Sunday, September 21, 2025
More
    Home Blog Page 3

    Naskah yang Bukan dari Teks Kertas

    Foto bersama - momen Ulang Tahun Pak Suardi, (62 tahun). - 2025

    Duta, Pontianak | “Selamat malam Bpk/Ibu semuanya, besok ndak usah bawa bekal makanan ya, besok kita makan siang bersama di ruang rapat dosen sbg rasa syukur kita 17 Agustus 2025 HUT ke-80 RI tercinta, tetap semangat ya, TQ GBU,” tulis Pak Suardi di grub WA Sahabat AKUB, (Senin, 18 Agustus 2025).

    Yups, hari ini – Selasa, 19 Agustus 2025 tampak sedikit mendung tetapi tetap meneduhkan. Dosen-dosen berkumpul di lantai tiga ruang rapat dosen Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa (AKUB), Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo – sudah terbiasa berbeda, hehe.

    Bersama rekan dosen dan tendik AKUB, sama-sama menyanyikan “selamat ulang tahun, tiup lilin, dan foto bersama, persis seperti template biasa dong. 

    Seorang sahabat sekaligus rekan, guru untuk belajar bersama yang akrab di’talah’ (istilah Dayak Kanayatn artinya dipanggil);Pak Suardi hari ini merayakan ulang tahunnya yang ke-62. Jangankan bahasa Dayak Ahe, gini-gini beliau juga ngerti dan pandai bahasa kheh (Tionghua) ooo,” haiaaaaa, mo lui ooo. hehe.

    Sebelumnya, pada bulan yang sama (Agustus) 2025, Antuha Siska, (panggilan untuk seorang Ibu yang lebih tua dari ibu si pemanggil, Dayak Ahe disebut ‘Antuha’), juga merayakan ulang tahunnya yang ke 53. Ini bukanlah angka yang kecil, perjalanan hidup menjadikan mereka bertahan hingga di titik ini.

    Foto bersama momen ulang tahun Pak Suardi (62 tahun). 2025

    Bersamaan dengan perayaan sederhana itu, sejak saya bergabung dikeluarga besar Sahabat AKUB San Agustin, perayaan kecil terasa sangat berharga. Saya teringat waktu, giliran ulang tahun diri saya pada Mei 2025 lalu, meskipun waktu itu saya cuti untuk beberapa keperluan – tetap rekan dosen – Sri Novita mengajak untuk tiup lilin sederhana di ruang dosen, walaupun – Kak Ira ‘tunggang-langgang’ naik ke atas demi merayakan ulang tahun, thanks ya.

    Ya itulah pengalaman, meski sangat sederhana – hanya tiup lilin, ‘tok’  – namun yang berbeda dari itu yakni ‘kehadiran’. Cukup hadir saja, tanpa banyak kata – sudah lebih dari ucapan atau-pun kado, (kalau ada kado juga mantap nih, haha). Namun justru saat ada kecenderungan yang menoton itulah “tampak kesungguhan” yang jarang disadari.

    Di balik kantor lantai tiga itu,– banyak saya temui ‘naskah-naskah’ hidup yang menyapa diri.

    Misalnya Pak Suardi, yang selama bertahun-tahun mengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, telah memberi warna dalam perjalanan awal saya masuk kampus. Dari ruang rapat yang penuh diskusi, hingga obrolan ringan di sudut sambil “nyebat” bersama, ada banyak pandangan hidup beliau bagikan.

    Entah disadarinya atau tidak, pandangan-pandangan itu seringkali sederhana, menoton, ada juga yang menyentuh, dan kadang mengajarkan dan mengingatkan, seolah-olah bergaung dalam pikiran “belajarlah dari kesalahan orang lain, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk mendapatkan semua itu dari dirimu sendiri.

    Sebagai bagian keluarga besar San Agustin, saya mencoba untuk membaca ‘teks’ yang bukan sekedar ‘teks’ – tetapi naskah yang hidup – bukan dari naskah kertas.

    Sama seperti Antuha Siska, terima kasih banyak sudah membersihkan ruang meja kerja. Yah, meski aroma menyengat Bayclin hampir ‘meracuniku’ namun bukan itu poinnya. Yang paling utama adalah semangat untuk menghargai pekerjaan selalu terpancar dari cara Antuha bekerja.

    Ibu dari Samuel – dokumentasi 5 Oktober 2018 – Lintang Batang.

    Beberapa kali, saya tertegun melihat Antuha menjaga cucu sembari bekerja – terngiang saat waktu SD dahulu, dimana Ibu saya juga melakukan hal yang serupa.

    Bedanya – dulu ibu saya penjual gorengan di pasar Sekura, Sambas; kadang-kadang saya ikut mengantar pakaian ‘laundry tangannya’ kepada ‘mak nyah’ yang menjadi pelanggan ibu.

    Memori itu sangat menguatkan kesadaran akan hakikat ‘kerja-manusia’.

    Saya menyadari bahwa sejak pertama kali menginjakkan kaki di keluarga besar ini, perjalanan hidup akademik, seringkali terjebak dalam rutinitas, mengajar, meneliti, menilai, menulis laporan.

    Namun, perayaan sederhana seperti perjumpaan kecil dan yang paling utama adalah ‘teladan’, menjadi esensial untuk mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang jauh lebih penting yakni “refleksi”.

    Saya juga menemukan, naskah hidup lain melalui rekan dosen ‘hang-out, ngopi” dan termasuk semua rekan dosen yang saya temui. Meski tidak bisa saya tuliskan satu-persatu, namun yang pasti dari kebersamaan bersama mereka selalu ada ‘naskah’ yang patut diperhitungkan dan dipelajari.

    Selamat Ulang tahun bagi yang ulang tahun di bulan Agustus 2025 ini, dan selamat bersantai ria bagi yang sedang bersantai, tulisan ini bersambung dan entah kapan saya melanjutkannya, hehe – Semoga!!! *Samuel.

     

    Memahami Arti Kemerdekaan dalam Kebersamaan

    Gambar. Foto Dosen dan tendik kampus I III (media center San Agustin) - 2025

    Duta, Landak – Tanpa kita sadari, bangsa ini telah menginjak usia 80 tahun, mungkin usia yang sangat tua bagi seorang individu manusia. Sepanjang perjalanan menjumpai banyak peristiwa luar biasa yang telah membentuk bangsa ini tangguh, mampu mengatasi tantangan, mengendalikan emosi, dan selalu bijaksana dalam segala hal yakni, jika kita bandingkan dengan penduduk usia lanjut yang telah matang sepenuhnya. Mengatasi berbagai permasalahan yang tersebar di 17.001 pulau tidaklah mudah (BPS).

    Meskipun banyak yang menyuarakan opini negatif melalui setiap kebijakan yang dikeluarkan para pemimpin bangsa, tidak gampang para pemimpin Negara ini menyelesaikan satu persatu kemelut dari setiap permasalah tanpa adanya nilai nasionalisme dari rakyatnya dalam membantu membangun suatu negaranya sendiri. Bagaimana yang terdahulu dengan nilai-nilai kebersamaan senasib dan seperjuangan mampu dalam mengusir penjajah.

    Sangat penting untuk menyadari bagaimana para pejuang terdahulu mengusir penjajah dengan senjata seadanya, bambu runcing sebagai senjata handalan. Perlu diingat bahwa bangsa ini tidak diberikan hadiah kemerdekaan, melainkan melalui perjuangan yang sangat gigih untuk merebut hak kemerdekaan.

    Betapa banyak raga yang terbujur kaku, betapa banyak mimpi yang tersisa dengan kenangan hidup bersama dari dua insan, betapa banyak anak yatim yang ditinggal orang tua, dan begitu banyak lagi harapan yang hancur hanya demi satu kata “kemerdekaan”.

    Kisah seorang pejuang yang bendera merah putihnya ditemukan penjajah, dipaksa menelannya dengan cara meminum air kelapa yang sudah tidak layak konsumsi, lalu dibawa ke sebuah lubang yang sudah direncanakan dan dihujani peluru hingga tewas, itulah kisah dua orang kakak beradik yang mengorbankan jiwa raga demi bangsa ini tanpa memikirkan anak dan istri yang ditinggalkan.

    Mungkin cerita ini tidak dapat mewakili dari kesemua peristiwa yang terjadi, akan tetapi sedikit dapat membakar samangat kita untuk berjuang bukan mengangkat senjata memerangin penjajah lagi, tetapi berjuang dari tingkat ketidaktahuan dalam pelaksanaan dunia pendidikan.

    Berpengaruhnya tinggkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Tingkat pendidikan yang rendah sudah jelas akan warga Negaranya dibawah garis kemiskinan. Dengan adanya pendidikan orang dapat berpikir dan berusahan untuk berkehidupan yang layak.

    Upacara pengibaran bendera dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2025, yang diselenggarakan di Kampus I San Agustin merupakan wujud nyata kecintaan terhadap kemerdekaan yang tercermin dalam dunia pendidikan tinggi. Dengan penuh kebanggaan, upacara berlangsung lancar dan khidmat.

    Tantangan ke depan bukanlah persoalan suku, agama, ras, atau golongan, melainkan bagaimana kita, sebagai media, platform, maupun institusi, dapat melahirkan generasi muda yang tangguh dalam segala aspek permasalahan dunia nyata di Negeri ini sehingga dapat mewujudkan nilai-nilai rasa “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Kampus San Agustin merupakan interpretasi nyata dari perwujudan miniatur Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, ras, dan golongan di bawah naungan Keuskupan Agung Pontianak.*Jay

    *Penulis adalah Dosen dan Kaprodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo Kampus I Ngabang, Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan (Ngabang Kabupaten Landak).

    Uskup Agus Berkati Sacrarium

    Uskup Agung Pontianak pimpin ibadat pemberkatan Sacrarium (17/8/2025)

    Duta, Pontianak | Bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 80, Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus memimpin Ibadat Pemberkatan Sacrarium di area luar gereja Katedral Santo Yosep Pontianak, Minggu 17 Agustus 2025 pukul 11.00 WIB.

    Hadir dalam upacara pemberkatan ini pastor kepala paroki Katedral RD. Alexius Alex, pastor rekan RD. Martin, RD. Rupinus Kehi dari keuskupan, diakon, dan pengurus DPP harian paroki Katedral, serta beberapa umat.

    Sacrarium diberkati Uskup Agus (17/8/2025)

    Dalam kata pembukanya, Uskup Agus menyampaikan rasa syukur atas selesainya pembangunan Sacrarium di Katedral. Ia menekankan bahwa fasilitas ini hadir bukan hanya untuk melengkapi sarana liturgi, tetapi juga sebagai tanda nyata penghormatan Gereja terhadap hal-hal suci.

    “Segala sesuatu yang berkaitan dengan liturgi harus dijaga dengan penuh hormat. Sacrarium ini adalah sarana iman yang membantu kita menempatkan yang kudus pada tempatnya,” ujarnya.

    Kata Uskup Agus, Sacrarium adalah tempat khusus dalam gereja yang digunakan untuk menyalurkan air suci seperti air bekas pencucian bejana misa atau air baptis, agar dikembalikan ke tanah dengan penuh hormat. Keberadaannya menjadi bagian penting dalam tata liturgi Gereja Katolik.

    Uskup Agus mendupai tempat menyimpan benda-benda rohani yang rusak untuk dihancurkan di Sacrarium (17/8/2025)

    “Jadi, Sacrarium bukan sekadar fasilitas fisik, melainkan ungkapan iman dan penghormatan Gereja kepada Tuhan,”tandasnya.

    Dengan diberkatinya Sacrarium, pelayanan liturgis di Katedral semakin lengkap dan memperkaya kehidupan iman umat.

    RD. Alex menunjukkan tempat pembakaran benda-benda rohani yang rusak (17/8/2025)

    Sementara itu, pastor paroki Katedral Santo Yosep, RD Alexius Alex, menyampaikan bahwa kehadiran Sacrarium di Katedral banyak terinspirasi dari ide dan arahan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus.

    “Sacrarium ini lahir dari pemikiran dan perhatian Bapak Uskup. Beliau ingin agar Gereja kita memiliki fasilitas yang sesuai dengan tata liturgi dan sekaligus mengajarkan umat untuk lebih menghormati hal-hal yang kudus,” jelas Pastor Alex.

    Menurutnya, Sacrarium bukan sekadar sarana fisik, melainkan juga bentuk pendidikan iman.

    RD. Alex tunjukkan tempat menyimpan abu hasil pembakaran, lalu dialiri dengan air untuk masuk ke sumur suci /Sacrarium (17/8/2025)

    “Dari sini umat belajar bahwa hal-hal yang dipakai dalam liturgi harus diperlakukan dengan hormat. Semoga kehadiran Sacrarium memperkaya kehidupan iman umat di Katedral,” tambahnya.

    RD. Alex, menjelaskan bahwa Sacrarium dipadukan dengan sebuah taman sederhana.

    “Sacrarium ini bukan hanya sarana liturgi, tetapi juga kami padukan dengan taman. Umat boleh saja datang ke tempat ini sebagai destinasi rohani, sambil membawa benda-benda rohani mereka yang sudah rusak untuk dihantar dengan cara yang pantas,” kata RD. Alex.

    Menurut RD. Alex, kehadiran Sacrarium ini membantu umat untuk semakin menghargai benda-benda rohani yang pernah dipakai dalam doa maupun liturgi. Dengan demikian, Sacrarium dan taman ini tidak hanya berfungsi praktis, tetapi juga menjadi ruang doa yang menuntun umat pada pengalaman iman yang lebih mendalam.

    Abu hasil pembakaran tadi yang dialiri oleh air mengalir ke sumur ini. Dan inilah sebenarnya SACRARIUM (sumur suci), kata RD. Alex (17/8/2025)

    Dikatakan RD. Alex, umat boleh membawa benda rohani yang sudah rusak atau tidak layak pakai lagi untuk dihantar ke Sacrarium, seperti rosario yang putus atau rusak,  kitab doa kecil yang sudah tidak bisa dipakai, lilin atau sisa perlengkapan doa yang bersifat sakral, gambar atau patung kecil rohani yang rusak, medali atau benda devosional lain yang sudah tidak layak digunakan.

    “Benda-benda tersebut tidak dibuang sembarangan, tetapi dihantar dengan hormat ke Sacrarium, sehingga tetap menunjukkan sikap penghormatan terhadap hal-hal yang kudus,”ujarnya. #Paul

    General Manager PT PLN Kalbar Bersilaturahmi Ke Keuskupan

    Foto bersama Uskup Agus dan Ibu Maria

    Duta, Pontianak | Sabtu, 16 Agustus 2025 pukul 10.00 WIB, Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, menerima kunjungan silaturahmi dari Ibu Maria Goretti Indrawati Gunawan, yang baru saja dipercaya menjabat sebagai General Manager PT PLN Unit Distribusi Kalimantan Barat.

    Kedatangan rombongan disambut hangat oleh Uskup Agus. Beliau mengajak tamu meninjau beberapa lokasi di dalam Gedung Keuskupan Agung Pontianak untuk memperkenalkan berbagai fasilitas dan ruangan. Setelah itu, dilanjutkan dengan coffee break di ruang minum Keuskupan lantai 2.

    Coffee Break di ruang minum lantai 2 keuskupan (16/8/2025)

    Pertemuan berlangsung dalam suasana akrab dan penuh persaudaraan. Uskup Agus berbagi pengalaman mengenai hidup toleransi, seperti memeriahkan perayaan Imlek dengan memasang pernak-pernik khas Imlek serta menjalin silaturahmi bersama saudara-saudari Muslim saat Idul fitri.

    Dalam kesempatan itu, Uskup Agus juga menyampaikan sekilas mengenai visi dan misinya dalam menjalankan tugas kegembalaan sebagai Uskup, yakni membangun semangat persaudaraan, memperkuat toleransi, serta meneguhkan umat agar semakin kokoh dalam iman dan siap melayani sesama.

    Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, Ibu Maria mengungkapkan kesan positifnya. Menurutnya, visi dan misi yang dihidupi Keuskupan serta filosofi yang ditampilkan dalam setiap ruangan di gedung ini sarat dengan makna dan inspirasi.

    Uskup Agus dan Ibu Maria di ruang museum budaya keuskupan (16/8/2025)

    “Semoga melalui ini semua, kami yang muda-muda ini bisa terinspirasi, sehingga semakin termotivasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat,” ujarnya.

    Dalam suasana penuh keakraban, Ibu Maria juga berkelakar: “Kalau Bapak Uskup adalah terang Kristus, maka kami di PLN adalah terang listrik,” ucapnya sambil tersenyum.

    Ia pun menambahkan dengan penuh hormat: “Mohon berkat, doa, dan dukungan Bapak Uskup, supaya kami dapat melayani dengan baik.”

    Bahkan, Ibu Maria juga menyampaikan komitmen PLN: “Suatu ketika kalau ada kegiatan paroki maupun keuskupan yang memerlukan bantuan dari PLN, kami siap membantu dan mendukung,” tegasnya.

    Uskup Agus menyampaikan apresiasi atas perhatian PLN dan berharap silaturahmi ini semakin memperkuat kerja sama dalam pelayanan bagi masyarakat luas. #Paul

    20 Frater STT Pastor Bonus Dilantik Menjadi Lektor dan Akolit

    Suasana Pelantik Lektor dan Akolit (15/8/2025)

    Duta, Pontianak | Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, pimpin Perayaan Ekaristi pelantikan 20 frater menjadi lektor dan akolit. Dalam kata pembuka, Uskup Agus mengingatkan para frater akan kasih setia Allah.

    “Tuhan mencintai kita. Apa balasan kita kepada Tuhan, apalagi kalian para frater yang akan mengadakan pastoral?” ujarnya, memberi dorongan agar pelayanan yang dijalani berangkat dari rasa syukur atas cinta Tuhan.

    Sementara dalam homili, Uskup Agus menyinggung bacaan Injil hari itu yang berbicara tentang perkawinan, dan mengaitkannya dengan panggilan hidup membiara.

    Suasana Pelantikan Lektor dan Akolit (15/8/2025)

    “Dalam hidup ini memang ada dua pilihan. Ada yang dipanggil Tuhan untuk membangun keluarga melalui perkawinan, dan ada yang dipanggil untuk membaktikan diri secara penuh dalam hidup membiara. Hidup menikah atau tidak menikah itu juga misteri. Kita perlu membaca tanda-tanda yang Tuhan berikan dan juga peristiwa-peristiwa yang kita alami,” jelasnya.

    Uskup Agus lalu mengajak para frater untuk merenungkan perjalanan panggilan masing-masing.

    “Setiap orang punya riwayat panggilan, tetapi harus terus berefleksi: benarkah Tuhan memanggil saya?” tegasnya, sambil mengingatkan bahwa kesetiaan pada panggilan membutuhkan doa dan pembinaan terus-menerus.

    Uskup Agus juga membagikan alasan pribadinya mengapa memilih menjadi pastor.

    “Jawabnya sederhana. Pertama, saya ingin membalas budi orang Belanda yang membuat orang Dayak maju. Kedua, saya ingin membangun orang Dayak agar lebih maju, terutama dalam pendidikan,” ungkapnya, disambut rasa haru oleh para hadirin.

    Uskup Agus mengungkapkan rasa bangganya karena tahun ini ada 35 frater yang akan menjalankan tugas pastoral.

    Memang ada sebagian frater yang belum dilantik menjadi lektor dan akolit dan akan dilantik hari ini,”katanya.

    Uskup Agus menegaskan bahwa setiap frater tetap dipanggil untuk melayani dengan setia sesuai tahap pembinaannya.

    Dikatakan Uskup Agus, pelantikan lektor dan akolit merupakan tahap penting dalam formasi calon imam. Lektor diutus secara resmi untuk mewartakan Sabda Tuhan dalam liturgi, sementara akolit menerima tugas membantu pelayanan altar dan membagikan Komuni Kudus.

    Perwakilan frater yang dilantik, Fr. Fransisco dari Keuskupan Ketapang menyampaikan rasa syukur dan terima kasih.

    “Kami menyadari bahwa tugas ini bukan hanya sebuah kehormatan, tetapi juga tanggung jawab yang besar. Selama tiga hari kami mendapat banyak masukan dari para pembimbing, dan kami menerimanya dengan syukur karena telah membagikan banyak hal yang berkenaan dengan tugas kami nanti di lapangan,”ujarnya.

    Fr.Fransisco memohon doa agar para frater dapat berjalan terus menapak panggilan, setia, rendah hati, dan tekun melayani Tuhan melalui Gereja-Nya.

    Sementara Perwakilan GOTAUS (Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari), juga menyampaikan selamat atas pelantikan ini.

    “Dengan pelantikan ini, tanggung jawab kalian semakin besar. Jangan kecewakan orang tua kalian, seminari ini yang telah mendidik kalian, dan yang paling penting, jangan sampai mengecewakan Tuhan. GOTAUS akan selalu mendukung seminari ini,” pesannya penuh makna.

    Ketua STT Pastor Bonus, Romo Gregorius Kukuh Nurcahyo CM, dalam sambutannya menyampaikan selamat kepada para frater dan mengajak mereka untuk menjadikan pelayanan ini sebagai bekal berharga di jalan panggilan imamat. Pelantikan Lektor dan Akolit di STT Pastor Bonus menjadi momen yang penuh makna bagi seluruh frater.

    “Teruslah merawat panggilanmu. Jangan biarkan kesibukan, keraguan, atau tantangan sehari-hari membuatmu melupakan tujuan mulia yang telah Tuhan percayakan kepadamu.” Kata ketua STT mengingatkan.

    Sebelum prosesi pelantikan dimulai, satu per satu nama frater dipanggil untuk maju ke depan altar. Dengan langkah mantap, mereka berdiri menghadap Uskup sebagai tanda kesiapan menerima tugas pelayanan. Momen ini menjadi bagian yang mengharukan, disaksikan oleh para formator, frater, suster, dan tamu undangan yang hadir.

    Para frater yang dilantik berasal dari berbagai keuskupan dan kongregasi, yaitu: 9 frater dari Kongregasi Pasionis (CP), 3 frater dari Keuskupan Agung Pontianak, 4 frater dari Keuskupan Ketapang, 2 frater dari Keuskupan Sanggau, dan 2 frater dari Keuskupan Sintang.

    Perayaan Ekaristi ini semakin semarak dengan lantunan koor indah dari para frater STT Pastor Bonus, yang mengiringi seluruh rangkaian liturgi dan menambah suasana doa menjadi lebih syahdu.

    Acara ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah sederhana yang penuh keakraban.#Paul

    Uskup Agus Berkati Pemancangan Tiang Pertama Pemakaman Modern

    Dokumentasi usai pemberkatan Griya Oasis(15/8/2025)

    Duta, Pontianak |  Jumat, 15 Agustus 2025, Pukul 07.30 WIB Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, memimpin pemberkatan pembangunan Griya Oasis Mortuarium, Krematorium, dan Kolumbarium, area Pemakaman Katolik Santo Yusuf Sungai Raya.

    Griya Oasis merupakan fasilitas yang dirancang untuk memberikan pelayanan pemakaman yang menyeluruh, layak, dan bermartabat bagi umat di Kalimantan Barat.

    Menurut RD. Steve Winarto, Komisaris Utama PT Danita-Oasis Lestari, proyek ini dikerjakan oleh PT Bhakti Griya Ananda dengan dukungan penuh Keuskupan Agung Pontianak. Kehadiran Griya Oasis diharapkan mampu menjawab kebutuhan umat akan fasilitas persemayaman dan pemakaman yang memadai, sekaligus sesuai dengan tata liturgi Gereja Katolik.

    Prosesi Pemberkatan Tiang Pertama Griya Oasis (15/8/2025)

    Dikatakannya, fasilitas ini mencakup tiga layanan utama nantinya. Mortuarium, ruang persemayaman yang nyaman, bersih, dan layak untuk keluarga yang berduka. Krematorium, fasilitas pembakaran jenazah yang memenuhi standar lingkungan dan ramah ekosistem. Kolumbarium, ruang penyimpanan abu jenazah yang aman, terhormat, dan permanen.

    “Dengan layanan terpadu, keluarga dapat mengurus seluruh proses secara lebih efisien tanpa harus berpindah-pindah Lokasi “ujar RD. Steve.

    Steve mengatakan, pembangunan Griya Oasis juga mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Penggunaan krematorium mengurangi kebutuhan lahan makam, sementara kolumbarium memungkinkan penyimpanan abu secara rapi dan terhormat.

    “Kami ingin fasilitas ini tidak hanya memberi pelayanan terbaik, tetapi juga menjaga bumi ciptaan Tuhan,” ujarnya.

    Mgr. Agustinus Agus kepada awak media menjelaskan bahwa Gereja memiliki peran untuk mendampingi umat sepanjang perjalanan hidup, termasuk di saat-saat terakhir.

    “Gereja hadir untuk mendampingi umat dari awal hingga akhir hidupnya. Griya Oasis ini adalah salah satu bentuk nyata perhatian Gereja, agar setiap umat yang berpulang mendapat penghormatan terakhir yang layak, penuh kasih, dan dalam suasana doa,” tandasnya.

    Kata Mgr. Agus, pembangunan Griya Oasis bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga bagian dari respons Gereja terhadap tantangan zaman, termasuk keterbatasan lahan pemakaman di wilayah perkotaan.

    Mgr. Agus berbincang santai dengan para tamu usai pemberkatan (15/8/2025)

    Mgr. Agus mengataka, Griya Oasis diharapkan menjadi pusat pelayanan pemakaman Katolik modern yang juga terbuka untuk umat yang bukan beragama Katolik.

    Griya Oasis merupakan fasilitas yang memadukan nilai iman, teknologi, dan kepedulian lingkungan. Sebagai warisan pelayanan pastoral, Griya Oasis akan menjadi simbol bahwa kasih Gereja kepada umat tidak berhenti pada kehidupan di dunia, tetapi juga merangkul peralihan menuju kehidupan kekal.

    Terkait timeline pembangunan Griya Oasis, Heroin Odhiwira yang mewakili pihak kontraktor mengatakan bahwa pengerjaannya dimulai sejak pemancangan tiang pertama, 15 Agustus 2025, dan akan diselesaikan sebelum perayaan natal tahun 2026.

    Menurutnya bangunan dengan luas 22 X 56 meter persegi ini terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar tersedia fasilitas rumah duka terdiri 6 ruangan ukuran masing 6 X 12 meter persegi. Di belakang rumah duka ada tempat pemandian jenazah. Lantai 2, tersedia fasilitas Krematorium dengan 2 buah mesin. Lantai 3 tersedia fasilitas Kolumbarium dan fasilitas kapel/tempat doa. #Paul

    Peziarah Cilik dari Kalimantan, SIGNADOU Tentang Pembawa Terang Santo Dominikus

    Duta, Jakarta |  Anak-anak Beasiswa Dominikan Indonesia (BDI) pulang ke Kalimantan dengan hati penuh sukacita usai perjalanan rohani-budaya ke Jakarta, 31 Juli–3 Agustus 2025. Dalam puncak Dominican Family Gathering di Wisma Samadi, Klender, mereka memukau peserta dari delapan negara lewat pertunjukan “SIGNADOU: Membawa Terang Santo Dominikus”, sekaligus berziarah ke tempat-tempat bersejarah dan budaya, termasuk Pintu Suci Katedral Jakarta dalam rangka Tahun Yubileum 2025.

    Perjalanan itu menjadi bagian dari perayaan besar Dominican Family Gathering, yang tahun 2025 terasa istimewa karena bertepatan dengan Asia Pacific Dominican Common Study 2025. Acara tersebut dihadiri peserta dari delapan negara: Vietnam, India, Myanmar, Pakistan, Tiongkok, Korea Selatan, Indonesia, dan Filipina.

    Berdasarkan informasi dari pesarta bahwa, puncak perayaan berlangsung pada 31 Juli 2025 di Auditorium Wisma Samadi, Klender, menghadirkan kebersamaan lintas budaya, generasi, dan negara dalam semangat “Jubilee 2025: Peziarah Pengharapan”.

    Keluarga Dominikan—imam, suster, frater, awam—serta sahabat dan pemerhati anak asuh BDI hadir dengan penuh antusias.

    Dalam siaran langsung (live Streaming di akun Youtube Yayasan Martinus de Porres) salah satu sorotan acara adalah penampilan anak-anak BDI dalam pertunjukan SIGNADOU: Membawa Terang Santo Dominikus, yang memadukan tarian, drama, dan musik untuk menyampaikan pesan harapan Santo Dominikus bagi dunia. Pertunjukan tersebut disambut tepuk tangan meriah dari hadirin yang terkesima oleh kreativitas dan semangat para penampil muda.

    Pementasan Drama Tari SIGNADOU Jakarta – Rabu, 31 Juli 2025, pukul 15.00 WIB

    Anak Panti Asuhan

    Keceriaan juga datang dari partisipasi anak-anak Panti Asuhan Boncel. Sebagian dari mereka tampil mengenakan jubah imam dan suster Dominikan versi anak-anak, menirukan peran para pewarta Injil dengan polos dan riang.

    Sebagian lainnya memakai pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, menampilkan keindahan Bhinneka Tunggal Ika dalam nuansa persaudaraan lintas budaya. Momen hari itu menjadi simbol nyata bahwa Keluarga Dominikan adalah rumah bagi semua generasi dan latar belakang.

    Kemeriahan acara semakin lengkap dengan penampilan Koor Dominikan Awam Indonesia yang membawakan lagu-lagu rohani seperti Tuhan Bentengku, Laskar Pewarta, Dominican Blessing, dan Ave Maria. Harmoni musik dan doa ini memperkuat rasa persatuan serta menghangatkan hati setiap orang yang hadir.

    Keluarga Besar Dominikan Indonesia (2025)

    Perjalanan anak-anak BDI ke Jakarta tak hanya untuk tampil di panggung, tetapi juga menjadi kesempatan belajar dan berziarah. Selama empat hari, mereka mengikuti agenda padat yang mencakup:

    • Menjelajahi kekayaan budaya di Taman Mini Indonesia Indah
    • Berdoa di Gereja St. Katarina Siena
    • Mengunjungi Monumen Nasional (Monas)
    • Melangkah melewati Pintu Suci (Holy Door) di Katedral Jakarta dalam rangka Tahun Yubileum 2025

    Pengakuan dari rilis tulisan ini yang dikirimkan ke redaksi Pena Katolik mengatakan bahwa: “Rasanya seperti mimpi. Kami bisa tampil di depan keluarga besar Dominikan dari berbagai negara, belajar budaya, dan berdoa bersama,” ujar salah satu anak asuh yang tidak disebutkan namanya itu.

    Semua itu terwujud berkat dukungan Yayasan Martinus de Porres, para pendamping, imam, suster, frater, awam, serta para donatur yang setia menopang pendidikan dan pembinaan anak-anak BDI.

    Dukungan yang diberikan—baik dalam bentuk doa, tenaga, maupun dana—telah menjadi jembatan yang memungkinkan anak-anak ini melangkah lebih jauh, bermimpi lebih tinggi, dan melayani dengan hati yang lebih luas.

    “Terima kasih kepada semua pihak yang membuat perjalanan ini nyata. Kami pulang dengan hati penuh sukacita dan semangat untuk membawa terang yang telah dinyalakan di hati kami,” kata seorang perwakilan pendamping BDI.

    Dari Kalimantan hingga Pintu Suci, dari panggung seni hingga pintu pengampunan, perjalanan ini menjadi penanda bahwa Keluarga Dominikan dipanggil bukan hanya untuk berkumpul, tetapi juga untuk menyalakan terang bersama—melintasi batas daerah, negara, dan budaya.

    Anak-anak BDI kini kembali ke tanah Kalimantan sebagai peziarah pengharapan, siap membagikan cahaya Kristus bagi dunia. (Rm. An)- *Sam.

    Uskup Agustinus Terima Kunjungan Silaturahmi Kapolresta Pontianak

    Uskup Agustinus Terima Kunjungan Silaturahmi Kapolresta Pontianak (2025)

    Duta, Pontianak | Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, menerima kunjungan silaturahmi dari Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Suyono, S.I.K., M.H., beserta jajaran di Keuskupan Agung Pontianak, Jumat (8/8/2025).

    Rombongan yang hadir mendampingi Kapolresta antara lain Wakapolresta Pontianak, AKBP Hendrawan, S.I.K., M.H.; Kasat Intelkam Polresta Pontianak, AKP Reynaldi Guzel, S.I.K.; Plt. Kasat Binmas Polresta Pontianak, AKP Suharsono; serta Kapolsek Pontianak Kota, AKP Denni Gumilar, S.H.

    Dalam kesempatan tersebut, Uskup Agustinus menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas kunjungan silaturahmi hari itu.

    Menurutnya, tokoh agama perlu menjalin hubungan baik dengan tokoh masyarakat dan aparat penegak hukum, khususnya kepolisian, yang memiliki tanggung jawab menjaga keamanan di wilayah tugasnya.

    Video (Sumber: IG Komsoskap)

    “Saya berterima kasih kepada Bapak Kapolresta yang berkenan berkunjung. Sebagai tokoh agama, kita perlu memiliki hubungan yang baik dengan tokoh masyarakat, khususnya Polri yang bertanggung jawab menjaga keamanan wilayah. Melalui pertemuan ini, saya berharap terjalin kerja sama yang baik, karena keamanan memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat, pemerintahan daerah, dan upaya menegakkan keadilan,” ujar Uskup Agustinus, (8/8).

    Bapa Uskup juga mendoakan agar Kapolresta yang baru dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan didukung penuh, tidak hanya oleh jajaran kepolisian, tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.

    Kunjungan hari Jumat (8/8/25) tentu diharapkan semakin mempererat sinergi antara Keuskupan Agung Pontianak dan Polresta Pontianak dalam menjaga keamanan, ketertiban, serta kerukunan di tengah masyarakat. *Sam

    Dokumentasi: 

    E’RIES Rilis Single Terbaru “Aku Mau”, Tawarkan Nuansa Cinta Remaja

    Eries San Agustin - (2025)

    Duta, Pontianak | Girlgroup kampus berbakat E’RIES, yang berasal dari Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, kembali menyapa para penggemar dengan karya terbarunya.

    Belum lama ini E’RIES secara resmi merilis single terbaru mereka berjudul “Aku Mau”, sebuah lagu pop yang mengangkat tema cinta remaja yang ringan namun penuh perasaan, 4 Agustus 2025.

    Lagu “Aku Mau” hadir sebagai babak baru dalam perjalanan musik E’RIES yang dikenal dengan karakter ceria, lirik yang membumi, dan suara yang segar.

    Dalam single ini, E’RIES menghadirkan narasi tentang perasaan pertama yang manis dan membingungkan, khas remaja yang mulai mengenal cinta.

    Eksplorasi Rasa Cinta dan Kagum

    Lirik lagu ditulis oleh Amanda Sandy Ardilla dan Trio Kurniawan, yang berhasil menangkap momen-momen kecil nan bermakna dalam dinamika percintaan muda, dari tatapan pertama yang memikat, hingga gejolak hati yang ragu-ragu antara kagum dan cinta.

    Sementara itu, aransemen musik ditata apik oleh Gladiyo, Christy Adeline Vatalas, dan Maria Cinka Cuhaang, yang memberikan sentuhan pop segar dengan harmoni ringan dan mudah diingat.

    Proses produksi dilakukan di Studio YPA Media Center, dengan Gladiyo bertindak sebagai produser.

    Hasilnya adalah sebuah lagu berdurasi ringkas namun padat emosi, yang dikemas dengan aransemen yang mudah diterima telinga anak muda masa kini.

    Tersedia di Platform Digital

    Single “Aku Mau” kini telah tersedia di berbagai platform streaming digital utama seperti Spotify dan YouTube, memungkinkan para pendengar dari seluruh penjuru untuk menikmati karya terbaru E’RIES dengan mudah.

    Lirik Simpel yang Melekat di Hati

    Berikut kutipan lirik dari lagu “Aku Mau” yang siap membuat para pendengar ikut bernyanyi dan tersenyum:

    “Aku mau tapi malu
    Hatiku terpikat
    Sekali lagi ku mau
    Aku mau dirimu”

    Dengan balutan lirik yang jujur dan menggemaskan, lagu ini diyakini akan mudah melekat di hati para pendengar muda.

    Tentang E’RIES

    E’RIES adalah girlgroup yang terbentuk di lingkungan Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo.

    Sejak kemunculan mereka, E’RIES aktif dalam berbagai panggung kampus dan media sosial, membawakan lagu-lagu bertema persahabatan, semangat, dan cinta dengan pendekatan yang ringan dan menyenangkan.

    Dengan dirilisnya “Aku Mau”, E’RIES kembali menunjukkan eksistensinya di ranah musik pop lokal dan menegaskan bahwa mereka bukan sekadar grup musik kampus biasa, melainkan talenta muda yang patut diperhitungkan di kancah musik Indonesia.

    Sumber: Media Center San Agustin. 

    Uskup Agustinus Tahbiskan Tiga Frater Menjadi Diakon, “Jadilah Pelayan yang Rendah Hati dan Setia”

    Uskup Agustinus tengah memberkati tiga Frater yang ditahbiskan menjadi Diakon, (04/08). 2025

    Duta, Pontianak | Suasana khidmat dan penuh syukur memenuhi Gereja Katedral Santo Yosef, Pontianak, pada Senin 4 Agustus 2025 sore pukul 17.00 WIB.

    Dalam misa yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, tiga frater ditahbiskan menjadi diakon. Ketiganya adalah Frater Kornelius Rici, Frater Antonius Bartolo Medias Arianto, dan Frater Leonardus Yoga Febriano.

    Dalam homilinya Uskup Agustinus menekankan kembali makna hakiki dari tahbisan diakon sebagai panggilan untuk menjadi pelayan, bukan untuk dilayani.

    “Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani,” tegas Uskup, mengutip sabda Tuhan dalam Injil.

    Sumber Gambar, Komsos Keuskupan Agung Pontianak. Peristiwa Tahbisan Diakon, 04 Agustus 2025

    Diakon adalah Gambar Kristus Sang Pelayan

    Uskup Agustinus mengawali homilinya dengan mengajak seluruh umat untuk merenungkan kedalaman makna diakon sebagai “gambar Kristus Sang Pelayan.”

    Menurutnya, menjadi diakon bukan sekadar menjalankan tugas liturgis, tetapi juga meneladani Kristus dalam kerendahan hati dan pelayanan konkret.

    “Seorang diakon harus menghidupi sabda yang ia wartakan. Kotbah di mimbar harus sejalan dengan hidup sehari-hari,” ujar Uskup, (04/08).

    Uskup Agustinus juga menekankan bahwa pewartaan sabda tanpa keteladanan dalam tindakan hanya akan menjadi omong kosong.

    Tugas kedua seorang diakon, menurut Uskup Agustinus, adalah membantu imam dalam perayaan ekaristi dan pelayanan sakramen.

    Namun, ia menekankan, kehadiran diakon bukan sekadar memperindah liturgi, melainkan menggugah umat untuk berjumpa dengan Tuhan melalui sikap dan wajah pelayan Gereja.

    Sumber Gambar: SS Komsos Keuskupan Agung Pontianak (Youtube), Live Streaming 04 Agustus 2025.

    Keteladanan dalam Hal-Hal Kecil

    Dalam gaya khasnya yang lugas dan reflektif, Uskup Agustinus juga mengkritik praktik-praktik pelayanan yang kurang mencerminkan semangat pengorbanan. Ia mencontohkan imam yang enggan mengenakan kasula hanya karena cuaca panas.

    “Kalau Yesus yang adalah Tuhan rela menjadi hamba, masa kita panas sedikit saja sudah menyerah?” tegasnya, (04/08).

    Uskup Agustinus lalu membagikan pengalaman pribadinya yang sempat mengalami kecelakaan dan terbentur kepala belum lama itu. Meski sempat gagap saat misa, ia tetap melayani.

    “Saya sadar arti menjadi pelayan itu konkret: terus melayani meski tubuh tidak sempurna,” tuturnya, seraya menambahkan bahwa hasil CT Scan akhirnya menunjukkan ia dalam kondisi baik.

    Sumber GAmbar SS Youtube Live Streaming, Komsos Keuskupan Agung Pontianak (04/08).

    Kasih dan Kerendahan Hati adalah Dasar Pelayanan

    Mengutip Paus Leo XIV, yang pada 12 Juni 2025 lalu mengumumkan reformasi besar dalam Gereja Katolik, Uskup Agustinus menyampaikan pesan penting tentang “Seorang pelayan Kristus adalah orang yang membiarkan hatinya remuk redam oleh penderitaan sesama.”

    Ia mengutip pesan Paus Leo XIV yang menolak pemberkatan pernikahan sejenis dan mengajak gereja menjual aset-aset mewah untuk membantu kaum miskin.

    “Kekayaan Gereja adalah orang miskin,” tegasnya, seraya mengingatkan bahwa seorang pelayan tidak boleh menghindar hanya karena fasilitas tidak nyaman.

    “Lebih baik kaki kita kotor karena debu orang miskin daripada bersih tapi tidak peduli sesama.”

    Sumber GAmbar SS Youtube Live Streaming, Komsos Keuskupan Agung Pontianak (04/08).

    Ucapan Syukur dan Harapan

    Dalam sambutan mewakili ketiga diakon yang baru ditahbiskan, Diakon Kornelius Rici menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung perjalanan panggilan mereka.

    “Terima kasih kepada Yang Mulia Uskup Agustinus Agus, para imam, suster, frater, bruder, para dosen, formator, dan terutama kepada orang tua kami,” ujarnya.

    Ia menambahkan, “Kami mohon doa agar selama masa diakon ini kami setia menjalani pelayanan sabda, altar, dan kasih. Semoga Tuhan memberkati kita semua.”

    Perwakilan orang tua dari ketiga diakon juga menyampaikan rasa syukur dan harapan yang mendalam.

    “Kami bangga hari ini Keuskupan Agung Pontianak mentahbiskan tiga diakon. Kami mohon doa dan dukungan umat agar mereka setia sampai pada Tahbisan Imamat,” ungkapnya haru.

    Sumber GAmbar SS Youtube Live Streaming, Komsos Keuskupan Agung Pontianak (04/08).

    Pertumbuhan Imam Keuskupan dan Sebuah Harapan

    Dalam sambutannya, Uskup Agustinus Agus menyampaikan bahwa ketiga diakon ini secara resmi telah masuk dalam persekutuan para imam, khususnya imam projo (diosesan).

    Dia mengungkapkan bahwa sejak ia menjabat, jumlah imam projo di Keuskupan Agung Pontianak meningkat dua kali lipat — dari 16 menjadi 31, dan dengan tiga diakon ini, tahun depan akan menjadi 34.

    Namun, ia juga mencatat adanya tantangan.

    “Ada satu imam yang meninggal, dan dua yang meninggalkan imamat. Tapi kita tetap bersyukur karena pertumbuhan tetap positif,” ujarnya (4/08).

    Uskup Agustinus juga menyampaikan data aktual umat Katolik di keuskupan ini, sekitar 500.000 jiwa. Dengan perhitungan kasar, ia menyebut keuskupan masih membutuhkan paling sedikit 100 imam untuk melayani paroki-paroki yang tersebar.

    Ia juga menyebut pembukaan paroki baru di Kuala Behe pada 25 Juli 2025, serta rencana meresmikan Paroki Senakin pada 28 Agustus 2025 yang akan melayani 10.000 umat di 26 stasi. Paroki-paroki baru lainnya yang akan dibuka antara lain Supadio, Capkala, dan Lumar.

    Sumber GAmbar SS Youtube Live Streaming, Komsos Keuskupan Agung Pontianak (04/08).

    Diutus untuk Setia

    Di akhir misa, Uskup Agustinus menyampaikan pesan khusus kepada Diakon Yoga, Diakon Rici, dan Diakon Ari untuk menyadari hal yang penting tentang panggilan. Uskup Agustinus menegaskan bahwa, panggilan diterima bukan untuk menjadi sukses melainkan untuk tetap setia.

    “Kalian diutus bukan untuk sukses, tetapi untuk setia. Jadilah diakon yang rendah hati, sabar, dan penuh kasih. Mari kita doakan agar mereka tetap setia sampai akhir panggilannya,” ujar Uskup Agustinus, (04/08).

    Perayaan tahbisan sore itu ditutup dengan berkat penutup dan  harapan baru bagi Gereja di Keuskupan Agung Pontianak — bahwa dalam dunia yang semakin kompleks, selalu ada jiwa-jiwa yang bersedia menjadi pelayan sejati.

    “Jangan pernah takut menjawab Ya kepada Tuhan, karena Dialah yang akan memberi kekuatan dan semangat untuk menjalani panggilan ini,” pungkas Uskup Agustinus, (04/08). *Sam. 

    Sumber GAmbar SS Youtube Live Streaming, Komsos Keuskupan Agung Pontianak (04/08).

    Rangkaian Dokumen: 

    TERBARU

    TERPOPULER