Duta, Pontianak | Ini adalah tentang artificial intelligence (AI). Belajar, Berpikir, dan Berkarya dengan Kecerdasan Buatan.
1. Mengapa AI Penting bagi Mahasiswa
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bukan lagi sekadar tren teknologi global, melainkan sudah menjadi bagian nyata dari kehidupan sehari-hari mahasiswa. Kini, AI mulai mengubah cara belajar, berpikir, bahkan cara mahasiswa berkarya.
Namun, masih banyak mahasiswa yang baru berada di tahap sebagai “pengguna teknologi”, belum sampai menjadi “pengembang” atau “pengkritik teknologi”.
Padahal, AI memiliki potensi besar untuk menjadi alat pemberdayaan intelektual yang bisa membantu mahasiswa memahami data, memecahkan masalah sosial, hingga menciptakan inovasi di berbagai bidang, termasuk bisnis dan kewirausahaan.
AI sebenarnya membuka ruang yang luas bagi mahasiswa untuk berpikir lebih cepat, kritis, dan kontekstual.

Melalui teknologi ini, mahasiswa tidak hanya mengikuti perkembangan global, tetapi juga bisa menciptakan solusi untuk permasalahan di sekitar mereka.
Dengan memahami dan memanfaatkan AI secara tepat, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang membawa dampak nyata, bukan hanya sekadar pengguna pasif teknologi.
2. Belajar dengan AI: Mengubah Cara Mahasiswa Menyerap Pengetahuan
AI kini telah menjadi “asisten belajar” baru bagi mahasiswa. Aplikasi seperti ChatGPT, Grammarly, Quillbot, atau Perplexity AI sudah sering digunakan untuk membantu menyusun tugas, menulis esai, hingga mencari referensi penelitian. Kehadiran AI membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan efisien.
Melalui AI, mahasiswa bisa menikmati pembelajaran yang lebih adaptif. Sistem AI mampu menyesuaikan materi berdasarkan kemampuan masing-masing individu, sehingga mahasiswa yang merasa tertinggal bisa mengejar ketertinggalannya.
Selain itu, AI juga membuka akses ke berbagai sumber global, sehingga mahasiswa dapat belajar langsung dari literatur dan penelitian internasional tanpa batas geografis.
Dalam hal penelitian, AI dapat membantu menelusuri referensi, menganalisis data, dan menyusun ide, terutama bagi mereka yang masih belum terbiasa menulis karya ilmiah.
Namun, ada pula tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah ketergantungan berlebihan terhadap AI.
Banyak mahasiswa yang menjadikan AI sebagai jalan pintas tanpa mau berpikir sendiri, sehingga kemampuan reflektif dan daya kritis berkurang. Selain itu, ada risiko pelanggaran etika akademik jika mahasiswa menggunakan AI untuk menulis tanpa memahami isi tulisannya.
Karena itu, belajar dengan AI seharusnya bukan berarti menyerahkan seluruh proses berpikir kepada mesin, tetapi menjadikannya sebagai mitra yang membantu, bukan menggantikan peran manusia.
3. Berpikir dengan AI: Membangun Pola Pikir Kritis, Kreatif, dan Kontekstual
Bagian ini adalah yang paling penting. AI seharusnya tidak hanya mengubah cara mahasiswa mengerjakan tugas, tetapi juga cara mereka berpikir.
AI memang memiliki kemampuan luar biasa untuk memproses data, mengenali pola, dan memberi rekomendasi.
Namun, kemampuan untuk berpikir kritis, memahami konteks sosial, dan menilai secara etis tetaplah milik manusia.
Mahasiswa perlu memandang AI bukan sebagai mesin jawaban, tetapi sebagai partner berpikir.
Saat mengerjakan tugas, misalnya, mahasiswa bisa menggunakan AI untuk mencari sudut pandang lain, lalu membandingkannya dengan pendapat pribadi.
Dalam penelitian sosial, AI dapat membantu menganalisis data, sementara interpretasi hasilnya tetap harus dilakukan oleh mahasiswa berdasarkan pemahaman terhadap konteks sosial dan budaya.
Di sinilah letak pentingnya peran intelektual manusia—AI bisa membantu memberi data, tetapi hanya manusia yang bisa memberi makna pada data itu.
Selain itu, berpikir dengan AI menuntut mahasiswa memiliki literasi kritis dan etika digital.
Mahasiswa perlu menyadari bahwa hasil dari AI tidak selalu benar atau netral karena sistemnya bisa dipengaruhi oleh data yang bias.
Maka, penting bagi mahasiswa untuk selalu bertanya: dari mana AI mendapatkan datanya? Apakah informasi yang diberikan relevan dan dapat dipercaya? Apakah penggunaan AI dalam karya ilmiah sudah dilakukan dengan cara yang etis dan transparan?
Kemampuan untuk bertanya dan berpikir kritis seperti ini sangat penting agar mahasiswa tidak hanya pintar menggunakan AI, tetapi juga mampu memahami dan mengarahkan penggunaannya secara bertanggung jawab.
Dengan begitu, AI tidak hanya menjadi alat bantu teknologi, tetapi juga menjadi sarana untuk mengasah nalar dan memperkuat karakter intelektual mahasiswa di era digital ini.
*Sumitro, S.M., M.M. – Dosen Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Kampus II Pontianak, Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa.


