Wednesday, November 5, 2025
More

    San Agustin Kembangkan Sport Massage, Siapkan Tenaga Terapis Olahraga Profesional untuk Kalbar

    Duta, Landak | Di tengah semakin kompetitifnya dunia olahraga modern, kebutuhan akan pemeliharaan fisik atlet tidak lagi hanya bertumpu pada pelatih dan tim medis.

    Satu profesi yang kini semakin diperhitungkan dalam dunia keolahragaan adalah terapis sport massage—sebuah bidang yang secara ilmiah terbukti mampu mempercepat pemulihan otot, mencegah cedera, dan menopang performa atlet saat bertanding.

    Kesadaran inilah yang mendorong Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo (San Agustin) di Ngabang, Kabupaten Landak, untuk memasukkan mata kuliah Sport Massage sebagai bagian kurikulum resmi.

    Langkah itu sekaligus menjadikan San Agustin sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi di Kalimantan Barat yang secara sistematis menyiapkan tenaga terapis olahraga profesional.

    Tradisi Kuno ke Ilmu Modern

    Secara historis, olahraga berkembang dari aktivitas bertahan hidup pada era manusia purba menjadi cabang ilmu yang diajarkan secara akademik di perguruan tinggi.

    Dari tombak berburu yang kini menjadi cabang lempar lembing, hingga lari maraton yang berakar dari kisah lari prajurit Yunani bernama Pheidippides.

    Hal yang sama terjadi pada massage. Kata massage berasal dari akar kata Yunani masso atau massein yang berarti menyentuh atau meremas, berkembang melalui bahasa Latin, Arab (mass’h), hingga Sansekerta (makeh) yang semuanya bermakna menekan lembut untuk tujuan kesehatan.

    Dalam sains modern, massage didefinisikan sebagai manipulasi jaringan lunak tubuh dengan tangan untuk tujuan terapeutik (Mark F., 2011).

    Olahraga kompetitif membuat tubuh atlet bekerja melampaui batas normal. Pemanasan buruk, beban latihan berlebih, benturan fisik, hingga stres akibat tuntutan prestasi, semuanya berpotensi memicu cedera otot, sendi, atau sistem saraf (Delaune & Lac, 2012).

    Ketika ketegangan otot terakumulasi, pemulihan melambat, dan performa atlet menurun. Dalam banyak kasus, cedera kronis bahkan membuat atlet gagal bertanding dan mengakhiri karier lebih cepat dari seharusnya. Di sinilah posisi sport massage menjadi krusial.

    San Agustin Kembangkan Sport Massage, Siapkan Tenaga Terapis Olahraga Profesional untuk Kalbar, Sumber: Sumirat, (31 Oktober 2025)

    Tiga Jenis Sport Massage untuk Atlet

    Dalam dunia pembinaan atlet, sport massage terbagi dalam beberapa kategori strategis, masing-masing memiliki fungsi berbeda:

    1. Pra-pertandingan
      Dilakukan 3 hari sebelum bertanding selama 10–15 menit, bertujuan meningkatkan sirkulasi darah, melemaskan otot, tanpa menimbulkan rasa sakit.
    2. Saat jeda pertandingan
      Diberikan pada waktu istirahat, fokus pada otot yang bekerja dominan untuk menjaga performa tanpa mengurangi kekuatan.
    3. Pasca-pertandingan (recovery massage)
      Digunakan sebagai terapi pemulihan cedera, rehabilitasi otot, dan perawatan pasca kompetisi, termasuk untuk kasus medis, ortopedi, dan fisioterapi.

    Teknik yang diajarkan di San Agustin meliputi effleurage, petrissage, frictions, stripping, tapotement, cupping, pounding, hingga skin rolling. Seluruhnya menggunakan standar ilmiah yang berlaku pada profesi terapis olahraga profesional (Jayadi, 2024).

    Dibutuhkan di POPDA, PORPROV, hingga PON, Tapi Tenaga Ahli Terbatas

    Kebutuhan tenaga terapis sport massage meningkat drastis dalam ajang-ajang olahraga resmi seperti POPDA, PORPROV, hingga PON. Namun, jumlah tenaga ahli yang kompeten, tersertifikasi, dan memahami aspek biomekanik olahraga masih belum mencukupi—terutama di tingkat daerah.

    Hal itu diungkapkan Brigadir Jenderal (Purn) Drs. Sumirat, M.Si., yang turut hadir dalam diskusi bersama Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Landak.

    Sport massage harus lebih diperkenalkan lagi. Selama ini di setiap event olahraga besar, kita sangat membutuhkan ahli terapi, tetapi jumlahnya minim. San Agustin bisa jadi pusat pengembangan tenaga sport massage di Kalbar,” tegasnya, (31/10/2025).

    Ia menambahkan, keberadaan kampus San Agustin menjadi peluang strategis untuk membangun kemandirian daerah dalam penyediaan tenaga pendukung atlet.

    Atlet Bukan Mesin Prestasi

    Di balik gagasan akademik ini, terdapat pesan moral yang lebih luas, atlet bukan robot, bukan objek eksperimen, dan bukan sekadar alat mencapai medali.

    Kurikulum sport massage di San Agustin dirancang bukan hanya untuk memberi keterampilan teknis, tetapi juga menanamkan etika kemanusiaan, kesejahteraan atlet adalah fondasi prestasi, bukan penghambatnya.

    Bukan rahasia lagi bahwa banyak atlet dipaksa tampil meski tubuh belum pulih. Program latihan ekstrem kadang dilakukan tanpa evaluasi kesehatan. Di sinilah profesi terapis sport massage menjadi jembatan antara kebutuhan prestasi dan perawatan tubuh.

    Perbedaan terbesar sport massage dengan pijat konvensional terletak pada aspek ilmiahnya. Terapis harus memahami:

    • anatomi otot dan persendian
    • biomekanika gerak tubuh
    • sistem saraf dan sinyal cedera
    • tingkat strain otot (ringan, sedang, berat)
    • metode rehabilitasi pasca cedera
    • teknik manipulasi jaringan lunak berbasis penelitian

    Dengan demikian, sport massage bukan “pijat sembarangan”, melainkan modalitas terapi berbasis riset yang diakui dalam dunia kedokteran olahraga global.

    Arena Olahraga

    San Agustin berharap banyak pihak ikut mendukung, mulai dari KONI Kalbar, klub olahraga, rumah sakit, hingga pemerintah daerah. Jika sinergi berjalan baik, Kalbar bisa memiliki:

    ✅ Tenaga terapis sport massage dari daerah sendiri
    ✅ Atlet yang lebih sehat dan berprestasi jangka panjang
    ✅ Kemandirian SDM untuk event olahraga resmi
    ✅ Pengembangan profesi baru di bidang kesehatan olahraga

    Menurut Brigadir Jenderal (Purn) Drs. Sumirat, M.Si. langkah Universitas San Agustin Ngabang membuka mata kuliah sport massage adalah kontribusi bagi masa depan olahraga di Kalimantan Barat.

    Dengan semakin dipahaminya bahwa prestasi lahir dari tubuh yang terawat dan pikiran yang tenang, profesi terapis sport massage bukan lagi pelengkap—melainkan bagian inti dari dunia olahraga modern.

    “Intinya, pertemuan saya dengan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Landak memunculkan ide bahwa sport massage harus lebih dikenalkan lagi. Selama ini setiap pekan olahraga seperti Popda, Porprov, hingga PON sangat membutuhkan ahli sport massage, dan salah satunya ada di Kampus San Agustin,” kata Sumirat, (31/10/2025).

    * Sam | Sumber: Brigadir Jenderal (Purn) Drs. Sumirat, M.Si & Jayadi, S.Pd., M.Or. 

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles