Oleh: Y Priyono Pasti* (Baca Juga – Edisi Majalah DUTA 377)
MajalahDUTA.Com, Pontianak- DI TENGAH penularan Covid-19 yang kian meningkat dan mencemaskan saat ini, suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mendukung optimalisasi perkembangan kepribadian dan pemahaman anak terhadap konsep-konsep dan materi pembelajaran (daring) yang disampaikan adalah keniscayaan.
Materi pembelajaran daring harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Proses pembelajaran jangan membuat siswa tertekan. Sebaliknya, proses pembelajaran harus membuat siswa antusias untuk terus belajar, memahami, mendalami, dan memaknai apa yang disampaikan oleh guru (sembari mengaitkannya dengan realitas sosial yang ada).
BACA: Merawat Keberagaman Sebagai Perekat Bangsa
Praktik pembelajaran daring yang menyenangkan hendaknya selalu melingkupi suasana pembelajaran anak di rumah agar anak menjadi gembira, bahagia, nyaman, dan bebas dari rasa tertekan dalam mengaktualisir potensi-potensi kreatif-unik yang mereka miliki.
Dari pihak guru, realitas praktik pembelajaran daring yang belum menghadirkan suasana yang menyenangkan dan membahagiakan segera dibenahi.
Dari pihak orangtua, pemaksaan, tekanan, ancaman, doktrin, dan bahkan macam-macam kekerasan dan penindasan (baik fisik maupun mental) yang masih kerapkali terjadi segera diakhiri. Kekerasan hanya membuat anak dilanda ketakutan, merasa teraniaya, rendah diri, inferior, tidak berarti dalam lingkungannya, depresi, stres, fatalistik, dan menjadi sosok pencuriga.
Guru bersama orangtua, harus memberikan rasa aman, nyaman, gembira, damai, dan bahagia kepada siswa (anak-anak). Guru dan orangtua harus menghargai keberagaman dan memastikan kesetaraan kesempatan belajar pada setiap siswa/anak.
Guru mesti peduli terhadap anak; pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan gaya belajar tiap anak; belajar aktif, kooperatif dan demokratis; mengajar anak bagaimana belajar. Orangtua, senantiasa melindungi anak dari pelecehan dan bahaya kekerasan.
Anak mesti dipandang dengan kekhasannya dan bukan dilihat sebagai orang dewasa yang harus dipaksa menjalankan peran dan mempelajari nilai-nilai yang hanya berlaku bagi orang dewasa (Doni Koesuma, 2006). Dengan proses pembelajaran daring yang menghargai anak sebagai pribadi ini, anak merasa dihargai eksistensinya. Anak merasa ‘dimanusiakan’ dan ini menyenangkan dan membahagiakan anak.
Pembelajaran daring yang berbasis cinta, menyenangkan, dan membahagiakan hendaknya selalu melingkupi keseharian anak-anak di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Mereka, sejak dini diajak untuk merasakan dan mengalami kegembiraan.
Kegembiraan bukan sekadar terpenuhi kebutuhan-kebutuhan yang materialistik-konsumtif, terpenuhi ambisi-ambisi pribadi, menang dalam setiap pertandingan dan perlombaan, tetapi juga mau berbagi dan memberi kepada sesama yang membutuhkan, terlebih di saat pandemi ini.
Pendekatan Hati
Disinilah, pentingnya guru (dan juga orangtua) menerapkan pedagogi educatio cura personalis est yang mengedepankan pendekatan hati. Pedagogi ini sangat menekankan perhatiannya pada martabat pribadi manusia. Dalam pedagogi ini, pribadi manusia menjadi inti pendidikan itu sendiri.
Dengan pendekatan ini, seorang pendidik (dan orangtua) diharapkan mendidik siswa/anaknya pertama-tama bukan dengan fisik dan otaknya, tetapi dengan hatinya. Karena itu, perhatian pada setiap pribadi manusia menjadi penting.
BACA: Gubernur Kalbar Resmikan Rumah Retret Johanes Paulus II Anjongan
Pedagogi ini menghormati keunikan masing-masing individu. Dasar dari penghormatan itu adalah bahwa masing-masing individu diciptakan Tuhan secara unik, khas dan tidak ada duanya. Karena itu, masing-masing individu dengan segala keunikannya harus dihormati untuk bertumbuh dan berkembang secara bertanggung jawab. Penyeragaman yang berlebihan akan menghambat kreativitas dan keunikan individu.
Pedagogi ini juga tidak hanya mendidik manusia bagi dirinya sendiri, tetapi lebih dari itu menjadi manusia bersama dan untuk orang lain, to be man/women with and for others. Ini berarti, segala bentuk egosentrisme individualisme dikikis habis.
Menjadi manusia bagi orang lain berarti mengembangkan toleransi, solidaritas, dialog, dan kerja sama dengan orang lain. Dengan kondisi pendidikan dan pembelajaran daring yang menyenangkan, anak menjadi aman, nyaman, gembira, damai, dan bahagia sehingga mereka akan termotivasi untuk belajar.
Agar proses pembelajaran daring menumbuhkan kegembiraan siswa dalam belajar, peran guru dan orangtua menjadi kunci. Konsep dan praktik pembelajaran menyenangkan harus dimulai dari guru dan orangtua. Guru harus melakukan inovasi dan kreasi pembelajaran. Guru harus memberikan layanan pembelajaran yang menyenangkan agar suasana belajar tidak menegangkan. Orangtua mendukung anak-anakya untuk belajar dengan suka cita.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan, lebih-lebih pembelajaran daring (di rumah) tidak boleh diasosiasikan dengan tempat dan fasilitas pembelajaran yang mewah dan wah. Efektivitas dan efisiensi pembelajaran daring bukan ditentukan (semata-mata) oleh tempat dan fasilitas belajar, melainkan suasana pembelajarannya yang menyenangkan sehingga siswa/anak termotivasi untuk belajar.
Agar ruang pembelajaran daring yang bermakna yang menumbuhkan kegembiraan belajar di kalangan siswa di masa pandemi Covid-19 saat ini bisa diejawantahkan, kolaborasi dan sinergisitas para guru (dari pihak sekolah) dan orangtua (di rumah) menjadi kuncinya.
*Penulis, Alumnus USD Yogya-Kepala SMP /Guru SMA Asisi – Pontianak – Kalimantan Barat




