Sunday, September 21, 2025
More

    Investasi Generasi Y dan Z di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Duta, Pontianak | Kondisi perekonomian global saat ini tengah berada dalam fase yang penuh ketidakpastian, beberapa faktor pemicu nya antara lain, konflik geopolitik yang tiada berkesudahan, perang dagang yang beresiko memperlambat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Masyarakat tanah air sendiri sangat merasakan dampak langsung inflasi contohnya, melemahnya daya beli, serta semakin tingginya biaya hidup.

    Di tengah ketidakpastian ini, masyarakat dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga stabilitas keuangan dan mengamankan aset mereka dari potensi risiko. Investasi yang sejatinya menjadi instrumen penting untuk membangun kesejahteraan jangka panjang, justru dipersepsikan sebagai aktivitas berisiko tinggi oleh sebagian masyarakat.

    Berdasarkan data BPS (2020), saat ini di Indonesia didominasi oleh generasi Z dengan jumlah penduduk sebanyak 74,93 juta atau 27,94% dari total penduduk, diikuti generasi milenial yang juga mendominasi populasi Indonesia, dengan jumlah sekitar 69,38 juta atau 25,87%, kemudian Generasi X sekitar 58,65 juta atau 21,88%.

    Karakteristik Generasi Y dan Z dalam Investasi

    Menurut survei global maupun nasional, mayoritas pelaku investasi saat ini berasal dari kalangan Generasi Y (milenial) dan Generasi Z. Fenomena ini sejalan dengan karakteristik kedua generasi tersebut yang sangat dekat dengan teknologi digital, adaptif terhadap perubahan, serta memiliki preferensi pada instrumen investasi yang praktis, cepat diakses, dan berbasis teknologi.

    Generasi Y cenderung memandang investasi sebagai sarana untuk mencapai stabilitas finansial jangka menengah hingga panjang, sementara Generasi Z lebih berorientasi pada hasil yang cepat, berani mengambil risiko, dan tertarik pada instrumen berisiko tinggi seperti saham teknologi, cryptocurrency, maupun platform peer-to-peer lending.

    Karena kedekatan mereka dengan teknologi, pola pikir finansial yang berbeda dibanding generasi sebelumnya, serta pengaruh media sosial dan komunitas digital telah membentuk tren baru dalam dunia investasi, yaitu meningkatnya minat pada instrumen digital sebagai alternatif dari investasi konvensional.

    Segera Daftarkan diri Anda. 

    Tantangan yang dihadapi Generasi Y dan Z dalam berinvestasi di kondisi sekarang

    1. Harga kebutuhan pokok yang terus meningkat membuat daya beli masyarakat melemah. Generasi Y, yang banyak sudah berkeluarga, sering kali harus mendahulukan kebutuhan sehari-hari dibanding menyisihkan dana untuk investasi. Generasi Z pun terhimpit oleh biaya pendidikan, transportasi, hingga gaya hidup digital.
    2. Fluktuasi harga saham, obligasi, dan aset kripto sangat ekstrem. Generasi Y cenderung menahan diri, sedangkan Generasi Z berani mengambil risiko namun kerap tanpa analisis yang memadai. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi kerugian.
    3. Banyak generasi muda berinvestasi tanpa pemahaman mendalam tentang diversifikasi, manajemen risiko, atau fundamental instrumen. Rendahnya literasi keuangan membuat mereka rentan terhadap investasi bodong maupun spekulasi jangka pendek.
    4. Tekanan gaya hidup menjadi tantangan nyata. Generasi Y berusaha tampil mapan dengan rumah dan kendaraan, sementara Generasi Z terdorong oleh fenomena FOMO di media sosial. Alhasil, investasi sering dikalahkan oleh kebutuhan konsumsi.
    5. Meskipun banyak instrumen investasi modal kecil tersedia, masih banyak generasi muda yang beranggapan investasi memerlukan dana besar. Hambatan psikologis ini membuat mereka menunda memulai investasi.
    6. Banyaknya informasi yang menyesatkan di media sosial membuat generasi muda sulit memilah mana yang akurat. Akibatnya, keputusan investasi sering lebih dipengaruhi tren viral daripada analisis rasional.
    7. Krisis ekonomi membuat fokus generasi muda cenderung pada kebutuhan jangka pendek. Generasi Z cenderung menginginkan instant return, sementara Generasi Y sulit konsisten karena terhimpit kebutuhan keluarga.
    8. Banyak perusahaan melakukan efisiensi dengan merumahkan karyawan akibat penurunan permintaan. PHK massal ini menjadi tantangan besar bagi Generasi Y dan Z yang berada di usia produktif. Ketidakstabilan pendapatan membuat mereka sulit menyusun rencana investasi yang konsisten.
    9. Pertumbuhan ekonomi yang melambat berimplikasi pada minimnya pembukaan lapangan kerja baru. Generasi Z, yang banyak sedang memasuki dunia kerja, menghadapi persaingan ketat untuk memperoleh pekerjaan layak. Pendapatan yang tidak menentu membuat kemampuan berinvestasi pun terbatas.

    Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Dalam kondisi perekonomian yang tidak stabil, pendekatan tradisional dalam berinvestasi perlu disesuaikan. Investasi tidak lagi cukup dipandang semata-mata sebagai aktivitas menanam modal pada instrumen keuangan, melainkan harus dipahami sebagai strategi menyeluruh untuk memperkuat ketahanan ekonomi pribadi.

    Beberapa strategi yang dapat dijalankan oleh generasi Y dan Z di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini:

    1. Memperbanyak active dan passive income. Active income dapat memberikan stabilitas, sedangkan passive income menjadi penyangga tambahan yang bisa mengurangi risiko kehilangan pendapatan akibat PHK atau keterbatasan lapangan kerja. Dengan mengkombinasikan kedua income tersebut, maka dapat membangun fondasi keuangan yang lebih stabil, berkelanjutan, dan tahan terhadap risiko ekonomi.
    2. Bagi mereka yang sudah bekerja, mempertahankan pekerjaan dengan kinerja yang baik adalah bentuk investasi non-finansial yang sangat penting. Saat ini, mencari pekerjaan baru jauh lebih sulit karena banyak perusahaan melakukan efisiensi. Oleh karena itu, bekerja dengan profesionalisme, meningkatkan keterampilan (upskilling dan reskilling), serta menjaga integritas akan menjadi modal utama agar tetap bertahan di dunia kerja.
    3. Saat ini Generasi Y dan Z harus mampu mengendalikan gaya hidup konsumtif, khususnya pengeluaran yang dipengaruhi oleh tren media sosial. Prinsip sederhana seperti “menyisihkan sebelum membelanjakan” harus diutamakan agar ada alokasi dana untuk investasi rutin meski dalam jumlah kecil.
    4. Strategi utama saat ini adalah memperdalam literasi keuangan. Membaca laporan keuangan, mempelajari profil risiko, serta mengikuti edukasi finansial dari lembaga resmi dapat membantu generasi muda mengambil keputusan lebih rasional.
    5. Generasi Y dan Z sebaiknya tidak terpaku pada satu instrumen saja. Jangan hanya menyimpan uang di tabungan bank (yang bunganya kecil), atau hanya ikut tren crypto tanpa dasar. Prinsip “don’t put all your eggs in one basket” harus dipegang teguh agar kondisi keuangan lebih aman, stabil, dan tumbuh berkelanjutan.
    6. Bagi Generasi Y dan Z, emas bisa menjadi pilihan investasi yang aman, terukur, dan tahan krisis, terutama sebagai aset pelindung nilai. Tetapi sebaiknya emas dijadikan bagian dari portofolio diversifikasi, bukan satu-satunya instrumen.

    *Dr. (Cand) Angelina Carolin, S.E., M.M. adalah Dosen di Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Kampus II Pontianak, di Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe
    spot_img
    spot_img
    spot_img
    spot_img

    Latest Articles