Sunday, September 21, 2025
More
    Home Blog Page 44

    Ada Kekuatan dalam Kelemahan

    Mengetahui Kekuatan dan Kelemahan (Sumber: pewangilaundry)

    MAJALAHDUTA.COM, DOA– Menjadi seperti yang kau ingini seperti yang dikatakan dalam lagu-lagu rohani bukanlah perkara mudah. Apalagi seperti perumpamaan membalik telapak tangan. Setiap dari kita, memiliki masalah dan kecenderungan dosa yang berbeda-beda.

    Tetapi saat dari antara kita mengetahui bahwa semua itu tidak mungkin dan terlalu sulit, lantas apakah yang bisa kita kerjakan? Berputus asa kah kita hari ini?

    Dibawah ini ada tiga kutipan sabda yang mungkin bisa menguatkan langkah dan semangat kita hari ini.

    ……Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku….
    (2Korintus 12:9)

    …Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku….
    (Mazmur 54:6)

    ….Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang….
    (Amsal 17:22)

    Mukjizat Cahaya dalam Kegelapan: Kisah Menyentuh St Odilia, Sang Putri yang Dilahirkan Buta

    Foto: Santa Odilia/Ilustrasi Berbagai sumber

    MAJALAHDUTA.COM, SPRITUALITAS– St Odilia, yang dikenal juga sebagai St Ottilia, dilahirkan di Obernheim, suatu desa di pegunungan Vosges, Perancis pada tahun 660, dari pasangan bangsawan Aldaric dan Bereswinda. Aldaric seorang tuan tanah yang kaya raya.

    Karena puterinya lahir buta, Aldaric berniat membunuhnya, sebab ia berpendapat bahwa kebutaan itu amat memalukan serta merendahkan martabat keluarga. Tak ada jalan lain bagi Bereswinda selain dari melarikan bayinya yang malang ke suatu tempat yang aman.

    Seorang ibu petani yang dahulu bekerja sebagai pembantu di rumahnya bersedia menerima anak itu.

    Ketika peristiwa pelarian ini diketahui, Bereswinda menyuruh ibu pengasuh melarikan bayinya ke Baumeles-Dames, dekat Besancon.

    Di sana ada sebuah biara para suster. Untunglah suster-suster di biara bersedia menerima dan merawat Odilia.

    Hingga usianya duabelas tahun, gadis kecil ini belum juga dibaptis. Pada suatu hari Tuhan menggerakkan Santo Erhart, Uskup Regensburg, untuk pergi ke Biara Baumeles-Dames, tempat gadis kecil itu berada.

    Bapa Uskup membaptisnya dengan nama Odilia. Ketika disentuh oleh minyak krisma pada saat pembaptisan, seketika itu juga matanya terbuka dan ia dapat melihat! Uskup Erhart memberitahukan mukjizat ini kepada keluarga Aldaric.

    Tetapi sang ayah tetap bersikukuh menolak untuk mengakui Odilia sebagai puterinya.

    Hugh, kakak Odilia yang terkesan akan mukjizat penyembuhan adiknya, berusaha mempertemukan Odilia dengan ayahnya. Melihat kenekatan Hugh, bangkitlah murka sang ayah; ia menjadi berang, lalu menebas kepala puteranya dengan pedang.

    Akhirnya, Aldaric menyesali perbuatannya yang keji dan bersedia menerima Odilia sebagai puterinya.

    Odilia meneruskan karyanya di Obernheim bersama kawan-kawannya. Dia membaktikan diri dalam karya-karya amal membantu mereka yang miskin papa dengan semangat pengabdian dan cinta kasih.

    Ayahnya bermaksud menikahkan Odilia dengan seorang pangeran.

    Odilia menolak; tetapi karena ayahnya terus memaksa, Odilia melarikan diri dari rumah.

    Aldaric akhirnya mengalah dan membujuk puterinya pulang; ia bahkan mengijinkan Odilia mengubah istananya di Hohenburg menjadi sebuah biara.

    Odilia menjadi kepala biara dan di kemudian hari membangun sebuah biara lain, Biara Odilienberg, di Niedermunster.

    Di sanalah ia membaktikan diri dalam karya bagi Tuhan dan sesama hingga wafatnya pada tanggal 13 Desember 720.

    Editor: Samuel-KOMSOSKAP
    Sumber: Berbagai olahan

    Martir yang Menolak Pernikahan demi Cinta kepada Yesus

    (Ilustrasi : The Martyrdom and Last Communion of Saint Lucy - Paulo Veronese, 1582)

    MAJALAHDUTA.COM, SPRITUALITAS- Santa Lusia dilahirkan pada akhir abad ketiga di Syracuse, pulau Sicilia. Orangtuanya berasal dari kalangan bangsawan Kristen yang saleh dan kaya-raya. Ayahnya meninggal ketika Lusia masih kecil.

    Lusia secara diam-diam berjanji kepada Yesus bahwa ia tidak akan pernah menikah agar ia dapat menjadi milik-Nya saja.

    Namun Ibunya, Eutychia, telah mengatur sebuah pernikahan untuknya. Selama tiga tahun Lucia berhasil menunda rencana pernikahan yang diatur ibunya itu.

    Untuk mengubah pikiran ibu Lusia mengajak ibunya yang sedang sakit untuk berdoa memohon kesembuhan di makam Santa Agatha, dan secara ajaib penyakit hemoragik panjang ibunya disembuhkan.

    Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya.

    Tetapi Paschasius, pemuda kepada siapa ibunya pernah menjanjikan Lusia; amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikut Kristus kepada Gubernur Sicilia.

    Gubernur memerintahkan agar Lusia ditangkap dan dibuang ke tempat pelacuran.

    Tetapi ketika para penjaga pergi untuk menjemputnya, mereka tidak bisa membawa lucia pergi karena Tuhan menjadikan tubuh wanita suci ini menjadi demikian berat.

    Bahkan walau mereka sudah mengikat Lusia pada seekor lembu; namun lembu tersebut tetap tidak dapat menyeret Lucia.

    Gubernur memerintahkan untuk menyiksa dan membunuhnya. Santa lusia kemudian mengalami penyiksaan yang sangat hebat.

    Ia dianiaya dan kedua matanya dicongkel keluar. Bundel kayu diletakan dikelilingnya lalu dibakar agar Lusia tersiksa dalam api yang bernyala-nyala.

    Namun sungguh ajaib; Lusia sama sekali tidak merasa kepanasan dalam perapian itu.

    Karena itu Seorang algojo kemudian menghunus pedangnya lalu menusukkannya ke arah leher perawan suci ini sampai ia meninggal.

    Lusia menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304. Namanya tercantum dalam doa “Nobis quoque peccatoribus” dalam Kanon Misa.

    Editor: Samuel – KOMSOSKAP
    Sumber: Berbagai Olahan

    Pendidikan Politik di Sekolah

    Tiga Pilar Solusi, Atasi Kejahatan Meresahkan Masyarakat - Konvergensi (Sumber: matranews)

    MAJALAHDUTA.COM, PENDIDIKAN- DI ACARA diskusi dan refleksi bertajuk “Guru dan Pendidikan Politik” yang dilaksanakan Yayasan Cahaya Guru, di Jakarta, Selasa (17/102023), terungkap pandangan generasi muda tentang politik. Generasi muda, khususnya siswa, masih apatis ketika berbicara politik.

    Sebagaimana yang diungkapkan oleh Indah Nova Manurung, guru SMA BPK Penabur 8 Jakarta, saat membahas soal politik, misalnya legislatif, langsung ada celetukan siswa yang menganggap koruptor.

    Politik masih dilihat kotor. Betapa politik secara substansial memiliki makna dan nilai yang sangat luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tak berterima. Maka, tak sedikit di antara mereka yang menjadi apolitik. Benarkah politik itu kotor dan kejam?

    Mencermati dan merefleksikan fenomena-fenomena di jagat perpolitikan kita hari ini, anggapan siswa bahwa politik itu kotor tak sepenuhnya keliru.

    Hari ini, politik lebih dimaknai sebagai seni atau ilmu untuk meraih kekuasaan, memperoleh kedudukan, tak peduli bagaimana caranya.

    Praktik politik hari ini lebih merujuk pada pengertian politik praktis, untuk memperoleh kedudukan dan kekuasaan. Akibatnya, dalam tataran praktik banyak sekali timbul penyimpangan, tindakan manipulatif dalam rangka merebut kekuasaan dan memperoleh kedudukan itu.

    Tak Asing

    Sejatinya (kata) politik bukanlah kata yang asing dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang politik telah ada sejak manusia mengenal peradaban.

    Dari sejumlah sumber terungkap politik ibarat sebuah kebutuhan di dalam kehidupan manusia, yang segala sesuatu tidak dapat dipisahkan dengan politik.

    Merefleksikan pendapat sejumlah ahli tentang politik, politik merupakan salah satu aktivitas manusia yang terpenting sepanjang sejarah manusia.

    Dengan berpolitik, manusia saling mengelola potensi di antara mereka, saling memahami dalam perbedaan yang ada, saling menjaga peraturan yang disepakati bersama.

    Dalam politik, ada (masyarakat-rakyat) yang dipimpin, ada yang memimpin. Ada yang memerintah dan ada pula yang diperintah.

    Semuanya merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam keberadaan dan peradaban manusia. Mengutip Al-Farabi, politik berperan sebagai etika dan swakarsa yang terkait erat dengan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

    Sejatinya, manusia adalah zoon politikon, mahkluk yang memiliki fitrah politik. Di sini, fitrah politik yang dimaksudkan adalah bagaimana cara antaranggota masyarakat bersinergi untuk mencapai kesejahteraan bersama.

    Dalam konteks ini, politik sejatinya memiliki makna dan nilai yang sangat luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    Meminjam pandangan Frans Magnis Suseno, seorang guru besar filsafat politik menyatakan, politik itu sesungguhnya tidak kotor.

    Politik adalah konsensus bermartabat yang dibentuk untuk mengatur masyarakat dengan suatu cara tertentu demi mencapai kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang. Dengan begitu, politik adalah sebuah institusi kebudayaan yang sejatinya bersih dan mulia.

    Politik itu sejatinya sarat akan nilai-nilai nan luhur. Merujuk pada pandangan Harold Lasswell (dalam Budiharjo:2003), paling tidak ada delapan nilai yang terkandung dalam politik.

    Sejumlah nilai itu adalah kekuasaan, pendidikan/penerangan (enlightenment), kekayaan (wealth), kesehatan (well-being), keterampilan (skill), kasih sayang (affection), kejujuran (rectitude), dan respek (respect).

    Nilai-nilai itulah yang akan diimplementasikan secara merata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara legal, rasional yang dilandasi oleh prinsip moral.

    Dalam konteks sekolah, mengingat betapa pentingnya politik dalam kehidupan bersama karena sarat akan nilai-nilai kehidupan nan luhur dan masih minimnya pemahaman siswa akan hakikat substansi politik yang terekspresi dalam pandangan mereka bahwa politik itu kotor, melakukan edukasi politik di sekolah menjadi hal yang mutlak dilakukan.

    Pendidikan politik yang sehat harus diberikan kepada para siswa sejak dini. Ini sangat penting sebagai landasan pengetahuan tentang hakikat politik yang sesungguhnya.

    Selain itu, edukasi politik ini penting sebagai upaya untuk membangun karakter dan pembinaan karakter jiwa nasionalisme-patriotisme sebagai generasi penerus dan pemegang tongkat estafet pembangunan bangsa.

    Materi pendidikan politik di sekolah dapat diintegrasikan  dalam setiap mata pelajaran, utamanya pada mapel PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).

    Selain itu, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dapat dijadikan wadah strategis bagi sekolah untuk melaksanakan pendidikan politik bagi para siswanya.

    Dalam pemilihan ketua OSIS misalnya, mekanisme itu dapat dijadikan ajang praktik kongkret pendidikan politik di sekolah.

    Momen pemilihan ketua OSIS dapat dijadikan sarana pembelajaran kongkret praktik berdemokrasi di sekolah dengan mempraktikkan asas-asas demokrasi yang berpatokan pada Pancasila dan UUD 1945.

    Catatan Penutup

    Pendidikan politik di kalangan siswa wajib dilakukan sebagai landasan pengetahuan tentang politik, pengetahuan untuk mendewasakan politik, serta bagaimana menanamkan jiwa politik yang substantif di kalangan siswa.

    Pendidikan politik di kalangan siswa menjadi urgen agar mereka mampu memahami hakikat politik, mengubah pemahaman politik dari negatif ke positif untuk mewujudkan demokrasi yang santun, dan menempatkan politik sebagai sesuatu yang indah.

    Di tahun politik saat ini, apalagi menjelang pelaksanaan pilres dan pilkada serentak 2024, (serta menyongsong Indonesia Emas 2045), pendidikan politik bagi siswa yang banyak di antara mereka tercatat sebagai pemilih muda/pemilih pemula menjadi sangat penting.

    Para guru mesti mengimbau para siswa yang telah mempunyai hak pilih untuk menggunakan hak pilihnya saat Pemilu 2024 dengan hati nurani, mengecek rekam jejak kandidat bacapres-bacawapres, prestasi, visi-misi, dan program kerja dari para calon.

    Dengan adanya pendidikan politik yang komprehensif-holistik bagi pemilih pemula ini diharapkan mampu meningkatkan partisipasi politik siswa (pemilih pemula), mendorong siswa untuk mewujudkan dinamika politik yang mencerminkan budaya dan etika politik dalam upaya menciptakan iklim politik yang sejuk, demokratis, sehat, santun, dan dinamis.

    Pendidikan politik di sekolah adalah kemutlakan. Pendidikan politik yang baik dan sehat diyakini akan membentuk generasi muda penerus bangsa yang sadar akan politik dan mampu menumbuhkan iklim politik yang kondusif sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semoga demikian!

    Oleh: Y Priyono Pasti
    Penulis Alumnus USD Yogya, Guru di SMP/SMA St. F. Asisi
    Pontianak – Kalimantan Barat

    Gereja Sebagai Kunci Pertama untuk Memperkuat Spiritualitas Masyarakat, Momen Persemian Gereja Trans SP I

    Foto: Trans SP I - Sumber Cinda KOMSOS Singkawang (10/12)

    MAJALAHDUTA.COM, BENGKAYANG– Bertempat di Gereja Katolik Santa Maria Trans SP I Capkala Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang pada 10 Desember 2023. Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus memberkati Gereja dan diresmikan langsung oleh Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis.

    Ini merupakan rangkaian kegiatan Uskup Agustinus dalam mengunjungi wilayah Capkala sejak 09-10 Desember 2023.

    Hari sebelumnya, Uskup memberkati Gereja Santo Marius Trans SP II dan malamnya meresmikan rumah singgah di Capkala, kemudian hari kedua Uskup Agustinus memberkati gereja Stasi Santa Maria di Trans SP I.

    Gereja mungil nan indah

    Gereja yang diberkati dan diresmikan ini tidaklah terlalu besar, gereja ini dirancang untuk sekitar 50an kepala keluarga. Tampilannya sederhana, sesuai dengan layaknya sebuah kapel ditengah desa. Warna yang enak dipandang selaras dengan bentuk bangunan. Interior dalam gereja dibuat sedemikian rupa sehingga keselarasan liturgis dan ruang menjadi warna tersendiri.

    Itulah yang Uskup Agustinus tekankan dalam penyambutannya. Dia sengaja menyinggung kaum-kaum pejabat yang kikir untuk rumah ibadah. Uskup Agustinus dengan tegas mengatakan, untuk masyarakat kampung justru mesti memberikan yang terbaik, bukan memberikan sisa.

    “Saya bangga dengan usaha umat yang luar biasa dengan jerih payahnya, mencari dana untuk pembangunan Gereja stasi ini. Memang untuk orang kampung harus berikan yang terbaik. Karena saya berasal dari kampung, maka saya tahu bahwa memberi untuk orang kecil harus lah terbaik,” tegas Uskup Agustinus (10/12).

    Menurutnya, banyak pemangku kepentingan mengalirkan dana hibah untuk gereja-gereja dengan setengah hati, sambil menyinggung pelangalamannya kepada orang yang katanya menyumbang untuk di salah satu stasi di Keuskupan Agung Pontianak.

    Foto: Uskup Agustinus tengah memberkati orang tua, sambil membagikan sedikit angpao kepada umat (10/12)

    Uskup Agustinus juga berterima kasih atas perhatian Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis yang selama peresmian daerah Bengkayang, tidak pernah absen satu kalipun.

    “Banyak-banyak pejabat, saya merasa nyaman dengan Pak Darwis ini,” kata Uskup Agustinus sambil senyum sembari memandang Bupati Darwis.

    Swadaya dan ketekunan umat

    Pastor Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang, Pastor Joseph Juwono OFMCap dengan bangga menyampaikan dalam sambutannya, tentang kegigihan dan ketekunan umat di ini untuk membangun gereja. Dia menceritakan bahwa di stasi inilah satu-satunya pemimpin umatnya adalah wanita.

    Pastor Joseph OFMCap juga menyinggung gambaran perkembangan stasi ini dimana cikal bakal gereja ini semula hanya terdiri dari beberapa kelompok keluarga kecil saja. Dia pun mengatakan khusus stasi ini, yang terlibat aktif dan konsisten untuk ke gereja hanya kaum ibu-ibu.

    “Jujur saya katakan Bapa Uskup, stasi ini adalah stasinya ibu-ibu. Karena merekalah yang lebih berperan aktif daripada bapak katoliknya. Oleh karena itu, stasi ini dinamakan stasi Santa Maria. Karena peran ibu-ibu lah sebagaimana teladan Santa Maria yang setia kepada jalan Tuhan hendaknya menjadi teladan juga untuk umat disini,” kata Pastor Joseph OFMCap.

    Dia juga tidak lupa untuk berterima kasih kepada para donatur dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembangunan Gereja ini.

    Sejalan dengan itu, Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya adanya rumah ibadah ini sebagai kunci pertama untuk membangun mental dan spritualitas agar masyarakat kuat dan tekun.

    Foto: Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis dan Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus membuka plang nama Stasi Santa Maria Trans SP 1 (10/12)

    Dekat dengan Jubata

    Hanya dengan dekat ‘Jubata’ (bahasa Dayak Kanayatn, artinya Tuhan) kualitas hidup kita akan menjadi lebih baik.  Dia juga berpesan kepada para bapak katolik untuk mulai aktif kembali dan mendampingi ibu katolik untuk kemajuan iman dan penguatan mental secara berkelanjutan.

    “Jangan sampai hanya ibu-ibu saja yang aktif, tetapi bapak katolik harus mendampingi dan turut terlibat untuk aktif melayani. Siapa lagi kalau bukan kita,” kata Darwis (10/12).

    Upacara pemberkatan dan peresmian gereka katolik Santa Maria Trans SP I ini dilanjutkan dengan penandatangan prasasti dan pembukaan plang nama sebagai tanda resmi digunakan dan dioperasikan untuk perkembangan iman.

    Kemudian acara puncak ditutup dengan ekaristi kudus bersama umat yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, kemudian didampingi oleh Pastor Paroki Singkawang, Pastor Joseph Jowono OFMCap, Pastor Rekan ada Pastor Sambri OFMCap dan Pastor Daniel Zebua OFMCap.

    Seperti biasa, dimana Uskup Agustinus mengunjungi umatnya disana dia memberkati anak sekaligus membagikan angkao bagi anak-anak, tidak hanya itu, bahkan orang tua juga dibagikan kepada mereka sembari menerima berkat langsung oleh Uskup Agustinus.

    Penghujung acara, semua umat diajak untuk makan siang bersama dan karoke sambil menikmati minggu adven ke dua dengan udara dingin sepoi-sepoi di tengah desa waktu siang hari.

    By. Samuel- KOMSOSKAP
    Sumber: Liputan 

    Adanya Partisipasi Umat Capkala Pembangunan Rumah Singgah, Uskup Agustinus Beri Berkat dan Apresiasi

    Foto: Suasana pemberkatan Rumah Singgah di Gereja Stasi Gregorius Agung Capkala (KOMSOSKAP)

    MAJALAHDUTA.COM, Bengkayang – Masih dalam rangkaian yang sama, setalah pemberkatan Gereja Santo Marius di Trans SP II, kepulangan rombongan Uskup Agustinus menuju Capkala kurang lebih 1 jam, dengan perjalanan sebagian berbatu dan berlubang lumpur.

    Untung saja perjalanan kami tidak terjebak hujan. Namun tidak perlu khawatir, memang setiap pemberkatan Gereja bahkan kunjungan Uskup Agustinus biasanya hujan seolah tertahan diatas hingga berakhirnya acara.

    Lanjut lagi, karena kerinduan umat begitu besar kepada kehadiran Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus, maka sore hari tepat pukul 18.00 WIB pada Sabtu 09 Desember 2023 dilangsungkan perayaan ekaristi bersama umat Gereja Katolik Santo Gregorius Agung Capkala.

    Dulu gereja itu diberkati juga oleh Uskup Agustinus tepat pada 2 Juni 2018 dan diresmikan oleh Plt Bupati Bengkayang yang waktu itu oleh Agustinus Naon. Ternyata kenangan memori itu tersimpan hingga hari ini. Banyak umat yang merindukan lantunan pantun Uskup Agustinus, rindu juga dengan suara nyanyiannya.

    Foto: Kenangan Prasasti Pemberkatan Gereja Capkala (KOMSOSKAP)

    Oleh karenanya, Uskup Agustinus memberikan waktu dan hatinya hatinya untuk umat di Stasi Santo Gregorius Agung Capkala.

    Bagaikan sebuah peribahasa, sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Mengapa tidak? Usai pemberkatan Gereja di siang hari, kini usai perayaan ekaristi kudus bersama Bapa Uskup melanjutkan pemberkatan untuk Rumah Singgah persis di bawah Gereja Stasi Santo Gregorius Agung Capkala.

    Dalam sambutannya Uskup Agustinus mengapresiasi kinerja umat dalam usahanya membangun rumah singgah untuk para imam Paroki yang berkunjung di wilayah Capkala. Menurutnya, justru harus demikian karena ini juga merupakan tanggungjawab umat.

    “Bahkan pendidikan imam, makan imam dan fasilitas seharusnya umat terlibat untuk memikirkannya,” kata Uskup Agustinus (09/12).

    Sebagaimana yang diharapkan oleh sebagian besar umat, adanya rumah singgah ini nantinya diharapkan bisa memberikan ruang untuk imam beristirahat usai melayani di wilayah Capkala.

    Pesan Penting untuk Umat Capkala – ‘Gereja Jangan Sampai Kosong

    Tidak sedikit juga umat yang berharap dengan adanya rumah singgah di Capkala, para imam yang berkunjung dari paroki ke kampung bisa melayani lebih banyak tempat agar pendidikan tentang kegerejaan dapat terwartakan dengan merata.

    Dalam kesempatan yang sama itu juga, Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis menggarisbawahi tentang perhatian umat untuk para imam dan gereja.

    Seperti yang dia sampaikan di pada peresmian Gereja stasi Santo Marius di Trans SP II, juga dia sampaikan kepada umat stasi Gregorius Agung Capkala tentang keterlibatan umat untuk aktif dan turut membangun desa yang dimulai dari perangkat rohani.

    Foto: Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis tengah memberi kata sambutan menjelang berkat penutup (09/12)

    “Ame sampe tampat nang aya’ nian tiap minggunya nak barisi boh,” kata Darwis dalam bahasa Dayak Kanayatn berarti Gereja jangan sampai kosong.

    Makna lanjutan yang dia maksudkan tentu partisipasi kehadiran umat menjadi fondasi pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan.

    Rumah Singgah Capkala

    Pastor Paroki Santo Fransiskus Asisi Singkawang, Pastor Joseph Juwono OFMCap dengan tampak haru, dia mengucapkan terima kasih banyak kepada umat di Capkala yang dengan penuh perhatian memikirkan kebutuhan imam-imam paroki.

    Dia juga berharap semoga dengan adanya rumah singgah itu, pelayanan mereka semakin menyebar luas ke pelosok desa daerah Capkala.

    Jika dilihat, rumah singgah di sana tidaklah megah dan besar, namun secara desan dan tata ruang sudah cukup elegant. Ada dua kamar, satu kamar ber-AC, kemudian satu kamarnya dengan dua tempat tidur. Ruang tengah juga luas, ditambah adanya asesoris untuk dapur, lengkap wastafel, kompor dan satu toilet lengkap untuk mandi.

    Foto: Foto bersama usai berkat penutup, ada Uskup Agung Pontianak, Pastor Paroki Singkawang, Rekan Pastor Paroki Singkawang, Bupati Bengkayang, Sekda Bengkayang (09/12)

    By. Samuel – KOMSOSKAP
    Sumber: Liputan

     

    Kemanusiaan Melampaui Perbedaan Agama, Uskup Agustinus Resmikan Gereja yang Merangkai Kekuatan Bersama

    Foto: Uskup Agustinus memerciki Gedung Gereja Stasi Santo Marius didampingi oleh Pastor Rekan Paroki Singkawang, Pastor Sambri OFMCap (09/12/2023)

    MAJALAHDUTA.COM, Bengkayang– Jejak titian jalan dengan bumbu rontok gerigi jalan, membuat perjalanan menuju lokasi Trans SP. II di dareah Kabupaten Bengkayang lumayan terasa panjang. Ada mobil yang terjebak dibawah lubang kubahan air, ada juga motor yang terperangkap oleh bubur  jalan.

    Daerah ini memang sejatinya berada diwilayah Kabupaten Bengkayang oleh sebab itu, tak heran Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis menaruh perhatian khusus kepada setiap daerah-daerah terpencil diwilayahnya. Dengan momen dan kesempatan itu tak heran jika Darwis turut hadir dalam kegiatan Uskup Agustinus untuk memberkati Gereja Katolik Santo Marius Trans SP. II yang berada di Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang pada 09 Desember 2023.

    Dalam sambutan Pastor Paroki Pastor Joseph Juwono, OFMCap  mengucapkan banyak terima kasih kepada para donatur dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembangunan gereja ini.

    “Selama kunjungan saya di stasi ini, saya merasakan sebuah kerinduan yang besar dari umat untuk memiliki gereja. Sebagai penduduk trans dari berbagai tempat, kerinduan dan kehausan itu kini mereka buktikan dengan gotong royong membangun gereja stasi ini,” kata Pastor Joseph Juwono OFMCap.

    Foto: Bupati Bengkayang , Sebastianus Darwis tengah memberikan kata sambutan (09/12)

    Pemberkatan dan peresmian

    Pemberkatan dilakukan langsung oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus dan diresmikan oleh Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis

    Pada pukul 10.00 wib dengan alunan musik tradisional khas Dayak Kanayatn maka  seperti acara sakral yang lainnya, ada dilakukan penyambutan tarian pembukaan oleh Orang Muda Katolik (OMK) yang datang dari stasi Capkala untuk turut berpartisipasi.

    Uskup Agustinus didampingi oleh Bupati Bengkayang beserta istri, dan seluruh umat mulai memasuki  Stasi Santo Marius usai pemotongan bambu oleh Uskup Agung Pontianak.

    Dalam pengakuannya, Uskup Agustinus dengan terang-terangan mengatakan Gereja itu tidak terlalu besar, namun ada serasi antara warna dan bentuk gereja yang dibuat oleh tangan-tangan kasih yang terlibat didalamnya.

    Dengan cat kuning dan list coklat, lonceng gereja tampak berada pada sisi kanan jika dilihat dari depan ditambah sayap kanopi terbentang dari dua sisi mendambah anggunnya gereja mungil itu.

    “Saya setuju, memang kita harus memiliki keterlibatan secara bersama-sama untuk membangun gereja ini. Kerja sama yang kompak membuat tampilan gereja stasi ini anggun,” tutur Uskup Agustinus (09/12).

    Dia juga menambahkan untuk memupuk iman Katolik memang harus ditunjukkan pula dengan perbuatan nyata dari hasil keteguhan iman yang dilakukan oleh umat stasi.

    Misalnya dengan bekerja dan gotong royong untuk membangun gereja. Hal itu justru gambaran cinta dan kesetiaan umat kepada Allah.

    “Dulu kalau saya masih kecil, gereja selalu disebut dengan tempat untuk sembayang. Kalau dilihat dari makna bahasanya dapat berarti tempat manusia untuk menyembah “Yang” besar, agung dan mulia,” kata Uskup Agustinus dalam homilinya (09/12).

    Dia juga mengukuhkan umat untuk tetap mengandalkan Tuhan apapun kondisinya. Sebagai lanjutan dari itu, Uskup Agustinus menggarisbawahi bahwa dalam ajaran Gereja Katolik terdapat rumusan iman kepada Kristus. Rumusan itu tidak lain merupakan rangkaian doa dalam kutipan syahadat para rasul dalam baitnya.

    Foto: Gereja tampak dari sudut kanan (09/12)

    “ ‘Aku percaya akan Roh Kudus, persatuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal.’ Ini sangat jelas dikatakan bahwa kebermaknaan hidup kita dimulai dari penghayatan akan penderitaan hingga kematian agar menuju pada harapan untuk kehidupan kekal,” pungkas Uskup Agustinus dalam perayaan misa usai pemberkatan.

    Jangan biarkan gereja kosong

    Sebastianus Darwis yang sejatinya memiliki perhatian khusus untuk rumah ibadah apapun, selalu berpesan hal yang sama yakni jangan biarkan rumah ibadah itu kosong. Susah payah dibangun dengan gotong royong baik antara donatur dan umat, ataupun pemerintahan dan paroki.

    Menurut Darwis keberadaan gereja ini menjadi rangkaian perjalanan iman yang akan terukir di Trans SP II Bengkayang. Untuk itu, memang perlu dibuat sebuah rumah ibadah yang cukup menampung umat yang tinggal dan menetap di stasi ini.

    “Sebagai hadiah natal, saya juga sedang mengerjakan aliran listrik untuk daerah ini. Tapi ingat, jangan biarkan gereja kosong,” kata Darwis dalam sambutannya (09/12).

    Kegiatan hari itu dibumbui dengan kehadiran umat lain, baik Protestan maupun Islam. Hari itu tampak jelas bukan soal pagar yang dikaitkan dengan agama lagi, melainkan ini bicara tentang persaudaraan dalam kemanusiaan yang kebetulan berbeda agama. Untuk wilayah ini, jelas sekali perbedaan agama bukan menjadi masalah, tetapi justru sebagai rajutan kekuatan saudara dalam perbedaan keyakinan.

    By. Samuel – Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak
    Sumber: Liputan di Trans SP II – Paroki Singkawang – Kab. Bengkayang

    Martir Vietnam Santo Simon Hoa, Dokter dan Walikota, Diakui oleh Santo Paus Yohanes Paulus II

    Orang Kudus Hari Ini : Santo Simon Phan Ðac Hòa, Martir - Paroki Santo ... Sumber: osj indonesia

    MAJALAHDUTA.COM, SPRITUALITAS– Hari ini, umat Katolik merayakan Martir Vietnam, Santo Simon Phan Ðac Hòa, yang lebih dikenal sebagai Santo Simon Hoa atau Santo Hoa.

    Hari ini pula umat Katolik merenungkan pengorbanan dan kesaksian iman Santo Simon Hoa, yang mengilhami generasi-generasi berikutnya untuk tetap teguh dalam iman dan pelayanan kepada sesama.

    Beliau adalah salah satu dari Para Martir Vietnam yang dikanonisasi oleh Santo Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 19 Juni 1988.

    Santo Simon Hoa bukan hanya seorang pelayan gereja, tetapi juga seorang dokter dan walikota yang berdedikasi, bekerja bersama para misionaris di vikariat apostolik Cochinchina, yang kini menjadi bagian dari Vietnam.

    Lahir pada tahun 1787 di Mai Vinh, Thua Thiên, Vietnam, Santo Simon Hoa mengabdikan hidupnya untuk melayani masyarakat dan mempraktikkan iman Katoliknya.

    Pada tanggal 12 Desember 1840, di An Hòa, Quang Nam, Vietnam, Santo Simon Hoa menghadapi takdirnya sebagai Martir Kristus, meninggal dengan lehernya terpenggal.

    Pengakuan Santo Paus Yohanes Paulus II terhadap Santo Simon Hoa pada 19 Juni 1988, memperkuat kehadiran spiritual dan inspirasi iman bagi umat Katolik di Vietnam dan seluruh dunia.

    Orang yang Tulus Memandang Wajah-Nya, Simaklah Kutipan Mazmur ini

    Foto Kecil Mazmur - Sumber: KitabSuci

    MAJALAHDUTA.COM, PENGUAT HARI- Kita tidak luput dari pengalaman yang melemahkan mental.

    Pengalaman itu membuat kita putus asa bahkan tidak lagi percaya dengan realitas dunia sekalipun itu baik untuk hidup.

    Dalam kondisi yang tak pantas ini, apakah kita masih memiliki harapan dengan suasana hati yang lebih berseri?

    Mari kita baca tiga kutipan Mazmur yang mungkin mengingatkan kita tentang perjuangan akan harapan cinta Tuhan.

    …orang yang bersih tanganya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia… (Mazmur 24: 4-5)

    ….Tuhan akan menyelesaikannya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!….
    (Mazmur 138:8)

    ….Sebab Tuhan adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya….
    (Mazmur 11:7)

     

     

    Paus Bersyukur untuk 60 Tahun Hubungan Diplomatik antara Vatikan dan Korea Selatan

    2023.11.26 Angelus (VATICAN MEDIA Divisione Foto) (Sumber: Vatikan Media)

    MAJALAHDUTA.COM, VATIKAN– Paus Fransiskus menyampaikan pesan kepada Uskup-uskup Korea dalam rangka peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara Republik Korea dan Takhta Suci.

    Paus berharap agar kedua pihak dapat terus mengembangkan hubungan persahabatan mereka dan bekerja sama untuk perdamaian dan rekonsiliasi di Semenanjung Korea.

    Paus Fransiskus mengirimkan pesan kepada Presiden Konferensi Waligereja Katolik Korea (CBCK), Uskup Matthias Ri Iong-Hoon dari Suwon, untuk menyampaikan “ucapan selamat yang tulus” dan jaminan “kedekatan spiritualnya” saat mereka merayakan 60 tahun hubungan diplomatik antara Republik Korea dan Takhta Suci.

    Korea Selatan dan Vatikan secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1963.

    Sejak itu, hubungan keduanya tetap erat, dengan Paus Santo Yohanes Paulus II mengunjungi negara tersebut dua kali pada tahun 1984 dan 1989, dan Paus Fransiskus pada tahun 2014 dalam rangkaian Hari Pemuda Asia ke-6.

    Bekerja Sama untuk Perdamaian di Semenanjung Korea

    Peringatan tersebut ditandai dengan Misa syukur khusus yang dipimpin oleh Uskup Ri Iong-Hoon di Katedral Myeongdong di Seoul pada hari Senin.

    Dalam pesannya yang dibacakan selama perayaan oleh Nuncio Apostolik untuk Korea, Uskup Agung Fernando Duarte Barros Reis, Paus Fransiskus menyatakan harapannya agar Korea Selatan dan Takhta Suci terus mengembangkan hubungan persahabatan mereka dan bekerja sama untuk perdamaian dan rekonsiliasi di Semenanjung Korea.

    Rasa Syukur untuk Berbagai Anugerah yang Diterima Komunitas Katolik di Korea

    Paus menulis bahwa ia dengan senang hati “meresapi” rasa syukur Waligereja Korea yang disampaikan dalam Ekaristi yang khusyuk.

    “Khususnya, kita dapat bersyukur atas penyebaran Injil, pertumbuhan Gereja lokal, dan kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat Korea,” kata Paus.

    Dia juga percaya bahwa “pengaruh ini akan terus menghasilkan buah budaya dan rohaniah, terutama bagi mereka yang terpinggirkan, miskin, dan tanpa harapan.”

    Kenangan Manis dari Perjalanan Apostolik 2014

    Paus Fransiskus dengan penuh kenangan mengingat Perjalanan Apostoliknya ke Seoul pada tahun 2014, terutama Misa yang dipimpinnya untuk beatifikasi Martir Korea yang,” katanya.

    “Dengan cinta kepada Yesus dan keinginan mereka untuk menyebarkan Kerajaan Tuhan, memberikan hidup mereka di tanah ini dan menanam benih bagi apa yang telah menjadi Gereja yang berkembang dan berkembang,” tambahnya.

    Antisipasi untuk WYD 2027 di Korea Selatan

    Paus juga menyatakan antisipasinya untuk Hari Pemuda Sedunia (WYD) 2027, berdoa agar para pemuda terus memberikan “kesaksian berharga untuk Kristus” saat mereka bersiap-siap untuk acara tersebut.

    Seoul telah dipilih sebagai tuan rumah WYD berikutnya, menjadikannya tuan rumah kedua di Asia setelah Filipina pada tahun 1995.

    Menutup pesannya, Paus Fransiskus menyerahkan “Negara ini kepada perantaraan Martir-martir Korea dan Maria, Bunda Gereja,” dan memberikan berkatnya sebagai jaminan rahmat dan perdamaian dalam Tuhan Yesus Kristus.

    Editor: Samuel-KOMSOS Keuskupan Agung Pontianak
    Sumber: Lisa Zengarini Vatikan News

    TERBARU

    TERPOPULER