Duta, Pontianak | Perkembangan teknologi finansial atau fintech lending kini menjadi fenomena yang tak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa di Kota Pontianak.
Di tengah semangat digitalisasi dan kemudahan akses keuangan, muncul pula tantangan baru: bagaimana mahasiswa memahami dan mengelola layanan keuangan digital secara bijak?
Sebuah penelitian yang dilakukan di kalangan mahasiswa Pontianak menemukan bahwa fintech lending dan literasi keuangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap inklusi keuangan mahasiswa di era digital.
Dengan kata lain, semakin tinggi pemahaman mahasiswa terhadap keuangan, semakin baik pula kemampuan mereka memanfaatkan layanan keuangan digital secara produktif.

Fintech Lending
Berdasarkan survei terhadap 150 mahasiswa di Pontianak, sekitar 65% responden mengaku pernah menggunakan layanan pinjaman online. Sebagian besar tertarik karena prosesnya cepat, tanpa agunan, dan bisa dilakukan hanya melalui ponsel.
Namun, kemudahan ini sering kali membawa risiko. Menurut data Katadata Insight Center (2023), hanya 42% mahasiswa di Indonesia yang memahami sepenuhnya bunga dan risiko pinjaman fintech.
Bahkan, 37% di antaranya mengalami keterlambatan pembayaran karena penggunaan dana untuk keperluan konsumtif seperti membeli gadget atau kebutuhan gaya hidup.
Fenomena ini tampak nyata di kampus-kampus di Pontianak. Mahasiswa yang terbiasa dengan e-wallet, paylater, dan pinjaman instan kadang tidak menyadari konsekuensi jangka panjang dari keputusan keuangan mereka.
Di sinilah pentingnya literasi keuangan digital — kemampuan memahami, mengelola, dan mengambil keputusan finansial yang cerdas.
Kunci Mahasiswa Melek Finansial
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa literasi keuangan menjadi faktor paling dominan dalam meningkatkan inklusi keuangan mahasiswa.
Mahasiswa yang memahami konsep dasar keuangan seperti bunga majemuk, inflasi, dan pengelolaan anggaran pribadi, cenderung lebih bijak dalam menggunakan layanan fintech.
Sayangnya, sebagian mahasiswa di Kalimantan Barat masih memandang literasi keuangan sebagai hal yang “teknis” dan membosankan. Padahal, dalam konteks modern, literasi keuangan justru menyangkut kemampuan bertahan di dunia digital yang penuh tawaran konsumtif.
Mengetahui cara memilih aplikasi keuangan yang aman, memahami bunga pinjaman, serta menghindari jebakan “pinjaman instan” menjadi keahlian dasar yang wajib dimiliki oleh generasi muda saat ini.
Potret Mahasiswa Digital di Perbatasan
Sebagai kota pendidikan yang berkembang pesat di Kalimantan Barat, Pontianak kini menjadi pusat aktivitas mahasiswa dari berbagai daerah, termasuk daerah perbatasan seperti Sambas, Bengkayang, dan Kapuas Hulu.
Perpaduan antara latar belakang sosial ekonomi yang beragam dan arus digitalisasi keuangan menciptakan dinamika tersendiri.
Platform fintech lending di kota ini banyak dimanfaatkan bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi, tetapi juga untuk biaya pendidikan, modal usaha kecil, hingga kegiatan organisasi mahasiswa.
Beberapa mahasiswa bahkan memanfaatkan fintech sebagai sarana belajar berwirausaha dengan membuka bisnis daring atau menjadi reseller produk lokal.
Namun, masih diperlukan pendampingan dan edukasi keuangan yang berkelanjutan. Perguruan tinggi di Pontianak dapat memainkan peran strategis dengan mengintegrasikan edukasi literasi keuangan ke dalam kurikulum, seminar kampus, atau program pengabdian masyarakat.
Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna fintech, tetapi juga pelaku ekonomi digital yang cerdas dan bertanggung jawab.

Budaya Finansial Cerdas Kalimantan Barat
Dalam penelitian tersebut menegaskan bahwa kombinasi antara teknologi keuangan dan literasi keuangan adalah kunci dalam menciptakan inklusi keuangan yang sehat di kalangan mahasiswa.
Di Pontianak, potensi ini sangat besar: mahasiswa yang terbiasa dengan teknologi digital dapat menjadi motor penggerak ekonomi daerah bila dibekali pemahaman keuangan yang kuat.
Pemerintah daerah, OJK, dan perguruan tinggi perlu berkolaborasi dalam menyelenggarakan program literasi keuangan digital berbasis kampus. Kegiatan seperti “Fintech Day for Students” atau “Smart Financial Campus” bisa menjadi wadah interaktif bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari pelaku industri fintech dan regulator.
Dengan langkah tersebut, Kalimantan Barat bukan hanya dikenal sebagai wilayah perbatasan yang strategis, tetapi juga sebagai pusat lahirnya generasi muda yang melek digital dan finansial — generasi yang tidak sekadar meminjam dari fintech, tetapi juga mampu menciptakan solusi keuangan digital bagi masyarakatnya sendiri.
Catatan:
Tulisan ini diadaptasi dari hasil penelitian “Peran Fintech Lending dan Literasi Keuangan dalam Inklusi Keuangan Mahasiswa di Era Digital”
*Sumitro, S.M., M.M. – Dosen Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa Pontianak, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Kampus II.


