Duta, Pontianak | Jumat 16 Mei 2025 — Rumah Radangk kembali menjadi saksi sebuah peristiwa spiritual dan kultural penting dalam pembukaan Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-39.
Misa pembukaan yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, bersama empat imam lainnya, menandai dimulainya rangkaian perayaan dengan penuh rasa syukur dan khidmat.
Dalam khotbahnya, Uskup Agustinus menyampaikan bahwa kekayaan materi bukanlah jaminan keselamatan, melainkan hati yang bersyukur dan sikap berjaga-jagalah yang menjadi kunci kehidupan sejati.
Uskup Agustinus menekankan bahwa Gawai bukan sekadar seremoni budaya, melainkan ungkapan syukur atas hasil panen, penghormatan terhadap leluhur, dan sarana mempererat tali persaudaraan.
Menurut Uskup, simbol-simbol adat yang ditampilkan bukan untuk bernostalgia ke masa lalu, tetapi sebagai pengingat akan nilai-nilai perjuangan dan belarasa para pendahulu.
Ia pun mengajak umat untuk menumbuhkan semangat keterbukaan dan kepedulian—nilai luhur yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Dayak.
Acara juga ditandai dengan pemberkatan hasil panen, diiringi doa umat yang diwakili oleh berbagai sub-suku Dayak dari Kalimantan Barat. Kehadiran mereka menegaskan semangat persatuan yang melintasi perbedaan.

Ketua Panitia PGD ke-39, Martinus Sudarno, menegaskan pentingnya menjunjung adat Dayak sambil tetap berpaut pada nilai-nilai ketuhanan. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menyukseskan PGD 2025 dengan semangat gotong royong dan kebanggaan atas identitas Dayak.
Uskup Agustinus menutup sambutannya dengan meneguhkan kembali identitasnya sebagai seorang Dayak Katolik yang berkomitmen mendidik dan membangun nilai kemanusiaan. Ia mengajak semua pihak untuk memaknai Gawai sebagai perayaan yang mempersatukan, bukan memisahkan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan minum Tuak Inas, sebagai simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap tradisi. Ini menjadi pembuka yang bermakna menuju pembukaan resmi PGD ke-39 pada 20 Mei mendatang.
Selamat Gawai Dayak! Mari rayakan dengan syukur, menjaga adat, dan menghidupkan semangat leluhur.
Sumber: Sekberkesda.





