Penulis: Samuel Komsos Keuskupan Agung Pontianak
MajalahDUTA.Com, Pontianak- Kehadiran Gereja Katolik harus dirasakan dimanapun berada, hal ini ditegaskan oleh Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang dibawa Via Zoom dengan mengusung tema “Menggelorakan Semangat Kepahlawanan untuk Meningkatkan Nasionalisme dan Pembangunan Nasional” Pontianak, Senin, 16 November 2020 pukul 09.00-12.00 WIB.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmiji sebagai Keynote Speech. Isa Rachmatarwata (Dirjen Kekayaan Negara) sebagai Opening Seech. Edward U.P Nainggolan (Kepala Kanwil DJKN Kalbar) sebagai moderator.
Hadir pula dalam acara tersebut Panglima Komando Daerah Militer XII/ Tanjungpura (Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad) yang sebagai narasumber satu. Ketua PWNU Kalimantan Barat/ Dubes Azerbaijan (H. Hildi Hamid) perwakilan sebagai narasumber dua. Uskup Agung Di Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus sebagai narasumber tiga dan Rektor Universitas Tanjungpura Prof Dr Garuda Wiko SH, Msi, sebagai narasumber 4.
BACA: Orientasi Asrama Mahasiswa Santo Bonaventura (OASBON)
Acara juga dihadiri kurang lebih 600 an partisipan Zoom, yang ikut dalam seminar kali ini. Meskipun di tengah Pandemic Covid 19, namun pertemuan ini tetap dapat terlaksana. Adapun acara tesebut dihadiri langsung oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmiji yang menyampaikan Keynote Speech. Dibuka dengan Opening Seech: Isa Rachmatarwata (Dirjen Kekayaan Negara).
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pendahulunya, kutipan pidato Bung Karno. Dalam kutipan tersebut, Bung Karno tersebut mengajarkan generasinya sekarang sebagai agen perekat bangsa,” kata Moderator Edward U.P Nainggolan (Kepala Kanwil DJKN Kalbar) sembari membuka seminar.
Iklas dan Tanpa Pambrih
Dalam seminar itu, Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmiji mengatakan bahwa seminar kali ini, dikemas dengan sangat menarik, walaupun beberapa hari yang lalu sudah melewati hari pahlawan.
“Sebagai insan yang merdeka, kita harus mempertahankan kemerdekaan dan jiwa kepahlawanan. Bagaimana kita mempertahankan NKRI? Yaitu dengan bersikap Iklas dan tanpa Pambrih. Iklas untuk mempertahankan kemerdekaan dan mempertahankan NKRI,” katanya.
BACA: Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Topang
“Tugas kita selain mempertahankan NKRI, kita juga harus memberikan perubahan untuk perkembangan Negara. Saya mengajak semuanya (chapter pendidikan- untuk memajukan sumber daya manusia dan mampu memberdayakan manusia itu sendiri untuk kepentingan banyak orang,” pungkasnya.
Ia juga menambagkan dalam masa pandemic ini sudah banyak pahlawan-pahlawan yang mengorbankan dirinya. Sebagai warga negara (dedikasi mereka sangat luar biasa). “Masa pandemic ini mari kita lebih semangat dan menjaga persatuan, tidak lagi membedakan orang lewat etnis atau agama (justru itu yang menjadi kekuatan ) untuk mengisi keberdekaan,” tutupnya.
Acara seminar lewat via Zoom ini mengundang empat narasumber antara lain Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad (Pangdam XII Tanjungpura), H. Hildi Hamid (Ketua PWNU Kalimantan Barat/ Dubes Azerbaijan), Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak dan Prof. Dr. Garuda Wiko S.H., M.Si. (Rektor Universitas Tanjungpura).
Menanamkan Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Mendukung Pembangunan Nasional
Sesi pertama yang dibawakan langsung oleh Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad (Pangdam XII Tanjungpura) membawa tema “Menanamkan Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Mendukung Pembangunan Nasional”.
Dalam sesi pertama itu, ia mengajak peserta untuk menanam nasionalisme dalam pembangunan nasional, dan pembagunan Karakter.
Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad juga mengungkapkan bahwa nasionalisme saat ini harus lebih ditingkatkan lagi. Setiap insan harus memiliki kesadaran untuk memupuk semangat kesatuan serta persatuan untuk keutuhan Bangsa.
“Tujuan nasionalisme yaitu mempererat tali persaudaraan, menjamin kekuatan dan menumbuhkan semangat rasa cinta,” tuturnya.
Selanjutnya, tujuan pembagunan bangsa harus bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah dengan melindungi banyak masyarakat dan menjaga keutuhan jiwa. Selaras dengan itu membangun karakter, mempererat persaudaraan, mengisi kemerdekaan untuk menanamkan nilai2 kebersamaan sinergi antara.
“Sikap yang paling penting untuk dimiliki dalam setiap insan adalah dengan sikap mengamalkan keempat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika,” tuturnya.
Langkah-langkah konkret yang dilakukan untuk memupuk kesatuan dan keamanan yaitu dengan melakukan penyuluhan khusus untuk persatuan antara umat beragama. TNI bersama rakyat untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
Dalam materi kedua, acara tesebut dibawakan oleh perwakilan H. Hildi Hamid (Ketua PWNU Kalimantan Barat/ Dubes Azerbaijan) yang membawakan tema “Kontribusi Umat Islam Dalam Meningkatkan Nasionalisme dan Pembangunan Nasional”.
Dalam materi yang disampaikan maka disimpulkan ada empat poin pokok yaitu Nasionalisme, Demografi, Pembangunan Nasional (distribusikan kesejahteraan) dan Paradigma NU dalam berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dilakukan dengan berkolaborasi dan kontribusi untuk saling menjaga agar dinamis, kreatif serta inovatif untuk mengembangkan bangsa.
Merawat Keberagaman Sebagai Perekat Bangsa
Dalam sesi ketiga ini, Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, sedikit memaparkan peranan kehadiran Gereja Katolik yang harus dirasakan dimanapun berada. Mgr. Agus mulai dengan permulaan abad ke 19, ketika missionaris-missionaris pertama ( Imam, Suster dan Bruder) datang ke bumi Kalimantan Barat.
“Dalam kehidupan, saya ingatkan umat untuk hati-hati menyikapi berita-berita dan isu. Satu hal yang paling penting adalah sikap untuk menyeleksi masalah dan informasi yang beredar di dunia maya,” katanya.
Ia juga menambahkan agar umat sekarang harus kritis dan melihat secara rasional bukan emosional. Maka dari itu, pendidikan untuk umat sangat penting agar dapat membangun kebersamaan serta dialog untuk kemajuan.
Ia juga menjelaskan bahwa ketika dalam abad ke 19, saat para missionars pertama datang ke bumi Kalimantan Barat, hal pertama yang dilakukan adalah membuka sekolah-sekolah agar orang menjadi cerdas, membangun rumah sakit, termasuk rumah sakit kusta di Singkawang supaya orang menjadi sehat. Bahkan membawa bibit karet ke daerah Sejiram agar ekonomi masyarakat setempat bisa ditingkatkan. Semua karya tersebut untuk semua orang tanpa membeda-bedakan.
Peran gereja katolik di dunia ditegaskan dalam salah satu dari 4 keputusan atau dokumen konsili vatikan 2 yaitu: “Gaudium et Spes” artinya kegembiraan dan harapan. Hal ini dikeluarkan di Vatikan, 7/12/1965 oleh Paus Paulus VI.
Dalam pasal 1 dikatakan “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia dewasa ini terutama yang miskin dan terlantar adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus pula”.
Sikap Gereja Katolik terhadap Agama lain yang bukan pengikut Tuhan Yesus Kristus
Dalam seminar itu pula, Mgr. Agus menegaskan bahwa Sikap Gereja Katolik terhadap Agama lain yang bukan pengikut Tuhan Yesus Kristus terdapat juga di Konsili Vatikan ke II pada (11 Oktober 1962 – 8 Desember 1965).
BACA: Pelatihan Jurnalistik Siswa SMA Negeri 2 Sungai Ambawang
Dalam dekrit (Surat Pastoral) Paus Paulus VI, yang dikeluarkan Vatikan 28/10/1965, berbunyi “ Nostra Astate” ( “Pada Zaman Kita”), artikel 2 ini dikatakan bahwa Gereja Katolik tidak menolak sesauatupun yang dalam agama-agama ini benar dan kudus. Dengan penghormatan ia, memandang cara-cara bertindak dan hidup itu, norma-norma dan ajaran yang meskipun dalam banyak hal berbeda dengan yang dianutnya dan tak ditemukan sendiri: tetapi tidak jarang mencerminkan pantulan kebenaran yang menerangi semua orang”.
Bahkan di artikel 5 dikatakan “ Gereja Katolik menolak setiap diskriminasi atau penindasan terhadap manusia karena alasan ras atau warna kulit, status atau agama: sebagai bertentangan dengan semangat Kristus”.
“Jelas sekali bahwa penghormatan dan penghargaan terhadap siapapun yang berkeyakinan atau yang beragama lain, atau yang berbeda secara etnis, suku, golongan status dan lain sebagainya adalah sesatau yang melekat pada eksistensi gereja Katolik itu sendiri,” tuturnya (16/11/2020).
Dokumen Abu Dhabi
Senin, 4 Februari 2019, di Abu Dhabi Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Ashar, SheikAhmed e Thayeb, menandatangani Dokumen tentang “Persaudaraan untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” (The Document Humen Fraternity for World Peace and Living Together).
Paus Fransiskus menegaskan bahwa: “Iman kepada Allah mempersatukan dan tidak memecah belah. Iman itu mendekatkan kita, kendatipun ada berbagai macam perbedaan: dan menjauhkan kita dari permusuhan dan kebencian”.
100 persen Katolik, 100 persen Indonesia
Kesempatan seminar itu, Mgr. Agustinus Agus juga mengungkapkan moto yang disampaikan oleh Mgr. Soegijapranata, 27 Desember 1954 tentang 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia. Hal itu juga disamakan seperti Injil Matius 22: 21 yaitu tentang “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.
Sejak sebelum keberdekaan, umat katolik sudah terlibat untuk memperjuangkan, mempertahankan serta mengisi kemerdekaan NKRI. Beberapa catatan sehubungan dengan hal ini, dan baik untuk diketahui.
Sabtu, 27/10/28 Kongres Pemuda berlansung di “Gedung Katholieke Jogenlingen Bod(KJB), berada di kompleks Gereja Katedral Jakarta sekarang. Dalam pertemuan tersebut membahas tentang 5 topik yaitu sejarah, hukum adat, pendidikan dan keamanan. Disampaikan oleh Mohammad Yamin.
Pada minggu pagi, 28/10/1928, pertemuan dilanjutkan di Gedung Oost Java Bioscoop yang terletak di Jl. Merdeka Timur, dekat istana kepresidenan. Membahas tema, pendidikan. Pembicara saat itu ada Poernomowoelan dan Sarmidi Mangunsarkoro.
Saat itulah Sumpah Pemuda diikrarkan dan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudol Supratman dikumandangkan.
Wakil pemuda Katolik dari luar jawa yang hadir kala itu antara lain, Leimena, Jong Ambon dan Cornelis Lefrand Senduk dari Jong Celebes. Bahkan juga Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu Indonesia Raya hadri dan menyanyikan lagu tersebut.
Menutup sesinya tersebut, Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus sedikit menceritakan bahwa tidak sedikit juga Pahlawan yang beragama Katolik saat itu. Mgr. Albertus Sugyapranata., SJ, Johanes Lattuharhary, Sam Ratulangi, Walter Mangunsidi, Piere Tendean, Agustinus Adisucipto dan Yos Sudarso.
Dalam penghujung materi, Mgr. Agus sedikit memaparkan apa yang sudah dilakukan gereja katolik khususnya dalam kegiatan nyata di masa pandemic covid 19 yang sedang melanda. Dalam menanggulangi dampak negatif Covid 19 bersama PB Ansor, Keuskupan Agung Pontianak membuat Program “Indonesia Peduli dan Bersatu”.
Tepat pada 28 Januari 2020, Keuskupan Agung Pontianak mengundang Prof. DR. H. Nasarudin Umar. MA untuk menjadi pembicara dalam pertemuan yang dihadiri oleh imam, suster, bruder dan beberapa tokoh umat se Keuskupan Agung Pontianak dan pimpinan gereja-gereja Kristen yang ada di Pontianak.
BACA: Jangan Jadikan Aturan Sebagai Sekat
Hal serupa juga dilakukan Mgr. Agustinus Agus untuk memfasilitasi dan mendampingi salah satu tokoh NU Gus Yahya Cholil Staquf, bertemu Paus Fransiskus tanggal 25 September 2019 di Vatican.
“Dalam semangat 100 persen Katolik 100 persen Indonesia, saya mengajak semua umat Katolik khususnya bersama-sama dengan seluruh warga negara Indonesia lainya memperjuangkan tanpa lelah agar Bhinneka Tunggal Ika diterima oleh siapapun yang hidup di bumi Pancasila, Indonesia ini,” pungkasnya sembari menutup materi ke tiga, (16/11/2020).
Selanjutnya untuk narasumber yang ke empat dibawakan langsung oleh Prof. Dr. Garuda Wiko S.H., M.Si. (Rektor Universitas Tanjungpura) dengan bertema “Semangat Kepahlawanan Generasi Muda Pada Masa Pandemi Covid Dan Era Digital”.
Dalam momen itu, ia mengatakan bahwa Pijakan Bangsa adalah Pancasila, maka Perubahan harus diantisipasi dengan sumber daya manusia yang matang. Hal itu selaras dengan mengembangkan kapasistas mahasiswa agar siap inovasi dan renovasi untuk perubahan bangsa yang lebih baik.
Prof. Dr. Garuda Wiko juga menambahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia harus disertai dengan program perubahan perilaku untuk arah Indonesia yang lebih baik, (Senin, 16/11/2020).