Duta, Pontianak | Kamis, 15 Mei 2025 – “Adil ka Talino, Bacuramin ka Saruga, Basengat ka Jubata, Arus, arus, arus….”
“Betungkaet Ke Adaet, Bepegaet Ke Baso, Besandieh Ke Petaro’ Kuuuuurrr Semungaaet….”
Ratusan peserta dari berbagai wilayah memadati Rumah Radakng, Pontianak, untuk mengikuti technical meeting menjelang rangkaian perlombaan dalam Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-39.
Acara tersebut menjadi momentum penting untuk memastikan kelancaran dan ketertiban seluruh lomba yang akan digelar selama perayaan budaya terbesar masyarakat Dayak ini.
Acara technical meeting dibuka secara resmi oleh Ketua Panitia PGD ke-39, Adv. Martinus Sudarno, SH., yang menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya kepercayaan diri, kedisiplinan, serta komitmen menjaga nama baik budaya Dayak.
“Salah satu kelemahan orang Dayak itu adalah minder. Padahal kita harus yakin, percaya diri, dan mampu jadi yang nomor satu,” tegas Sudarno, (15/05).
“Technical meeting ini wajib disimak baik-baik. Tahun ini aturan sangat ketat. Jika tidak mengikuti pengarahan panitia, akan berakibat fatal.”
Dalam pernyataannya, Sudarno juga memperingatkan bahwa siapa pun yang menyebarkan informasi negatif atau suara sumbang terkait pelaksanaan PGD ke-39 akan dikenakan sanksi adat Dayak Ketungau.
“Tolong suarakan hal-hal baik. Barang siapa yang memviralkan hal negatif, saya akan hukum dengan adat Dayak Ketungau,” ujarnya dengan tegas.
Dia juga menambahkan bahwa Gawai ini akan ditetapkan sebagai Pekan Tetap oleh Menteri Pariwisata.
“Ini adalah momentum besar, mari dukung bersama,” tambahnya.

Penegasan Disiplin dan Identitas Kultural
Hadir pula dalam kegiatan ini, Bendahara PGD, Marselina MS, S.Hut, yang juga mewakili Ketua Sekberkesda, menyampaikan penekanan pada aspek kedisiplinan dan kesungguhan menjaga nuansa budaya Dayak.
“Tahun ini memang agak ketat. Semua peserta wajib menggunakan busana adat Dayak. Minimal mengenakan rompi Dayak sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya kita,” jelas Marselina.
Dia juga menegaskan bahwa tidak ada ruang untuk sogokan. Perlombaan ini harus sportif. Marselina mengatakan bahwa semua melalui proses penuh perjuangan — mengeluarkan tenaga, biaya, dan pikiran.
“Maka, mari kita jaga kejujuran dan integritas,” tambahnya.
Marselina juga meminta seluruh panitia untuk bekerja tegas dan disiplin, demi menjaga martabat acara dan menghargai upaya seluruh peserta.

Ajakan untuk Berkolaborasi dan Mempromosikan Budaya Dayak
Acara ini juga diarahkan langsung oleh Koordinator PGD ke-39, Yosef Salvator Ricky, S.Sn., yang akrab disapa Iik. Ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak serta penggunaan media sosial untuk memperluas jangkauan acara ke ranah nasional dan internasional.
“Mohon kerjasamanya, ini milik kita bersama. Baik atau tidaknya acara ini adalah cerminan kita sendiri,” ungkap Iik.
“Gunakan tagar resmi #PGD392025 dan tandai Sekberkesda serta Kementerian Kebudayaan Nasional. Jangan hanya offline, kita juga aktifkan kanal YouTube Sekberkesda,” tambah Iik.
Iik juga menyampaikan informasi penting mengenai berbagai lomba yang akan digelar, antara lain: karnaval budaya, sastra lisan, lomba lagu, tari, busana anak, bujang dara, melukis prisai, tato, menumbuk padi, sumpit, pangka gasingk, hingga menangkap babi.
Menutup pertemuan itu Marselina menambahkan informasi bahwa para peserta yang mengikuti lomba bujang dan dara juga merupakan wakil dari Putra Putri Budaya Indonesia yang tahun lalu digelar di Palu dan tahun ini akan diselenggarakan di Yogyakarta.
Sebagai informasi, Jody (Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo) juara bujang PGD 2024, berhasil meraih juara 3 tingkat nasional, sementara Bulan (Universitas Tanjung Pura), dara PGD 2024, mendapat predikat juara favorit nasional.
Usai pengarahan umum, seluruh peserta kemudian diarahkan menuju posko masing-masing perlombaan untuk menerima petunjuk teknis lanjutan.
By. Sam | Panitia Publikasi, Humas dan Dokumentasi.




