Thursday, October 16, 2025
More

    Dari Roma ke Nusantara, Jejak Kasih Paus Fransiskus di Hati Umat Indonesia

    Duta – Jakarta, 21 April 2025 | Dunia Katolik berduka. Bapa Suci Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, berpulang pada pukul 07.35 waktu Roma (12.35 WIB), di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan.

    Kabar wafatnya baru diumumkan secara resmi oleh Kardinal Kevin Farrell, Kepala Rumah Tangga Kepausan, pada pukul 09.45 waktu Roma (14.45 WIB di Indonesia), dan tak lama kemudian menyebar luas ke seluruh dunia.

    Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), melalui Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, menyampaikan kabar duka ini dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube KOMSOS KWI.

    Mgr. Bunjamin menyatakan bahwa dirinya menerima kabar duka ini langsung dari Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo.

    “Kita sungguh-sungguh sangat berduka. Paus Fransiskus telah meninggalkan begitu banyak ajaran yang menjadi warisan berharga bagi kita semua: cinta universal, nilai Injil, persaudaraan, kepedulian terhadap lingkungan, dan yang terutama, belas kasih terhadap kaum miskin dan terpinggirkan,” ungkap Uskup Anton dalam suasana haru di Galeri Fransiskus—tempat penuh makna yang juga pernah dikunjungi Paus Fransiskus dalam lawatannya ke Indonesia, (21/04).

    Meninggal dalam Kesetiaan dan Pengabdian

    Paus Fransiskus wafat setelah sempat dirawat karena bronkitis dan pneumonia sejak Februari 2025.

    Meskipun dalam kondisi fisik yang lemah dan masih menggunakan alat bantu pernapasan, beliau tetap tampil di hadapan publik, termasuk saat menghadiri Jubileum untuk Orang Sakit dan Tenaga Kesehatan pada 5 April lalu.

    Tindakan ini dianggap sebagai bentuk pengabdian total kepada umat hingga akhir hayatnya.

    Yang menyentuh, Paus Fransiskus wafat pada hari Senin dalam Oktaf Paskah—yang dikenal sebagai Hari Paskah Kedua, simbol kebangkitan dalam iman Katolik.

    Liturgi pemakamannya pun dikabarkan akan berlangsung secara sederhana, sesuai keinginan beliau sendiri, dan berfokus pada misteri kebangkitan Tuhan.

    Gereja Indonesia Ikut Berkabung

    Paus Fransiskus memiliki hubungan istimewa dengan Indonesia. Kunjungannya pada 3–6 September 2024 lalu membawa kegembiraan besar bagi umat Katolik dan masyarakat Indonesia secara luas.

    Dalam kunjungan tersebut, ia sempat mengunjungi Masjid Istiqlal dan bertemu dengan Imam Besar Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, dalam peristiwa yang menjadi simbol kuat persaudaraan lintas iman.

    “Dalam momen yang sangat spontan dan manusiawi, Imam Besar mencium kepala Paus—dan beliau membalasnya dengan mencium tangan Imam Besar sebagai tanda kasih dan hormat. Inilah teladan dua tokoh besar agama yang menunjukkan bahwa kasih, persaudaraan, dan kedamaian bisa diwujudkan secara nyata,” kenang Uskup Anton.

    Di Indonesia sendiri, KWI dan berbagai keuskupan tengah mempersiapkan misa requiem untuk mendoakan jiwa Paus Fransiskus. Misa-misa ini akan berlangsung di seluruh keuskupan sesuai kebijakan lokal, termasuk kemungkinan misa nasional yang akan diadakan di Katedral Jakarta.

    Bapa Paus Fransiskus, Doakanlah Kami (2025)

    Konklaf dan Kehadiran Indonesia

    Proses pemilihan Paus baru (Konklaf) diperkirakan akan berlangsung antara 15 hingga 20 hari setelah wafatnya Paus.

    Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta yang kini berusia 74 tahun, termasuk dalam 120 kardinal yang memiliki hak pilih dan dipilih. Ketua KWI menyampaikan bahwa dirinya dan Kardinal Suharyo bersiap untuk berangkat ke Roma sebagai bentuk penghormatan dan partisipasi dari Gereja Katolik Indonesia.

    Belas Kasih, Persaudaraan, dan Harapan

    Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Eksekutif KWI, Romo Paulus Christian Siswantoko, menyampaikan bahwa warisan terbesar dari Paus Fransiskus adalah ajakan untuk hidup dalam iman, membangun persaudaraan, dan menumbuhkan belas kasih.

    “Tiga nilai ini—iman, persaudaraan, dan berbela rasa—bukan hanya kenangan, tapi tanggung jawab kita semua. Terutama di Indonesia yang kaya akan keberagaman, warisan ini menjadi ajakan untuk memperkuat semangat Bhinneka Tunggal Ika dan membangun perdamaian,” ujar Romo Siswantoko.

    Tahun ini, Paus Fransiskus juga telah menetapkan sebagai Tahun Yubileum: Tahun Pembebasan, dengan tema Penziarah Pengharapan – Tetaplah Berharap. Dalam suasana duka ini, Gereja diajak untuk tetap menyalakan semangat harapan dan percaya bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan baru di hadapan Tuhan.

    “Paus Fransiskus adalah gembala yang membawa harapan, terutama bagi mereka yang paling lemah dan paling kecil. Mari kita teruskan warisan itu,” tutup Mgr. Bunjamin.

    Mendiang Paus Fransiskus saat Audiensi Umum hari Rabu, 17 Januari 2024 (Media Vatikan)

    Doa dan Harapan

    Masyarakat Indonesia, khususnya umat Katolik, diimbau untuk ikut serta dalam doa dan misa requiem yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

    KWI juga menyampaikan bahwa pihak Kedutaan Vatikan di Jakarta akan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menyampaikan belasungkawa secara langsung.

    Semoga Paus Fransiskus, Sang Gembala Belas Kasih, kini beristirahat dalam damai abadi—dan doanya terus menyertai dunia dalam perjuangan menuju kemanusiaan, kebenaran, dan keutuhan ciptaan. (Samuel, Sumber: Youtube KOMSOS KWI).

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe
    spot_img
    spot_img

    Latest Articles