Sunday, October 26, 2025
More
    Home Blog Page 62

    Junko Seriguci: Tantangan dan Kepuasan dalam Menjadi Seorang Perawat di Jepang

    Dari kiri Ns. Elisabeth Wahyu Savitri.,M.Kep, Agnes Dwiana WA,S.SiT.,M.Kes, pemateri Mrs.Junko Seriguchi Head Nurse in Japan Kitamoto Hospital, Ns. Yohana Yusmarita.,S.Kep Interpreter dan Care Worker in Japan, Pastor Serafikus Suarno Sekretaris Jendral San Agustin (12/09/2023)

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK- Selasa, 12 September 2023, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo Keuskupan Agung Pontianak masih dalam seminar 11-13 September 2023, hari ini menyajikan seminar internasional yang didatangkan langsung dari negeri Samurai, Jepang.

    Hari ke dua ini, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo masih menggelar seminar internasional terkait kesehatan dan spesial materi dua khusus diberikan oleh Junko Seriguci dalam mengenalkan Budaya Jepang dan Karakteristik Perawat Jepang yang diikuti oleh 565 mahasiswa Falkutas Kesehatan.

    Junko Seriguci merupakan seorang ahli asal Jepang yang telah bekerja di salah satu rumah sakit di Saitama.

    Dalam sesi pembukanya, Junko Seriguci memperkenalkan peserta seminar kepada budaya Jepang dengan sebuah tanya jawab tentang Onigiri, salah satu makanan khas Jepang.

    Dia kemudian menguraikan beragam aspek budaya Jepang, termasuk perbedaan musim yang memengaruhi pola hidup dan pakaian.

    Empat Musim di Jepang

    Junko Seriguci dalam sesi tersebut dia memaparkan tentang gambaran bahwa Jepang memiliki empat musim.

    Setiap musim Iklimnya berbeda dengan Okinawa di selatan dan Hokkaido di utara Selanjutnya, perbedaan suhu cukup besar Terutama di musim dingin, perbedaannya besar dari bagian utara Honshu.

    “Banyak salju turun di Hokkaido,” katanya.

    Selanjutnya dia mengungkapkan bahwa di Jepang memiliki banyak jenis bunga yang mekar di musim semi.

    Terutama, bunga sakura adalah bunga nasional Jepang. Banyak orang di Jepang menikmati minum atau makan di bawah bunga sakura bersama keluarga dan teman-teman.

    Junko Seriguci tengah memberikan seminar tentang budaya Jepang dan Profesi mulia seorang Perawat

    Ada juga musim panas dimana kelembaban meningkat, dan suhu naik.

    Banyak orang pergi berkemah, mengunjungi pantai, menikmati pertunjukan kembang api di berbagai daerah, dan ikut serta dalam festival-festival musim panas yang ramai dengan penonton.

    Selanjutnya ada musim gugur, disana ada perubahan suhu (suhu menurun), dia mengatakan bahwa disana siapapun dapat melihat daun-daun musim gugur yang indah.

    Banyak orang pergi keluar untuk melihat daun musim gugur yang berwarna-warni.

    Selanjutnya di Jepang terkenal dengan musim dingin.

    Saat musim dingin itu, suhu turun, dan jenis pakaian berubah. Di bagian utara, cuaca sangat dingin dan salju turun dan menumpuk.

    “Kami menyebutnya “Kotatsu,” yang merupakan alat pemanas khas yang membuat kita merasa hangat di musim dingin,” kata Junko.

    Selain membahas pakaian, dia juga memberikan wawasan tentang makanan khas Jepang. “Beras adalah makanan pokok di Jepang, mirip dengan Indonesia. Beras di Jepang agak lengket, memudahkan penggunaan sumpit,” katanya.

    Dalam konteks makanan, Junko juga membandingkan cara makan di Jepang dan Indonesia, dia berpendapat, di Jepang, makanan biasanya disajikan terpisah, sedangkan di Indonesia, sayurannya sering dicampur.

    “Saya senang bisa mencicipi makanan Indonesia selama kunjungan saya,” ungkap Junko dengan antusias.

    Konteks budaya, Sensei juga membagikan bahwa orang Jepang cenderung memberi salam dengan menundukkan kepala. Yang paling mereka hargai di jepang adalah pemanfaatan waktu secara maksimal.

    Junko memiliki pengalaman tentang cara makan yang teratur dan tata cara sopan sudah diajarkan orang tuanya sejak kecil di Jepang.

    Misalnya seperti penggunaan sumpit dengan tangan kanan dan nasi di tangan kiri, serta ucapan selamat makan dan terima kasih.

    Pindah ke topik kesehatan, Junko Sensei menjelaskan sistem asuransi kesehatan di Jepang, yang mencakup semua warga dengan pembayaran sendiri bagi pekerja, serta bantuan negara bagi yang tidak bekerja.

    Tidak hanya itu, dia memperkenalkan berbagai bidang dalam keperawatan di Jepang dan tantangan yang dihadapi oleh perawat, termasuk kekurangan tenaga kerja, masalah lingkungan kerja, dan masalah gaji.

    Meskipun berat, perawat di Jepang merasakan kebahagiaan saat melihat pasien sembuh.

    Junko menyimpulkan, saat perawat melakukan tugasnya dengan baik maka disana mereka mendapatkan sebuah misi yang mulia.

    Memang dia mengakui setiap menjalankan misi tersebut selalu ada tantangan, namun profesi seorang perawat selalu dihargai.

    Menutup seminarnya itu, dia bersaksi bahwa setiap hari mereka menghadapi pasien dan bekerja sambil berjuang di rumah sakit dan panti jompo.

    Di Jepang, bidang medis seringkali sulit karena kekurangan tenaga kerja.
    Namun, bahkan dalam lingkungan seperti itu tanpa pasien, perawat tidak akan dapat menunjukkan kemampuan mereka.

    “Benar bahwa kami belajar banyak dari pasien kami,” kata Junko.

    Menjadi Perawat

    Bersamaan dengan itu, Junko Seriguci menyimpulkan dari berbagai pengalamannya menjadi seorang perawat. Baginya profesi seorang perawat adalah pekerjaan yang memuaskan.

    Dia dengan tegas mengatakan bahwa pekerjaan perawat adalah pekerjaan penting yang bertanggung jawab atas kehidupan manusia.

    Bahkan dalam bidang di mana dia bekerja, banyak perawat mengatakan bahwa tidak ada staf, gaji tidak tinggi, pekerjaannya melelahkan, dan pekerjaannya rumit.

    Tetapi ketika perawat berdiri di depan pasien, mereka bertanya apa yang mereka butuhkan, apa yang dapat mereka lakukan, dan apa yang harus dilakukan dengan rasa sakit mereka.

    “Kami semua memikirkan apakah kami dapat meredakannya,” tutur Junko.

    Pengalamannya itu diwarnai dengan atmosfer lain terutama selama pandemi COVID-19, saat itu hal besar terjadi bahkan mereka kelelahan menghadapi pasien di lokasi yang kacau.

    Dia menyebutkan situasi saat itu bahwa mungkin kasus yang serupa terjadi di Indonesia.

    Junko Seriguci juga mengakui bahwa lingkungan seputar perawat mungkin tidak selalu damai.

    Tetapi menjadi seorang perawat baginya adalah pekerjaan yang membanggakan.

    Meskipun negara berbeda, dia optimis tidak sedikit juga banyak orang berpikir sama.

    “Saya bersyukur dapat melakukan yang terbaik bersama rekan-rekan dari seluruh dunia,” kata Junko sembari menutup sesi pada selasa 12 September 2023.

    – Panitia: San Agustin &  Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak

    Dampak COVID-19 pada Kesehatan Ibu dan Anak: Rekomendasi WHO

    Sesi terahir dalam seminar internasional dipaparkan oleh narasumber dari Filipina Asst. Prof. Maria Cherry G. Tanodra, MAN, RN dengan Topik : Dampak Covid 19 terhadap kesehatan Ibu dan Anak

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK- Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo lantai 4 Gedung Kampus II Pontianak masih di hari yang sama senin 11 September 2023, Maria Cherry G. Tanodra, MAN, RN dari Colegio de San Juan de Letran Calamba, Laguna, Philippines.

    Dia merupakan narasumber terakhir pada hari pertama dalam seminar internasional bersama Falkutas kesehatan yang diikuti oleh 546 mahasiswa falkutas kesehatan.

    Dalam sesi itu Asst. Prof. Maria Cherry G. Tanodra, MAN, RN mengangkat tentang topik: Tren Terkini dalam Keperawatan Ibu dan Anak.

    Tentang Asst. Prof. Maria Cherry G. Tanodra, MAN, RN.

    Sedikit tentang Maria Cherry, dia merupakan Dekan Sekolah Keperawatan Colegio of San Juan de Letran Calamba Laguna Filipina sejak tahun 2018.

    Dalam biografinya, dia lulus dengan gelar Sarjana Keperawatan dari Universitas Santo Tomas (UST), Manila, Filipina pada tahun 1994.

    Seorang alumnus Thomasian dari awal hingga studi pascasarjana. Dia menyelesaikan gelar Master of Arts in Nursing pada tahun 2010 dan saat ini sedang menyelesaikan gelar doktor dalam bidang Keperawatan di Universitas Our Lady of Fatima Valenzuela, Filipina.

    Dia juga merupakan seorang perawat yang sangat dinamis dan berkomitmen dengan pengalaman lebih dari 12 tahun dalam memberikan perawatan komprehensif berkualitas dan holistik kepada beragam pasien dari Unit Bedah Medis dan Unit Perawatan Anestesi Pasca di Philippine Heart Center dan UST Hospital Inc., Manila, Filipina.

    Pada tahun 2006, beliau menjadi bagian dari fakultas UST College of Nursing (CON) di mana keahliannya dalam Keperawatan Ibu dan Anak berkembang, termasuk sebagai seorang pereview yang banyak dicari dalam bidang Keperawatan Obstetri untuk Ujian Lisensi Keperawatan Filipina.

    Maria Cherry adalah seorang pemimpin yang berkomitmen dan berpikiran maju.

    Pengangkatannya dalam administrasi termasuk menjadi Sekretaris Kolese Keperawatan UST selama perayaan quadricentennial tahun 2010-2012; Asisten Direktur pada tahun 2015, dan Direktur pada tahun 2016-2018 di Kantor Alumni UST.

    Dia juga merupakan kekuatan yang patut diperhitungkan dalam mengorganisir inisiatif dan proyek-proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup berbagai individu, kelompok, dan komunitas. Beliau aktif terlibat dalam program-program yang meningkatkan kesejahteraan perawat dan anggota masyarakat yang terpinggirkan.

    Maria Cherry pernah menjadi Presiden pendiri Klub Toastmasters Perawat yang didirikan pada Juli 2023.

    Sejak tahun 2022, dia menjabat sebagai Co-Chair Komite Kesiapsiagaan Bencana Persatuan Perawat Filipina, Cabang Nasional.

    Pada tahun 2020, beliau menjabat sebagai wakil presiden Persatuan Perawat Filipina Cabang Manila Zona 1. Sejak tahun 2018, dia menjabat sebagai Presiden Shelter for Mankind Foundation Inc.

    Dia saat ini adalah Wakil Besar Odd Fellows Shelter for Mankind.

    Yang lebih penting, dia menganggap dirinya diberkati menjadi istri seorang administrator pemerintahan yang taat kepada Tuhan dan berorientasi pada pelayanan, ibu dari tiga putra yang berprestasi, dan nenek dari dua cucu perempuan yang sangat cantik dan cerdas.

    Dampak Covid 19 terhadap kesehatan Ibu dan Anak

    Materi yang diusung dalam sesi ke dua ini merupakan tema khusus tentang “Tropical and Infectious Diseases In The Era Of Automation And Digital Health”.

    Memang, sebelum memulai sesinya dia mengaku bahwa Informasi yang disampaikan dalam sesinya itu tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional.

    “Saya bukan seorang dokter, dan saya tidak memberikan nasihat medis apa pun,” katanya.

    Dia juga menambahkan jika peserta memiliki masalah medis, harap berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

    Informasi yang disampaikan didasarkan pada penelitian dan pengalaman pribadi pembicara, dan mungkin tidak akurat atau lengkap.

    Dalam materinya itu, dia menyampaikan bahwa kesehatan perempuan dan bayi selama periode mulai dari 22 minggu kehamilan yang telah selesai hingga 7 hari setelah kelahiran.

    Hal itu mencakup waktu sebelum kelahiran (perawatan prenatal), selama kelahiran (persalinan dan pengiriman), dan setelah kelahiran (perawatan postpartum).

    Maria Cherry juga mengenalkan tentang faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesehatan perinatal diantaranya ada Kesehatan ibu: Kesehatan ibu sebelum, selama, dan setelah kehamilan dapat memiliki dampak besar pada kesehatan bayi.

    Kedua, Perawatan prenatal: Perawatan prenatal sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi.

    Perawatan prenatal dapat membantu mendeteksi dan mengelola masalah kesehatan, serta memberikan edukasi dan dukungan kepada ibu hamil.

    Ketiga, Komplikasi saat melahirkan: Komplikasi saat melahirkan dapat terjadi dalam setiap kehamilan, tetapi lebih mungkin terjadi pada wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes.

    Kemudian keempat, Perawatan postpartum: Perawatan postpartum penting untuk membantu ibu pulih dari persalinan dan memastikan kesehatan bayi.

    Perawatan postpartum juga dapat membantu mencegah depresi postpartum.

    Pembangunan berkelanjutan

    Maria Cherry menegaskan dalam materinya itu tentang pentingnya tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs) adalah seperangkat 17 tujuan yang diadopsi oleh semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015.

    “Tujuan-tujuan ini bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi planet, dan memastikan bahwa semua orang menikmati kesehatan, keadilan, dan kemakmuran,” kata Maria Cherry.

    SDG 3 adalah untuk memastikan kehidupan sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua usia. Tujuan ini memiliki 13 target, yang diukur melalui 26 indikator.

    Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penyakit dan pengobatan, serta faktor sosial dan ekonomi seperti perumahan, kemiskinan, dan pendidikan.

    “Kesehatan ibu sangat penting karena hal ini memengaruhi kesehatan perempuan, bayi, dan anak-anak,” tambahnya.

    Mengurangi dampak pandemi Covid-19

    Menutup sesinya, Maria Cherry menyampaikan sejumlah rekomendasi yang diberikan oleh WHO untuk mengurangi dampak pandemi COVID-19 pada kesehatan maternal dan perinatal. Diantaranya ada akses Kesehatan Maternal.

    Dalam hal itu dia menitik beratkan untuk memastikan bahwa semua perempuan memiliki akses ke perawatan maternal dan perinatal berkualitas, tanpa memandang status sosial ekonomi atau lokasi mereka.

    Kedua, dia juga mengatakan kepada semua perawat untuk memperkuat sistem kesehatan agar dapat mengatasi tuntutan pandemi.

    Baginya, edukasi perempuan tentang pentingnya perawatan prenatal dan perilaku sehat selama kehamilan.

    Pemeriksaan ibu hamil untuk kondisi kesehatan yang dapat memengaruhi kehamilan.

    Selanjutnya, yang tak kalah penting yakni kesehatan mental maternal.

    Maria Cherry dengan lugas menekankan pentingnya untuk Investasikan dalam layanan kesehatan mental untuk perempuan hamil dan keluarga mereka.

    Dia menyarankan agar setiap pasien bisa menangani masalah kekerasan dalam rumah tangga.

    “Promosikan langkah-langkah perlindungan sosial untuk mendukung perempuan hamil dan keluarga mereka,” tambah Maria Cherry.

    Pemantauan Determinan Kesehatan Sosial

    Dari hal itu, Maria Cherry mengingatkan untuk meningkatkan pemantauan determinan sosial kesehatan.

    Baginya, pendorong kesetaraan kesehatan mempercepat momentum pengumpulan dan pengukuran data Determinan Sosial Kesehatan (SDoH).

    Dia menyarankan untuk mengumpulkan dan analisis data tentang dampak pandemi pada kesehatan maternal dan perinatal serta kombinasi Layanan Teknologi Tinggi dan Pendekatan Perawatan Tepat Sasaran.

    Keseimbangan antara perawatan virtual dan perawatan tatap muka akan menjadi lebih baik dalam tahun yang akan datang, karena rencana kesehatan berusaha meningkatkan keterlibatan anggota.

    “Bagikan informasi dan praktik terbaik untuk mengurangi dampak pandemi,” tambah Maria Cherry menutup sesi terakhir di hari pertama.

    – Panitia San Agustin – Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak

     

     

    Pentingnya Kolaborasi dan Edukasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana: Pesan dari Mariko Ohara

    Narasumber : Mariko Ohara RN,PhD (Mengenakan Jas Putih) Translator: Yohana Yusmarita

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK– Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo menggelar acara seminar internasional yang menghadirkan Mariko Ohara RN.Phd. Profesor dalam Ilmu Keperawatan Bencana di Kyoto College of Nursing & Graduate School of Nursing, Direktur: Organisasi Pendukung Keperawatan Bencana NPO. Dia merupakan seorang perawat berpengalaman asal Jepang, sebagai pemateri utama dalam bidang keperawatan bencana.

    Kepada 546 mahasiswa falkutas kesehatan Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Mariko Ohara memberikan wawasan yang berharga tentang berbagai aspek keperawatan bencana, sebagai narasumber ke tiga pada hari Senin 11 September 2023, perisis di gedung Kampus II lantai 4, Pontianak.

    Kedatangannya dari Jepang ke Kalimantan Barat, Mariko Ohara membagikan seputar cara untuk mengidentifikasi START Triage di lokasi bencana, memahami kriteria START Triage dan memahami metode pengajaran menggunakan simulasi triase berbasis gambar.

    Mariko Ohara berupaya untuk mengajak semua pendengar agar dapat menggunakan Sumber Daya Terbatas dengan Optimal.

    Diantaranya ada memberikan prioritas kepada pasien yang terluka dan memiliki kemungkinan bertahan hidup yang paling besar.

    Kemudan, memberikan prioritas kepada kelompok rentan dalam bencana, yaitu anak-anak, perempuan, lansia, dan orang miskin (CWAP: Children, Woman, Aged people, Poor people). Dan yang ketiga mengecualikan pasien yang terluka dengan tingkat keparahan yang lebih rendah.

    Dalam acara tersebut, Mariko Ohara dengan tegas menyoroti daerah-daerah rawan bencana di seluruh dunia.

    Dia mencatat ada banyak jenis bencana alam, diantaranya tsunami, gempa bumi, dan letusan gunung. Khususnya di Asia, Mariko menekankan bahwa bencana alam sering kali mengakibatkan banyak korban jiwa.

    Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Mariko adalah pentingnya kolaborasi, terutama di kalangan perawat di Asia. Dia menyambut baik kesempatan untuk berbagi pengetahuannya di Kalimantan.

    Pengalaman bencana di Jepang

    Mariko juga membagikan pengalaman negara Jepang dalam menghadapi bencana, khususnya tsunami yang sering melanda negaranya. Dia menyajikan data lengkap tentang gempa di Jepang, mencakup lokasi, kekuatan gempa, dan jumlah korban, disertai dengan gambaran tentang kerusakan yang diakibatkannya.

    Triase harus dilakukan secara berkelanjutan. Sedikit informasi bahwa Triase adalah proses sistematis untuk mengkategorikan dan mengurutkan pasien berdasarkan tingkat keparahan cedera atau penyakit mereka dalam situasi darurat medis atau bencana.

    Tujuan utama dari triase adalah untuk menentukan prioritas pelayanan medis sehingga sumber daya medis dapat dialokasikan dengan efisien kepada mereka yang membutuhkannya segera. Pasien dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti “darurat” (urgensi tinggi), “pengawasan” (urgensi menengah), dan “tidak mendesak” (urgensi rendah), sehingga tim medis dapat merespons dengan tepat sesuai dengan kebutuhan pasien masing-masing.

    Triase juga dapat mengidentifikasi pasien yang memerlukan perhatian segera dan pasien yang dapat ditangani lebih lambat.

    Menurutnya, hal itu dilakukan kembali di lapangan, selama transportasi, saat kedatangan di rumah sakit, selama perawatan, dan pada saat masuk Triage START → menyaring pasien, Triage SORT → harus dilakukan untuk mengklasifikasikan tingkat kedaruratan dan keparahan.

    Pentingnya pengobatan dan perawatan selama bencana meurupakan pokok utama dalam presentasi Mariko.
    Dia aktif terlibat dalam upaya perawatan kesehatan terhadap korban bencana, termasuk pengembangan sistem perawatan medis setelah gempa besar yang terjadi di Hanshin-Awaji.

    Mariko juga berbicara tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkan keperawatan bencana di Jepang, termasuk pendirian rumah sakit berbasis bencana di seluruh negeri, sistem informasi medis yang kuat, serta tim medis dan asisten medis yang siap bertindak saat terjadi gempa.

    Dia menjelaskan bahwa kurikulum keperawatan bencana di Jepang dimulai pada tahun 2009, dan sejak saat itu, semua universitas kesehatan di negara tersebut menerapkannya. Bahkan ada sertifikat khusus untuk perawat bencana.

    Mariko Ohara menyoroti empat poin penting yang harus diperhatikan dalam menghadapi bencana, termasuk upaya pencegahan, perhatian yang intens terhadap kebutuhan saat bencana terjadi, serta pentingnya kolaborasi masyarakat sebagai tim yang kuat untuk mengatasi masalah ini.

    Ketika ditanya tentang kendala evakuasi di Indonesia terkait ketidaksetujuan masyarakat untuk dievakuasi, Mariko berbagi pengalaman di negaranya dalam menghadapi situasi serupa.

    Dia menekankan pentingnya pendidikan kepada masyarakat melalui televisi dan pengeras suara di tiap daerah, yang dapat memberikan panduan saat terjadi bencana.

    Mariko Ohara mengapresiasi budaya gotong royong di Indonesia dan mengusulkan agar tenaga medis memberikan pendidikan atau seminar kepada masyarakat untuk memastikan persiapan yang lebih baik dalam menghadapi bencana.

    – Panitia Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo bekerjasama dengan Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak

    Penyegaran dan Pengukuhan Pengurus Dewan Pastoral Paroki Santa Maria Nyarumkop

    Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus Foto bersama seluruh DPP Nyarumkop

    MAJALAHDUTA.COM, SINGKAWANG, 11 September 2023 – Paroki Santa Maria Nyarumkop di Singkawang baru-baru ini merayakan peringatan istimewa, yaitu 105 tahun berdirinya paroki tersebut.

    Sebagai bagian dari peringatan tersebut, Dewan Pastoral Paroki (DPP) menggelar acara penyegaran pengurusnya untuk periode 2023/2025 di Aula Paroki pada tanggal 8 September 2023. Acara ini dihadiri oleh 55 orang dengan tema “Terimalah Karya Roh Kudus.”

    Acara penyegaran pengurus ini bertepatan dengan persiapan untuk pengukuhan kembali Paroki Santa Maria Nyarumkop oleh Uskup Agung Pontianak. Pengukuhan ini akan berlangsung pada Minggu, 10 September 2023, bersamaan dengan perayaan penerimaan Sakramen Krisma.

    Sangkramen Krisma diberikan langsung oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus kepada 55 umat yang sudah mendapatkan pendidikan krisma.

    Pastor Paroki, Pastor Robertus Bellarminus OFMCap, dalam sambutannya mengingatkan para pengurus Dewan Pastoral Paroki tentang pentingnya menjalankan peran mereka sebagai pelaksana reksa pastoral terhadap seluruh umat parok, terutama umat Paroki Santa Maria Nyarumkop dalam Keuskupan Agung Pontianak.

    Dia menekankan bahwa Dewan Pastoral Paroki harus menghayati dan memahami sepenuhnya tugas mereka sebagai pelayan Allah.

    Pemateri acara, Pastor Pius Barces CP, juga mengingatkan para pengurus untuk menyadari kembali makna dan keberadaan mereka sebagai umat Allah.

    Dewan Pastoral Paroki (DPP) diingatkan tentang pentingnya bergantung pada kuasa dan campur tangan Tuhan dalam tugas mereka. Dimensi iman harus senantiasa menjadi pijakan dalam menghayati kehidupan menggereja.

    Selain itu, DPP juga ditekankan untuk mengandalkan kekuatan Roh Kudus dalam mengelola tugas mereka. Roh Kudus diharapkan menjadi panduan dalam memimpin Gereja Paroki Santa Maria Nyarumkop menuju pertumbuhan yang sesuai dengan rencana Ilahi dan kemanusiaan, yang selalu didorong oleh semangat pelayanan kepada umat.

    Perayaan penyegaran pengurus Dewan Pastoral Paroki ini mencerminkan semangat kebersamaan dan tekad untuk melayani umat parok yang semakin bertumbuh.

    Paroki Santa Maria Nyarumkop optimis bahwa dengan bimbingan Roh Kudus dan kesatuan dalam mengemban tugas pastoral, mereka akan terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi komunitas dan Keuskupan Agung Pontianak. *Oyent Andreas, Editor: MajalahDuta.com

    Fakta Penting dalam Kedokteran Tropis yang Mungkin Terlupakan

    Dalam sesi QnA yang di pandu oleh moderator Mustika Aji Hartanto,MA banyak peserta yang antusias bertanya kepada narasumber Prof.Dr.Maria Lusia Inge Lusida,dr.M.Kes,Ph.D.,Sp.MK(K) secara random te terkait hasil riset, pengembangan Virus sampai ke HIV (KOMSOS KAP)

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK– Usai rehat siang, bersama 500an mahasiswa Falkutas Kesehatan Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo kembali dikumpulkan di Gedung lantai 4 Kampus II pada 11 September 2023, sesi ke tiga kembali dimulai pada pukul 13.00 WIB.

    Dalam sesinya, Prof. Maria L. Inge Lusida, dr., MS., PhD., SpMK(K) Institute of Tropical Disease – Universitas Airlangga menyampaikan materi dengan topik ‘Sharing Discoveries, Scholarly Work, and Lessons Learned’ dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh UNIKA Santo Agustinus Hippo.

    Pada presentasinya, Profesor Maria berbagi pengetahuan tentang langkah-langkah dalam meneliti serta informasi penting mengenai beasiswa yang mendukung penelitian.

    Salah satu poin menarik dalam presentasi Profesor Maria menitikberatkan pentingnya untuk kolaborasi internasional dalam penelitian TBC (Tuberkulosis) yang menjadi perhatian utama.

    Dalam konteks itu, banyak negara maju mengundang Indonesia untuk berkolaborasi dalam penelitian TBC karena Indonesia berada di urutan kedua dalam jumlah kasus TBC. Kerjasama ini dianggap saling menguntungkan, dimana negara-negara maju memiliki teknologi canggih, sementara Indonesia menyediakan pasien sebagai sampel penelitian.

    Penelitian yang berhasil, menurutnya, memerlukan perencanaan yang cermat, tujuan yang jelas, dan literatur yang memadai.

    Profesor Maria juga menekankan pentingnya membaca banyak referensi untuk menghasilkan ide yang lebih banyak.

    Penelitian butuh dasar yang kuat

    Penelitian tidak bisa dilakukan tanpa dasar yang kuat, dan itu melibatkan literatur yang tepat.

    Mentor atau pembimbing juga sangat penting dalam mengarahkan penelitian. Dia mendorong agar peneliti mengikuti template atau aturan yang sudah ada.

    Selanjutnya, terkait dana penelitian di Indonesia, Profesor Maria mengungkapkan bahwa sumber dana sudah semakin melimpah, dengan pemerintah mengalokasikan anggaran yang besar untuk riset. Namun, tantangan yang ada adalah efektifitas penggunaan dana tersebut.

    “Pertanyaan tentang HIV/AIDS juga muncul, dan Profesor Inge menjelaskan bahwa meskipun ada obat untuk HIV/AIDS, belum ada obat yang dapat benar-benar menyembuhkannya,” katanya.

    Terakhir, mahasiswa yang hadir bertanya tentang langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan cara meningkatkan daya tarik mahasiswa untuk terlibat dalam riset.

    Dia menyarankan mahasiswa untuk memulai dengan membaca template dan referensi, serta berkomunikasi dengan senior yang telah memiliki pengalaman dalam penelitian.

    Dalam sesi siang itu, Prof Maria juga mengupas tentang usulan untuk topik-topik penelitian yang mungkin dalam Penyakit Menular dan Imunologi (Termasuk, Resistensi Antimikroba)

    Termasuk hal berikut ini:

    1. Kesiapsiagaan dan Tanggapan Terhadap Pandemi (misalnya, surveilans, intervensi, kesadaran masyarakat dan pencegahan, pengembangan vaksin, perubahan iklim).

    2. Metode Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Kesehatan Masyarakat yang Efektif.

    3. Imunogen Vaksin Baru untuk Mengatasi Penyakit Menular yang Muncul dan Kembali Muncul.

    4. Pendekatan Multi-OMIKS dalam Penemuan dan Inovasi – Respons Imun Tubuh terhadap Penyakit Menular.

    5. Keterkaitan antara Penyakit Kronis dan Penyakit Menular, termasuk Ko- dan Multi-Morbiditas.

    6. Terapi Antibodi Baru dan Imunogen Vaksin untuk Mengatasi Patogen yang Tahan Terhadap Antimikroba.

    7. Pemanfaatan Mikrofluidik dalam Penemuan Terapi Berbasis Antibodi untuk Mengatasi Ketahanan Terhadap Antimikroba.

    8. Teknologi Diagnostik Cepat untuk Deteksi Bakteri yang Tahan Terhadap Antimikroba.

    9. Teknik dan Metode Peningkatan Surveilans Termasuk Penggunaan Teknologi DNA Baru.

    10. Pengembangan Kelas Antimikroba Baru yang Inovatif yang Efektif, Cepat, dan Ekonomis.

    Penolakan proposal penelitian adalah hal yang biasa, dan hal itu dapat menjadi peluang untuk belajar dan memperbaiki diri. Informasi terkait dana penelitian dapat ditemukan di website Dikti dan BRIN.

    Teknologi Sekuensing Generasi Berikutnya dan Aplikasinya dalam Penyakit Menular

    Pada kesempatan siang yang berharga itu, Prof Maria menyoroti tentang Teknologi Sekuensing Generasi Berikutnya dan Aplikasinya dalam Penyakit Menular.

    Dia berbagi pengetahuan tentang mNGS yang merupakan teknologi revolusioner telah mengganggu diagnosis klinis tradisional dalam beberapa aspek.

    Teknologi baru ini beserta alat-alat terkaitnya dapat digunakan untuk diagnosis klinis yang bermakna dalam bidang mikrobiologi. Seperti halnya dengan setiap teknologi baru, pengadopsian klinis dari pengujian mNGS akan memerlukan waktu karena para penyedia layanan menjadi akrab dengannya dan panduan-panduan baru dikembangkan.

    Prof Maria juga memaparkan dengan teknik Next-Generation Sequencing (NGS), kita dapat memperoleh informasi tentang patogen: menganalisis jutaan fragmen kecil yang berasal dari genom mereka, yang memberikan wawasan tentang komposisi mikrobiota, termasuk organisme yang belum pernah dibudidayakan atau tidak dapat dibudidayakan.

    “Metagenomik NGS yang tidak terarah dalam diagnosis klinis penyakit menular: mendeteksi hampir semua organisme (termasuk patogen langka) yang menyebabkan pergeseran paradigma dramatis dalam pengujian diagnostik mikroba,” kata Prof Maria dalam sesi kedua siang hari (11/09).

    Diakhir sesinya, Prof Maria menyampaikan pesan bahwa Cara terbaik untuk menemukan Kedokteran Tropis dan memahami daya tarik dan manfaatnya bukan dengan membaca buku, sebagus apapun itu, melainkan dengan tinggal dan bekerja di negara tropis, belajar dari pasien dan dokter lokal yang berpengalaman, dan melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengonfirmasi diagnosis.

    “Namun, ada banyak fakta penting; fitur klinis, siklus kehidupan yang kompleks, dosis obat, jadwal vaksin, dan sebagainya; yang mungkin Anda butuhkan,” katanya.

    Selain itu dia menyampaikan Ada banyak fakta penting: fitur klinis, siklus kehidupan yang kompleks, dosis obat, jadwal vaksin, dan sebagainya; yang mungkin Anda butuhkan— lebih dari yang dapat diingat dengan handal.

    – Panitia San Agustin / Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak

    Keluarga Ulma yang Diberkati: Teladan Kebaikan dan Kasih dalam Masa Perang Dunia II

    Beatification of the Ulma family in Markowa, Poland - Vatikan News

    MAJALAHDUTA.COM, VATIKAN– Paus Fransiskus mengingat beatifikasi sembilan anggota keluarga Ulma di Polandia dan memuji keberanian mereka yang rela memberikan nyawa untuk menyelamatkan orang Yahudi selama Perang Dunia II.

    Sembilan anggota keluarga Ulma dibeatifikasi pada hari Minggu di kota kelahiran mereka, Markowa, Polandia, di mana mereka menjadi martir oleh tentara Nazi karena menyembunyikan orang Yahudi selama Perang Dunia II.

    Paus Fransiskus menjadikan tindakan keluarga ini sebagai model kehidupan Kristiani yang harus diikuti oleh semua orang, saat berbicara dalam doa Angelus pada hari Minggu.

    Ia menyebut Ulma sebagai “teladan untuk ditiru dalam usaha kita melakukan kebaikan dan melayani mereka yang membutuhkan.”

    “Sebagai tanggapan terhadap kebencian dan kekerasan yang ditandai oleh masa itu, mereka merangkul kasih Injili,” ujarnya.

    Paus menambahkan bahwa keluarga Polandia ini “mewakili cahaya dalam kegelapan Perang Dunia II” dan mengundang semua orang untuk memberikan tepuk tangan untuk yang baru diberkati.

    Paus Fransiskus kemudian mendorong umat Kristen untuk mengikuti contoh mereka dengan “melawan kekuatan senjata dengan kasih, dan retorika kekerasan dengan doa tekun.”

    “Marilah kita [berdoa] terutama untuk banyak negara yang menderita akibat perang,” katanya. “Secara khusus, mari kita tingkatkan doa kita untuk Ukraina yang menjadi martir… yang sangat menderita.”

    Misa Beatifikasi

    Kardinal Marcello Semeraro, Prefek Dikasteri untuk Penyebab-Penyebab Kudus, memimpin Misa beatifikasi di Markowa, yang dirayakan oleh 7 Kardinal dan 1.000 imam, dengan lebih dari 32.000 umat yang terdaftar untuk hadir.

    Anggota keluarga yang diberkati adalah Jozef dan Wiktoria Ulma, serta anak-anak mereka Stanisława, Barbara, Władysław, Franciszek, Antoni, Maria, dan seorang anak tak bernama yang lahir pada saat Wiktoria menjadi martir.

    Dalam homilinya di Misa, Kardinal Semeraro mengatakan rumah keluarga Ulma menjadi “penginapan di mana yang terpinggirkan, terbuang, dan sekarat disambut dan dirawat.”

    Dia mengatakan bahwa Jozef dan Wiktoria menjalani “kesucian yang tidak hanya dalam perkawinan tetapi juga benar-benar tertanam dalam seluruh keluarga mereka.”

    Kardinal Semeraro juga menegaskan kesaksian Kristiani dari anak yang baru diberkati dan tak bernama ini.

    “Tanpa pernah mengucapkan sepatah kata pun,” katanya, “hari ini sang Kudus kecil menyerukan kepada dunia modern untuk menyambut, mencintai, dan melindungi kehidupan, terutama kehidupan yang tak berdaya dan terpinggirkan, mulai dari saat konsepsi hingga kematian alami.”

    Dia mengatakan “suara yang tak bersalah ini mencoba mengguncang hati nurani masyarakat di mana aborsi, euthanasia, dan penghinaan terhadap kehidupan yang dianggap sebagai beban dan bukan karunia merajalela.”

    “Keluarga Ulma,” kata Kardinal, “mendorong kita untuk bereaksi terhadap budaya pembuangan tersebut, yang dikecam oleh Paus Fransiskus.”

    Oleh: Devin Watkins- VatikenNews
    Editor: Redaksi Majalah DUTA

    Paus Fransiskus Mendoakan Korban Gempa Bumi Maroko

    Seorang wanita berjalan melewati rumah-rumah yang hancur di desa Tafeghaghte (AFP)- Vatikan News

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK- Paus Fransiskus mengirimkan doa dan kedekatannya kepada rakyat Maroko, di mana gempa bumi telah merenggut ribuan nyawa.

    Hanya sehari setelah mengirimkan telegram untuk menyatakan kesedihannya, Paus Fransiskus secara publik mengungkapkan belasungkawa atas ribuan orang yang telah meninggal atau terdampak oleh gempa bumi di Maroko tengah.

    Gempa bumi dengan kekuatan 6,8 skala Richter mengguncang pada Jumat malam di wilayah pegunungan sebelah barat daya Marrakesh, menyebabkan kerusakan dan kehancuran yang luas.

    Perhatian dan Keperdulian dari Paus

    Berbicara saat doa Angelus pada hari Minggu, Paus mengungkapkan kedekatannya kepada “rakyat Maroko yang tercinta”.

    Ia berdoa untuk para korban yang terluka dan “banyak orang” yang telah meninggal dunia beserta keluarga mereka.

    “Saya berterima kasih kepada para petugas penyelamat dan mereka yang berusaha mengurangi penderitaan orang-orang,” katanya. “Semoga bantuan nyata dari semua pihak dapat mendukung rakyat dalam momen tragis ini.”

    Paus Fransiskus mengakhiri pidatonya dengan mengundang semua orang untuk mendekati rakyat Maroko.

    Angka Kematian Terus Meningkat

    Sementara itu, para penyelamat masih mencari korban yang selamat di bawah reruntuhan setelah gempa bumi besar tersebut.

    Hingga Minggu sore waktu setempat, setidaknya ada laporan 2.012 orang tewas dan 2.059 terluka akibat gempa Jumat.

    Dalam beberapa jam terakhir, angkatan bersenjata Maroko telah membersihkan salah satu jalan utama menuju pusat gempa bumi, memungkinkan bantuan penting mencapai korban.
    Jalan menuju Pegunungan Atlas sempat tertutup oleh tanah longsor.

    Palang Merah telah berjanji menyumbangkan $1,1 juta dari Dana Tanggap Darurat Bencana mereka untuk mendukung upaya penyelamatan.

    Rekaman video yang diambil oleh pesawat tanpa awak menunjukkan desa-desa kuno di dekat Marrakech yang hancur.

    Menurut organisasi bantuan, tiga hari pertama setelah bencana alam adalah periode kritis untuk menemukan korban yang selamat.

    Ketakutan akan gempa susulan membuat banyak orang memilih untuk tinggal di luar ruangan, tidur di jalanan atau di ladang.

    Kantor Urusan Koordinasi Kemanusiaan PBB menyatakan lebih dari 300.000 orang di Marrakesh dan sekitarnya terkena dampak gempa bumi tersebut. (DUT@- Sam/Devin Watkins & Nathan Morley/ VatikanNews). 

    Peran Teknologi Otomatisasi, NGS, dan Kecerdasan Buatan dalam Pengelolaan Penyakit Menular

    Kanan pastor suarno,sebelah moderator Maria Goretik,SST.,M.Kes, sebalah Agnes Dwiana,S.SiT.,M.Kes, sebelah Prof.Dr.Maria Lucia Inge Lusida,dr,M.Kes.,Ph.D.,Sp.MK(K) narasumber sebalahnya Ns. Elisabeth Wahyu Savitri.,M.Kep

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK– Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo lantai 4 Gedung Kampus II Pontianak masih di hari yang sama senin 11 September 2023, Prof. Dr. Maria Lucia Inge Lusida, dr, M. Kes, Ph.D, Sp. MK (K), seorang ahli dalam bidang kesehatan, tampil sebagai pemateri dalam Seminar Kesehatan Internasional yang digelar di Universitas Santo Agustinus Hippo.

    Dalam sesi ini Profesor Maria, yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Penyakit Tropis UNAIR, memberikan wawasan yang berharga tentang berbagai aspek kesehatan global.

    Materi yang diusung dalam sesi ke dua ini merupakan tema khusus tentang “Tropical and Infectious Diseases In The Era Of Automation And Digital Health

    Dalam seminar tersebut, Profesor Maria membahas beberapa contoh penyakit menular yang berasal dari hewan (zoonosis), seperti rabies yang dapat ditularkan melalui binatang, serta demam berdarah (DBD) yang bisa disebarkan oleh serangga.

    Dia juga menjelaskan berbagai jenis kuman penyebab penyakit dan cara penularannya.

    Profesor Maria juga menyoroti perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan, khususnya dalam deteksi penyakit. Ia mengungkapkan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mempermudah proses identifikasi penyakit secara cepat, dengan membandingkan gejala dan diagnosa pasien dengan kasus serupa di seluruh dunia.

    Dalam sesinya itu, dia memaparkan tentang penyakit menular adalah gangguan yang disebabkan oleh organisme, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. (Klinik Mayo)

    Istilah “tropis” mengacu pada wilayah bumi yang terletak di daerah tropis, dengan iklim hangat, kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan sanitasi yang buruk memberikan lingkungan ideal bagi patogen, vektor, dan inang perantara untuk berkembang biak.

    Penggunaan istilah “terabaikan” merujuk pada sumber daya terbatas yang tersedia untuk mengendalikan dan mengobati penyakit-penyakit ini, termasuk penemuan dan pengembangan obat-obatan baru.

    Pastor Serafikus Suarno menyerahkan tanda terima kasih kepada narasumber sesi 2 : Prof. Maria L. Inge Lusida, dr., MS., PhD., SpMK(K) Institute of Tropical Disease – Universitas Airlangga

    WHO mendefinisikan NTD (penyakit-penyakit tropis terabaikan) sebagai kelompok beragam dari 20 kondisi yang umumnya menyebar di daerah tropis, di mana mereka memengaruhi lebih dari 1 miliar orang yang tinggal di masyarakat miskin.

    “Mereka disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, parasit, jamur, dan racun. Penyakit-penyakit ini menyebabkan dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi yang menghancurkan bagi lebih dari satu miliar orang,” kata Prof Maria.

    Dia juga melanjutkan bahwa, Rutinitas Klinis Mikrobiologi di Era Otomatisasi dan Kesehatan Digital 12 peningkatan langkah pengolahan sampel dan pengurangan waktu dari sampel hingga hasil.

    Pertama, otomatisasi meningkatkan kemampuan pengolahan sampel dengan dokumentasi dan jejak yang lebih baik.

    Kedua, ada kontrol biaya yang lebih baik (misalnya, bahan kimia reagen, medium, dll.) dengan waktu putar yang lebih singkat sehingga menghasilkan diagnosis yang lebih cepat.

    Ketiga, otomatisasi penuh memungkinkan perluasan jam operasional laboratorium dengan manfaat besar bagi perawatan pasien.

    Otomatisasi penuh juga akan mencakup kemampuan diagnostik molekuler, dimulai dengan ekstraksi DNA, prosedur lain yang melibatkan beberapa langkah dan memerlukan personel teknis berpengalaman.

    Kolaboratif kemajuan Ilmu Kesehatan

    Selain itu, Profesor Maria menjelaskan peran penting riset kolaboratif dalam kemajuan ilmu kesehatan.

    Lembaganya telah melakukan kolaborasi antara negara berkembang dan negara maju dalam pengiriman sampel penyakit.

    Sampel-sampel ini dikirim ke negara maju seperti Jepang, Amerika, dan Australia untuk penelitian bersama, dengan hasil yang kemudian diaplikasikan kembali di Indonesia.

    Merujuk pada pertanyaan peserta yang hadir, Profesor Maria menekankan bahwa dengan bantuan teknologi Next-Generation Sequencing (NGS), sampel penyakit dari berbagai tempat dapat diidentifikasi dengan cepat.

    Misalnya, Aplikasi Kecerdasan Buatan dalam Penanganan Penyakit Menular.

    Menurutnya, Bersamaan dengan otomatisasi dan NGS (Sequencing Generasi Berikutnya), kecerdasan buatan (AI) juga dapat berkontribusi dalam pengelolaan yang lebih baik terhadap penyakit menular dengan membantu para klinisi dalam mengumpulkan dan mengelaborasi informasi dari tes klinis.

    Memprediksi penyakit menular untuk mengendalikan penyebaran pandemi, memahami perilaku mikroorganisme, dan juga membantu dalam penemuan obat yang lebih cepat untuk mengendalikan penyakit.

    Kecerdasan Buatan (AI) memberikan kepercayaan baru tidak hanya untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi penyebaran penyakit menular, tetapi juga membantu para ilmuwan dalam uji klinis yang lebih cepat dan identifikasi penemuan obat yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut.

    Dia menambahkan bahwa pengobatan komplementer dan alternatif (PKA) adalah obat-obatan dan praktik kesehatan yang biasanya tidak digunakan oleh dokter untuk pengobatan.

    Pengobatan komplementer digunakan bersamaan dengan pengobatan standar, sedangkan pengobatan alternatif digunakan sebagai pengganti pengobatan standar.

    PKA mencakup praktik seperti pijat, akupunktur, tai chi, dan minum teh hijau.

    Pengobatan Alternatif

    Pengobatan integratif adalah pendekatan dalam perawatan medis yang menggabungkan pengobatan konvensional dengan praktik PKA yang telah terbukti melalui ilmu pengetahuan sebagai aman dan efektif.

    “Kalau dulu berdasarkan pengalaman dokter, dulu pengalaman dia selama 10 tahun, didiagnosa sakitnya mengarah ke sini, kalau sekarang juga bisa dilihat dari daerah lain,” kata Prof Maria.

    Namun, Dia juga menegaskan bahwa ilmu ini masih baru, memerlukan pelatihan yang mendalam, dan harus terus disempurnakan agar tetap relevan dengan perkembangan ilmu kesehatan yang terus berubah.

    Akhirnya dalam sesi itu Prof Maria dalam sesi ke dua itu menyoroti seputar penyakit menular dan penyakit tropis.

    Kemudian dilakukan langkah pentingnya pendekatan One Health dalam mengurangi infeksi pada manusia, termasuk yang ditularkan oleh hewan (zoonosis) dan resistensi antimikroba (AMR).

    Oleh karenanya, Implementasi diagnosis otomatis dan NGS secara signifikan meningkatkan kemampuan kita dalam mendiagnosis, menyelidiki, dan melacak penyakit menular.

    “Dengan NGS, kita dapat memperoleh informasi tentang patogen, termasuk yang jarang atau baru ditemukan, wawasan tentang komposisi mikrobiota, dan lain sebagainya,” tambah Prof Maria.

    Diakhir sesinya, dia menitikberatkan bahwa Kecerdasan Buatan (AI), bersama dengan otomatisasi dan NGS, akan berkontribusi dalam pengelolaan yang lebih baik terhadap penyakit menular.

    Juga Pengobatan Komplementer dan konvensional, termasuk penelitian tentang penemuan obat.

    – Panitia Unika San Agustin dan KOMSOS KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

    Ajaran Baru Tahun Akademik 2023/2024: Seminar Kesehatan Internasional Pertama di Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo

    Pastor Serafikus Suarno tengah memberikan kata sambutan dalam bahasa Inggris

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK– 11 September 2023 – Hari ini, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo – Keuskupan Agung Pontianak membuka Seminar Internasional Kesehatan yang bertujuan untuk mendiskusikan “Exploring Advances In Healthcare Workforce Knowledge.”

    Acara ini dihadiri oleh lebih dari 546 peserta dari Falkutas Keperawatan dan Kebidanan, baik secara langsung maupun online.

    Pembukaan seminar ini ditandai dengan kata sambutan yang sangat antusias oleh Sekretaris Jendral Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Pastor Serafikus Suarno, yang mewakili Romo Rektor yang tidak bisa hadir setelah sesi pertama dari dr. Karolin Margret Natasha.

    Dalam kata sambutannya, Pastor Suarno mengucapkan selamat datang kepada semua peserta dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan acara ini, termasuk panitia, keynote speaker, dan mitra kerjasama.

    Acara itu menurutnya merupakan inisiatif pertama dalam rangkaian ajaran baru Tahun Akademik 2023/2024 di Fakultas Kesehatan Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo dan akan menjadi kegiatan tahunan.

    Dengan mengusung tema “Exploring Advances In Healthcare Workforce Knowledge,” seminar ini diharapkan dapat memberikan wadah produktif untuk berbagi pengetahuan dan membangun jaringan relasi secara global dalam bidang kesehatan.

    Pastor Suarno juga menekankan pentingnya terbuka terhadap ide-ide baru, semangat kolaborasi, dan penghargaan terhadap pendapat satu sama lain dalam menjalani seminar ini.

    Pastor Serafikus Suarno memberikan tanda terima kasih kepada narasumber dr. Karolin Margret Natasha – 11/09/2023

    Dengan semangat tersebut, diharapkan seminar ini akan menghasilkan pemikiran dan solusi yang luar biasa.

    Seminar Internasional ini menjadi acara penting dalam kalender akademik universitas dan diharapkan akan memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dunia tenaga kesehatan.

    Acara ini juga diselenggarakan dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk 14 sponsor dan mitra kerjasama dari dalam dan luar negeri.

    Semua peserta diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam seminar ini dan menjalin relasi yang bermanfaat. Seminar ini merupakan awal yang baik dalam upaya bersama untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tenaga kesehatan di tingkat global.

    “Semoga seminar ini berjalan lancar dan memberikan manfaat besar bagi semua peserta. Selamat berpartisipasi! Adil Katalino Bacuramin Ka’saruga Basengat Ka Jubata, ” kata Pastor Suarno menutup sambutannya.

    – Panitia Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo bersama Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak

    Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo Membuka Kegiatan Hari Pertama dengan Fokus Teknologi Kesehatan

    Narasumber Sesi 1: Karolin Margret Natasha menyampaikan materi tentang kesadaran kesehatan. 11/09/2023

    MAJALAHDUTA.COM, PONTIANAK– Kegiatan hari pertama, pada 11 September 2023 dibuka tepat sesuai jadwal jam 9 00 wib di Aula Gedung Lantai 4 Kampus II Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo yang diikuti oleh 546 mahasiswa-mahasiswi Falkutas Kesehatan diantaranya 288 orang dari Keperawatan, 502 dari Kebidanan dan 22 mahasiswa yang mengikuti secara online.

    Kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya pembukaan oleh keynote speaker dr.Karolin Margaret Natasha,MH memberikan pandangan dan pengetahuan berkaitan teknologi kesehatan yang sangat memberikan semangat kepada para peserta kegiatan terkhusus mahasiswa untuk fokus menjadi tenaga kesehatan yang disiplin dan profesional.

    Tema yang dibawa oleh Karolin juga terkait Perkembangan IPTEK bagi Tenaga Kesehatan.

    Dalam sesinya, Karolin menegaskan bahwa misi orang-orang yang bergerak dalam bidang kesehatan yaitu untuk menciptakan kesehatan untuk menyelamatkan dunia lewat pelayanan.

    Baginya, yang terpenting adalah mengedukasi dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan sehingga mengurangi kesenjangan kesehatan dalam masyarakat.

    “Pola platfrom sekarang yang banyak dan potensial untuk mencemari kesehatan. Pola makan dan pola hidup yang tidak teratur,” kata Karolin.

    Dari sebelah kanan pastor serafikus suarno sekretaris jenderal, agnes koordinator umum kegiatan dekan f.kes,bu carolin, sebelahbya bu Ns. Elisabeth Wahyu Savitri,M.Kep Ketua Program Studi Keperawatan

    Kemampuan digital

    Seiring perjalanan waktu, orang-orang cenderung mengabaikan pola hidup yang sehat sebagaimana diketahui secara umum.

    Untuk itu menurut Karolin bahwa Tenaga Kesehatan adalah sesuatu yang profesional guna mengabdikan diri serta berkomitmen dengan integritas dan kemajuan di bidang kesehatan.

    Dengan semangat untuk terus berkolaborasi dan pembaharuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidangnya.

    Karolin juga menegaskan bahwa Urgensi Tantangan Kesehatan Satu Dekade ke Depan diantaranya ada Krisis Perubahan Iklim, Distribusi kesehatan untuk daerah krisis ataupun konflik, Kesetaraan layanan kesehatan, Akses terhadap perawatan, Pencegahan penularan wabah penyakit, Kesiapan menghadapi epidemi, Produk-produk yang tidak terjamin keamanan, Rendahnya investasi terhadap petugas medis, Keselamatan generasi muda, Peningkatan kepercayaan public tenaga kesehatan, Pemanfaatan kemajuan teknologi, Ancaman resistensi antimikroba dan obat-obatan.

    Tantangan Kesehatan di Indonesia

    Dalam sesinya, Karolin memaparkan tentang kasus “Penyakit Menular”. Dia mengatakan Saat ini Negara Indonesia sedang menghadapi triple burden/beban tiga kali lipat berbagai masalah penyakit : Pertama, Adanya Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging seperti Covid-19 dan Hepatitis.

    Kedua, Penyakit Menular belum teratasi dengan baik. Ketiga, Penyakit Tidak Menular (PTM) cenderung naik setiap tahunnya.

    Selain itu dia juga menyampaikan tentang beberapa jenis “Penyakit Tidak Menular” diantaranya ada Angka PTM sejak tahun 2010 mulai meningkat. Pola makan, pola asuh, pola gerak dan pola makan (tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak) yang diikuti gaya hidup sedentary lifestyle, memilih makanan junk food/siap saji; Ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stres dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit Hipertensi, Diabetes Militus, Obesitas, Kanker, Jantung, dan hiperkolesterol.

    Sejalan dengan itu, Karolin mengharapkan kepada semua mahasiswa Falkutas Kesehatan Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo untuk menciptakan kondisi kesehatan masyarakat sebaik mungkin, mempromosikan kesehatan untuk menjaga keselamatan dunia, dan melayani yang membutuhkan.

    Baginya Pentingnya Kampanye Kesehatan haruslah menjadi penggalakan yang utama yakni tentang Peningkatan Kualitas Hidup dan Pencegahan Penyakit.

    Menurut dia kemampuan literasi digital harus ditingkatkan dan menjadi sorotan utama.

    Sebelum berakhirnya sesi pertama, Karolin menyampaikan untuk tetap semangat menimba ilmu dan tetap bangga dalam profesi yang diemban.

    “Agar kita menjadi generasi yang mampu bersaing dalam situasi apapun,” tambah Karolin.

    (Panitia: KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK).

    TERBARU

    TERPOPULER