsir terhadap suatu fenomena adalah ‘proses’ yang terus berubah dan berkembang.
Seluruh kehidupan itu menafsir, itu menurut hermeneutik. Termasuk didalamnya, kehidupan tak ada hal yang tanpa tafsir. Bahaya nanti lantas kehilangan pegangan yang kokoh jika semua orang ikut untuk menafsirkan.
Jelas bahwa dampaknya serius. Memang segalanya tak ada hal yang tanpa tafsir. Kemudian, bahasa itu apa? dulu bahasa adalah cermin realitas.
Tapi hermeneutika melihat bahasa merupakan tafsir pada tingkat paling dasar.
Bahasa – tafsir paling dasar. Kamus adalah tafsir pertama – yang menyangkut ‘naming’ (penamaan).
Bahasa adalah kerangka yang membentuk cara pandang kita. (Kebalikannya cara pikir kita dibentuk oleh bahasa).
Dalam konteks manajemen berarti kebijakan dan strategi perlu terus menerus dinilai ulang dan disesuaikan sesuai dengan perkembangan baru dan pemahaman yang mendalam terhadap situasi yang ada.
Dari sudut ini ‘bahasa’ bukanlah 1 banding 1 (1 ≠ 1) namun lebih tepat bahwa ‘bahasa’ merupakan lensa berwarna. “Bahasa menentukan tafsir kita atas realitas” bahasa itulah membentuk objek.
Contoh sederhana, orang Dayak menyebut ‘bagae’ (makna harafiah: bercanda) namun makna sebenarnya tak sesempit itu.
Atau bahasa Tionghua ‘Mong Si Nyin’ (makna harafiah: tatapan yang mematikan) atau zaman sekarang orang muda sering menyebutkan kata ‘gas’, akan sulit diterjemahkan makna yang sama dengan budaya lain.
Sementara
Dengan demikian, Hermeneutika dalam Manajemen tidak hanya menyediakan kerangka kerja untuk pemahaman filosofis tetapi juga memiliki aplikasi praktis dalam manajemen modern.
Kemampuan Manajemen untuk melihat dari berbagai sudut pandang. Pada akhirnya tak ada lagi yang ‘benar’ dan ‘salah’, tetapi yang ada, pandangan yang ‘dangkal’ dan ‘mendalam’.
Dalam hal inilah kemudian “Manajemen Perubahan” alias Change Management berkembang. Sebab dia memungkinkan untuk meninjau dan terus berubah, sesuai dengan kompleksitas ‘teks’, maupun bauran pasar yang kian berubah.
Pengelolaan kebijakan dan pengambilan keputusan yang efektif memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap kompleksitas tafsir dan interpretasi.
Dengan memanfaatkan konsep-konsep bahasa, organisasi dapat menghadapi tantangan kompleks dengan cara yang lebih sistematis dan adaptif.
Dengan demikian, integrasi prinsip Hermeneutika dalam manajemen dapat menghasilkan kebijakan yang lebih responsif dan relevan terhadap dinamika yang terus berubah dalam lingkungan bisnis dan organisasional saat ini. Bersambung….
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin | Landak, Selasa 23 Juli 2024 – Hari Selasa lalu, persis pada 16 Juli 2024, di SMAN 01 Ngabang semangat dan keceriaan dengan kedatangan acara “San Agustin Goes to School”.
Acara ini merupakan inisiatif dari Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo untuk memperkenalkan nilai-nilai serta peluang pendidikan yang ditawarkan kepada siswa-siswi SMAN 01 Ngabang.
Acara bertajuk “San Agustin Goes to School” berhasil menyita perhatian para siswa dengan penampilan khusus dari berbagai bintang tamu.
Dibuka pukul 07.30 pagi hingga selesai, acara kali tiu menampilkan dengan rancangan ragam bakat yang memukau.
Mulai dari Paskaria mahasiswa FKES San Agustin, dengan suaranya yang merdu, sementara Grild Band E’ries San Agustin turut memeriahkan suasana dengan irama yang enerjik.
Andi sebagai Ketua Media Center San Agustin melihat peluang kolaborasi ini sebagai gerbang memperkenalkan San Agustin kepada banyak orang dan nilai San Agustin.
“Kolaborasi itu merupakan upaya untuk saling mempertemukan banyak perbedaan pandangan terhadap banyak hal. Sehingga anak-anak SMA pun diberikan ruang untuk menampilkan kreativitas mereka,” kata Andi Labang (23/07/24).
Prodi MTK San Agustin juga tampil memberikan permainan pada siswa (Momen San Agustin Goes to School) 2024.
Menurut Trio Kurniawan, inisiatif itu bertujuan untuk memberikan gambaran nyata tentang pengalaman belajar di San Agustin kepada para siswa.
“San Agustin adalah tempat untuk menemukan diri, untuk menemukan potensi terbaikmu,” ujarnya (16/07/24), seraya menegaskan bahwa universitas mereka siap menjadi mitra dalam perjalanan pendidikan para generasi muda.
Kemeriahan acara tidak hanya dirasakan oleh siswa-siswi yang hadir, tetapi juga terpancar dari wajah gembira para guru yang turut menyaksikan dan menikmati setiap momen yang terjadi.
Tim Media Center San Agustin bersama seluruh kru mereka berupaya keras untuk memastikan bahwa kunjungan kali ini berkesan dan menyenangkan bagi semua pihak.
Kepala sekolah SMAN 01 Ngabang, Drs. Thomas Edison, M.Si juga tak ketinggalan untuk menyampaikan semangatnya dalam sambutan.
Thomas menekankan bahwa kualitas pendidikan di San Agustin tidak kalah dengan universitas-universitas ternama lainnya di luar daerah.
“Kuliah tidak perlu jauh-jauh, San Agustin siap menyambut dan memajukan pendidikan kita,” katanya, sambil memuji penampilan hiburan dari San Agustin Goes to School, (16/07/24).
Kaprodi Matematika San Agustin, Bernadeta juga turut ikut dalam keseruan senin pagi itu. Dia mengatakan bahwa diantaranya yang mengikuti acara di SMA N 1 Ngabang terdiri dari 2 orang Dosen, 2 mahasiswa semester 4, dan 5 mahasiswa yang sedang menulis tugas akhir serta 2 yang sudah lulus tanpa skripsi.
Penampilan Karate SMAN 1 Ngabang. San Agustin Goes to School (2024)
“Kegiatan tersebut sangat baik dan mendapat tanggapan positif dari pihak kepala sekolah, Waka kurikulum, kesiswaan dewan guru serta siswa,” kata Bernadeta, (19/07/24).
Bernadeta juga menambahkan menurutnya, SMA N 1 siswanya sudah terbentuk sehingga nuansa akdemiknya sangat menonjol. Meskipun demikian baginya mereka sangat antusias dengan kehadiran San Agustin disekolah, terbukti dengan beberapa setelah acara tersebut mendaftar di kampus San Agustin.
“Saya mengucapkan terimaksih banyak atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kita San Agustin untuk Tampil dihadapan Siswa/wi mereka,” tambah Bernadeta (19/07/2024).
Sebagai salah satu dosen yang turut hadir dalam San Agustin Goes to School dia berharap agar kegiatan itu terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
“Serupa dengan harapan Waka kurikulum Ibu Sesilia, S.Pd, dari pihak mereka akan terus mendukung program kampus,” tutup Bernadeta (19/07/24).
Sebagai mahasiswa Prodi Matematika, Belli dan Boni Binansa juga turut memberikan komentar tentang aktivitas San Agustin Goes to School di SMAN 1 Ngabang.
Menurut Belli, kegiatan di SMA N 1 lalu, acara yang mereka buat sudah bagus dan mereka juga sudah maksimal dengan tugas masing – masing.
Sejalan dengan itu Boni Banansa juga menyampaikan hal yang serupa.
“Saya merasa terkesan dengan kegiatan yang dilaksanakan di SMAN 1 Ngabang. Para siswa terlihat antusias menyaksikan hiburan dari eries dan penampilan lainnya,” kata Boni, (19/07/24).
Acara yang sukses ini juga diakhiri dengan harapan bahwa kegiatan serupa dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang, mempererat hubungan antara San Agustin dan masyarakat pendidikan di Ngabang.
Dengan begitu, “San Agustin Goes to School” dinilia bukanlah sekadar acara, melainkan sebuah jembatan emas bagi para siswa untuk menjelajahi masa depan pendidikan mereka dengan harapan.
Semangat San Agustin bersemarak di SMKN 01 Senakin. (2024)
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin|LANDAK, Selasa 23 Juli 2024 – Masih hangat, Event besar “San Agustin Goes to School” yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo sukses menggelar kunjungan ke SMKN 01 Sengat Temila pada Senin 15 Juli 2024.
Tampak ratusan siswa-siswi turut mengikuti ritme dari suguhan San Agustin.
Acara yang dimulai pukul 08.00 hingga selesai ini mempersembahkan berbagai atraksi menarik, dimulai dari penampilan mahasiswa FKES San Agustin sebagai penyanyi, Paskaria dan Doni Mahasiswa Prodi Matematika FKIP San Agustin sebagai Juara 1 Vokal Putra PGD Kalbar, dan dimeriahkan juga oleh kehadiran Grild Band E’ries San Agustin.
Trio Kurniawan, salah satu perwakilan dari San Agustin Goes to School, menjelaskan bahwa tujuan utama dari kegiatan tersebut untuk memperkenalkan nilai-nilai dan semangat yang dijunjung tinggi oleh universitas tersebut kepada para siswa SMKN 01 Sengat Temila.
“Kami ingin memberikan kesempatan emas kepada mereka untuk mengeksplorasi pendidikan yang bermutu di San Agustin,” kata Trio, (15/07/24).
Dengan moto “Temukan dirimu, temukan di San Agustin,” poster promosi acara tersebut memanggil para siswa untuk menjelajahi potensi mereka di lingkungan pendidikan yang mendukung.
Semangat San Agustin di Senakin (2024)
Kegiatan hari itu turut dihadiri oleh para siswa SMKN 01 Sengat Temila yang tak kalah meriahnya ikut dalam ‘melebur’ suasana juga disusul oleh para guru.
Tim Media Center San Agustin, Andi bersama dukungan dari seluruh kru berusaha keras untuk menghadirkan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan bagi para peserta dari SMKN 01 Sengat Temila.
Para siswa, termasuk ketua dan wakil osis serta kepala sekolah, tak henti-hentinya menyuarakan kegembiraan mereka atas kesuksesan acara tersebut.
“Kami sangat menikmati setiap momen dari penampilan hiburan yang ditampilkan. Semoga kegiatan serupa bisa berlanjut di tahun-tahun mendatang,” ujar ketua Osis sebagai salah satu perwakilan SMKN 01 Sengat Temila.
Kunjungan “San Agustin Goes to School” ke SMKN 01 Sengat Temila tampaknya berhasil menyalurkan semangat San Agustin sekaligus meninggalkan kenangan indah dan inspiratif bagi seluruh siswa yang hadir.
Jayadi – Dosen PJKR San Agustin Tengah melakukan praktik pijat pada pasien. (2024).
MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin | LANDAK Selasa, 23 Juli 2024- Pijat menjadi pilihan yang wajib dilakukan, tidak semua mengerti manfaat tentang pijat sebenarnya.
Banyak anggapan pijat merupakan pilihan terakhir setelah menggunakan pengobatan lain, seperti obat-obatan atau cara medis, yang mungkin dianggap hanya memberikan sedikit efek.
Pijat sebenarnya merupakan pengobatan dalam mengatasi pencegahan, namun sebaliknya penggunaan pijat untuk mengatasi rasa nyeri dari efek yang sudah terjadi.
Hal ini justru menambah rasa nyeri yang berlebihan terhadap teknik dilakukan, karena sudah terbangunnya kekakuan yang kuat, hingga menyerang pada ganguan sarap, terbukti dari beberapa pengalaman sebelumnya.
Efek yang diberikan pijat dalam penanganan tidak mudah untuk dirasakan semua orang. Menyadari bahwa ketidak mampuan untuk penguraian pada pijat yang sangat kuat, tidak banyak untuk melaluinya. Bahkan membiarkan permasalahan ini terjadi sangat lama.
Kekakuan otot harus segera ditangani, agar terhindar dari masalah yang lebih banyak pada ganguan lainnya seperti peredaran darah dan sarap.
Pengalaman sebelumnya pada pasien pertama sempat dirawat oleh dokter ahli dengan peralatan elektronik lengkap, selama tujuh hari hanya sedikit ada perubahan. Menurut rekam medis, masalahnya adalah saraf terjepit di pinggang.
Alternative Pijat
Gangguan aktivitas terhadap sarap terjepit dapat terjadi, seperti terbatasnya gerakan membungkuk, berjalan tegak, dan duduk.
Rasa sakit yang kuat membuat pasien beralih dengan cara pengobatan alternative pijat.
Pencarian pengobatan secara tradisional pada pijat dilakukan untuk kesembuhan. Setelah menemukan pengobatan, pasien memberikan waktu selama empat hari, karena rasa sakit yang memuncak sulit untuk bertahan dalam waktu cukup lama.
Sebagai penjelasan dari pengetahuan bahwa pemberian pijat hanya menambah rasa rileks dengan meringankan kekakuan, tidak secara langsung pada tingkatan kesembuhan total, dengan terurainya ketegangan pada kekakuan dapat memberikan rasa ringan pada gerakan sebelumnya yang terasa sakit.
Permasalahan sarap terjepit pada pinggang mungkin sangat berpengaruh banyak terhadap keseimbangan berjalan.
Penanganan pemijatan
Seperti yang sudah ditangani pada pasien kedua sebelumnya.
Seorang pasien dengan usia kurang lebih enam puluhan tahun sudah lama menderita sarap terjepit pada pinggang sehingga mempengaruhi perubahan bentuk tulang kaki, dan pinggul.
Jalan seperti robot dengan penuh kekakuan hal ini timbul karena tidak menemukan seseorang yang ahli dalam penyembuhan terhadap diri sebelumnya.
Penanganan pemijatan seperti pasien tersebut sangat sulit dilakukan karena tinggkat keparahan yang luar biasa terhadap perubahan bentuk posisi dan tulang.
Pijat hanya mampu memberikan rasa rileks pada otot yang kaku bukan untuk penyembuhan secara total.
Bahkan diperlukan pengulangan pemijatan bukan hanya satu kali, harus berkali-kali dilakukan untuk memastikan ketegangan otot yang kaku menjadi rileks.
Sangat memerlukan biaya yang banyak, walaupun dengan bayaran tidak mempunyai patokan khusus bagi sang pemijat.