Duta, Pontianak | Rabu 14 Mei 2025 — Hanya dalam hitungan hari, Pekan Gawai Dayak Kalimantan Barat ke-39 akan resmi dibuka. Festival tahunan yang sarat makna budaya ini akan dibuka secara khidmat dengan Misa Kudus oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, pada tanggal 16 Mei 2025, menandai dimulainya perayaan yang akan berlangsung hingga 25 Mei 2025.
Pekan Gawai Dayak bukan sekadar festival, melainkan sebuah napas panjang dari warisan leluhur yang terus dijaga dan dirayakan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Barat dan sekitarnya. Dalam balutan musik gong, tarian, dan aroma ketan, masyarakat menyatu dalam syukur atas panen yang melimpah dan harapan akan masa depan yang harmonis.
Sebagai bagian dari persiapan akhir, pada Rabu malam, 14 Mei 2025, telah dilaksanakan rapat koordinasi bersama para seksi acara perlombaan, bertempat di Rumah Betang Sutoyo, Pontianak. Rapat tersebut dipimpin oleh Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut, selaku Bendahara Pekan Gawai Dayak Kalimantan Barat ke-39, yang membawahi langsung seksi acara perlombaan.
Dalam suasana penuh semangat dan kekeluargaan, rapat itu tidak hanya merekap kesiapan teknis perlombaan, tetapi juga menjadi ruang pengarahan demi memastikan bahwa seluruh rangkaian acara dapat berjalan tertib dan lancar. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Pantia Pekan Gawai Dayak 2025, Yohanes Budiman, S.Ip, M.Si., yang diminta memberikan pengarahan langsung kepada para panitia.

“Kehadiran Pak Yohanes memberikan penguatan dan arah yang sangat dibutuhkan menjelang hari pembukaan,” ujar Marselina, dalam rapat di Rumah Betang Sutoyo, (14/05).
Dari tahun ke tahun, tampak bahwa rangkaian perlombaan juga menjadi daya tarik utama bagi masyarakat luas (semua kalangan) menjadi salah satu wahana memperkenalkan kekayaan budaya Dayak kepada generasi muda dan para pengunjung dari berbagai daerah. Mulai dari lomba tarian tradisional, permainan rakyat, hingga pertunjukan khas Dayak—semuanya telah dipersiapkan dengan matang.
Di tengah derasnya arus modernisasi, Pekan Gawai Dayak ke 39 (2025) hadir kembali sebagai penyeimbang dan harmoni semesta, sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Panitia Martinus Sudarno, bahwa Pekan Gawai Dayak menjadi warisan budaya tak benda harus selalu dilestarikan.
Hal itu menunjukkan sebuah pengingat tentang akar budaya dan fondasi yang harus terus dijaga agar tidak lekang dimakan zaman. Di balik gegap gempita panggung utama, ada kerja senyap penuh dedikasi dari panitia termasuk didalamnya segenap seluruh elemen panitia yang memastikan roda gawai tahun ini berputar dengan baik.
Nantikanlah perhelatan budaya ini untuk menyelami kembali nilai-nilai kearifan lokal yang mengikat nurani sebagai bagian dari satu tanah, satu jiwa, satu darah dan kita adalah Indonesia. Semangat!!!
By. S_Panitia Publikasi, Humas, Dokumentasi




