spot_img
Wednesday, May 31, 2023
More

    Getaran Hati Menyapa Cinta

    Oleh: Farlin Damas, MTB

    MajalahDUTA.Com, Cerpen- Kala itu, tatapanmu sungguh menggoda. Lorong-lorong yang kita lewati tiap hari menjadi saksi bisu antara kau dan aku.

    TerKadang saya bertanya dalam hati. Apakah cinta dan dosa  di balik Murninya panggilan suci ini, merupakan pengalaman manusiawi seorang religius?

    Pernahkah kau menyaksikan kolapsya lapisan kokoh sebuah bendungan oleh tekanan volume air yang kian membesar…? Tak perlu kau jawab.

    Karena kuyakin sebagian besar di antara kamu pasti belum pernah menyaksikannya. Apalagi ini cuman kata-kata kiasan tuk melukiskan suasana hatiku yang rindu akan seseorang yang tak kau kenal.

    Ya…, arus memori tentangmu begitu meluap-luap dalam hati yang terbuat dari daging dan darah ini. Album tentangmu sengaja kubuka tuk merefres kembali ingatan tentangmu. Rambut hitam sepanjang sebahu, senyum tipis yang anggun dan mempesona terlihat jelas di rautmu. Tingkahmu yang lincah dan suara selembut melodi klasik, kini bergejolak dengan hebat dalam sanubari.

    Baca juga: Cium Pertobatan

    Aku tenggelam dalam kenangan masa itu. Dengan album yang sedang kutatap sebagai pemandu petualang disetiap moment yang telah dilewati. Namun satu yang berkesan adalah: moment perjumpaan pertama kita.

    Dinginnya udara malam dan derunya hujan semakin membawaku ke dalam kekhusyukan kalbuku. Imajinasi-imajinasi liar mulai membanjiri diriku. Aku mulai  menatap kosong ketika kubuka album tentangmu. Kuakui, kau memang cantik, seksi, dan mempesona.

    Mengekang Niat

    Hari itu aku masih ingat dalam memoriku. Hari itu Senin, 3 September 2018 tepatnya  di Ruang kelas Timor, kampus PENDIKAT Yogyakarta. Momen ini sebagai  perjumpaan kita pertama. Ketika itu, engkau tampil mempesona bersama teammu yang akan memperkenalkan sebuah tarian khas daerah Lampung.

    Panorama ini masih kuingat sebagai acara pembukaan bersama dalam Kursus Bina Awal (KUBINA). Satu per satu dari kalian, mulai memperkenalkan diri usai menampilkan tarian yang dibawakan dengan penuh emosianal, epik dan ciamik. Singkatnya, performa kalian perfect gitulah.

    Dari sekian yang memperkenalkan diri, entah mengapa nama dan karakteristik pembawaanmu membelalakkan mata ku.  Suaramu terngiang di telingaku, dan kepribadianmu berkesan di hatiku.

    “Hai..perkenalkan… namaku: Pustika Dewi Ratu….” Nama akrab bisa dipanggil Dew, lho… Ucapmu penuh suka-cita dengan wajah berseri-seri. Menambah pesonamu yang istimewa. Kemudian menyebabkan riak dalam tenangnya danau hatiku dengan sejuta imajinasi. Entah mengapa, kau seakan dirasuki oleh seluruh pribadi mu.

    kau bagaikan bidadari yang turun dari surga untuk disaksikan olehku. Entah mengapa kau sendiri menonjol dalam hatiku bagaikan bintang kejora.

    Aku mulai memaksa niatku, tuk berkenalan denganmu secara pribadi setelah acara pembukaan KUBINA. Pesonamu seakan memicu adrenalinku tuk mendekatimu dengan segudang trik. Akan tetapi, aku harus mengekang niatku. Ramainya acara, riuhnya musik, dan kacaunya suasana adalah penyebab gagalnya niat ini.

    Ya… Aku harus mengurung niat. Kubiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja dengan gelombang harapan yang besar dan mengharapkan kesempatan lain tuk bertemu.

    Akhirnya perjumpaan ini berakhir dengan ajakan pulang oleh saudara-saudaraku yang belum memahami artinya cinta.  Atau mungkin juga sudah memahaminya namun sengaja mengabaikannya dengan alasan panggilan suci.

    Baiklah jika perjumpaan ini berakhir begitu saja, aku akan mengumpulkan keberanian tuk berjumpa lagi di lain waktu. Selorohku dalam batin.

    Waktu Yang Tepat Dan Jarak Yang Sakit

    Waktu telah datang dengan banyak kesempatan.  Hari Selasa dan Rabu adalah hari yang telah ditetapkan oleh para formator antar tarekat religius untuk kegiatan KUBINA, selama bulan September 2018 sampai Januari 2019.

    Itu merupakan hari-hari terindah bagiku. Bahkan kuingin menyampaikan pintaku kepada Sang Pencipta Waktu tuk memangkas hari lainnya dan menyisahkan hari Selasa dan Rabu saja. Ahhhh… sungguh konyol.

    Kini niatku terpenuhi. Aku berhasil mendekatimu. Ohh… waktu dan kesempatan ini membuat kita terlampau dekat. Kenyamanan dan kehangatan mulai tercipta antara kita. Motivasi hidup selibat terabaikan.

    Aku menatapmu saat bercumbu seakan-akan ingin membuat album dari kamera mataku kemudian kusimpan dalam memori ingatanku dan kubawa tuk menemani imajinasiku. Aku terpapar virus budak cinta alias “bucin”.

    Baca juga: Preman Berbaik Hati

    Ya, virus ini meracuni hidupku. Pilihanku menjadi dua jalur. Aku bertarung dengan kebimbangan tuk memilih, yang membuatku lelah secara spiritual. Doaku terasa hampa. Kerjaku tidak energik, dan belajarku merosot bagaikan hidup tanpa roh. Namun, Dia yang memanggil dan memilihku tak membiarkanku berlarut dengan virus itu.

    Formatorku telah mengamati gerak-gerikku dalam diam tanpa kata teguran, hingga suatu bimbingan di akhir semester masalah ini turut menjadi perbincangan serius. Dengan pengakuan yang jujur, janji, dan ketegasan pilihan menjadi hasil dari bimbingan itu. Aku keluar dengan niat untuk berubah dan kembali lagi pada maksud dan tujuan kedatanganku di rumah formasio MTB.

    Aku terpaksa harus menjaga jarak yang membuatmu bertanya-tanya. Maafkanlah aku,  bila itu menyakitimu. Namun sesungguhnya bukan niatku tuk menyakitimu. Hasrat tuk memilikimu mulai kupendam. Jarak antara kita kian meluas. Periode KUBINA berakhir dan kita pun berpisah tanpa kata dan motivasi.

    Perjumpaan Melodramatis

    “Far… Far… Far!!!…”.  Ahh… Suara memohon dan terdengar familiar di telingaku saat itu.  Sontak terdengar begitu kuat,  menggelegar, menggetarkan jiwa. Kekuatan kata kata itu  memutus jalan logikaku. Mebekukan otak, dan memilukan hati. Ya, Tuhan… mata dan dan senyuman itu membekukanku seketika.  “i… iya Dew….!” jawabku terbata.

    Duhai bidadari… kau berhasil mebuat lidahku kaku dan mulutku berat tuk menjawabmu. Waktu itu tepatnya   9 Oktober 2019. Perjumpaan yang melodramatis terjadi lagi antara kita di ruangan Kursus Gabungan Novis (KGN) tentang Discernment atau pembedaan Roh Baik dan Roh jahat, khas Latihan rohani ala Serikat Jesuit.

    Wisma Sarasvita menjadi saksi bisu kita. Kita Kembali menjalin relasi yang normal seakan tak terjadi apa-apa di masa lalu. Kuterima dan kuakui perubahan sikap antara kita. Namun, waktu seakan ingin mengubah situasi ini. Kesempatan dan perjumpaan ini kembali menghangatkan rasa. Gelombang cinta yang sengaja dipendam kembali mengamuk dan menghantam segala sekat yang merintangi perjumpaan ini. Tanpa kata, tanpa alasan, dan tanpa ragu. Arus cinta antara kita mulai menyatu kembali.

    **********

    Tanggal 10 sampai14 Desember 2019,  di Wisma Salam yang terletak di pinggir sungai Progo, di bawah kaki gunung Merapi dan Merbabu, dengan sejuta keistimewaan alam yang memanjakan mata, di tenganh Kab.

    Magelang. Kini menjadi tempat yang sengaja dipilih untuk program KGN Psiko-Seksual. Tak dipungkiri bahwa kita akan berjumpa lagi.

    Malam itu, setelah makan malam bersama sebelum melanjutkan materi, aku berjalan menyusuri lorong-lorong bangunan peninggalan Rm. Mangun Wijaya, Pr. Aku mengagumi arsitek bangunan yang ramah lingkungan dengan batu alam dari sungai Progo. Tak sengaja aku berjumpa denganmu. Kemudian sapaan dan ajakanmu menambah kesejukan lingkungan ini.

    “Far… ayo kita jalan-jalan….” Pintamu dengan tulus. “Ok… ayo jalan-jalan, tapi ke mana?” tanyaku dengan penasaran. “Ikut saja” jawabmu.  Jalan dipandu olehmu dan aka tak tahu tujuannya hingga tiba di sebuah Lorong gelap antara Gedung penginapan dan kapel. Kau berhenti melangkah, berbalik dan menatapku serius.

    Tiba-tiba sebuah pertanyaan keluar dari bibirmu bagaikan anak panah yang meleset dari busurnya.

    Baca juga: Pelatihan menulis berita dan Teknik Live Report RADIO

    “Eh, Kamu waktu KUBINA dekat dengan saya, tapi kemudian menjauh apakah kamu membenciku?”Tanyamu penuh harap tuk segera mendapat jawaban dariku.

    Aku terpaku dalam diam. Pertanyaamu memaksa otakku tuk mencari jawaban. Namun nyatanya aku tak menjawabnya apa-apa. Sebuah gerakan spontan di luar kendali.  Terpaksa kulakukan tuk memecah sunyinya malam dan mencairkan ketegangan. Namun tindakan itu melebihi batas. Kukecup keningmu dan kurasakan hangatnya suhu tubuhmu. Kudekapmu erat dan melanjutkan gerakanku. Tubuhku menegang bagaikan arus listrik yang sedang mengalir dalam tubuhku.

    Kutundukkan kepalaku dan kau menyambutnya dengan menegakkan lehermu. Kemudian kurasakan hangat dan manisnya kata-kata yang seksi dari bibirmu. Pekatnya malam menyaksikan tindakan cinta kita penuh sensional romantika. Kuhentikan gerakan di luar kendali ini dan kita mulai membisu. Suasana mencekam. Kaupun tak memaksa jawabku lagi seakan telah mengetahuinya dari tindakanku bahwa aku mencintaimu.

    Kubawa Pesanmu

    Perjumpaan yang menggoda dan merayu nan hangat itu berlalu.  Kita kembali mengikuti materi sebagamana mestinya,  seakan tak terjadi sesuatu antara kita. KGN tahap ini kita lewati bersama hingga selesai. Kita kembali berpisah dengan harapan untuk bertemu lagi di lain waktu. Kenangan manis ini tersimpan dalam tulang dan darah. Tak dapat diambil orang dan menjadi milik kita dengan rasa yang berbeda.

    Hemm aku masih ingat tanggal 16 Agustus 2020. Akhirnya sebuah keberuntungan datang dari wabah covid-19. Semua warga diwajibkan tuk vaksinasi. Ketika itu vaksinasi dikhuskan tuk kalangan religius dan kita bertemu lagi dengan jarak yang diatur 1 (satu) meter. Komikasi yang terbatas, dan menghindari kontak langsung.  Ohh… Tuhan, keberuntungan ini datang dengan persyaratan yang ketat. Pandanganku terarah padamu. Kau membalas pandanganku dengan penuh arti.

    Dari kejauhan kubaca rautmu yang hendak mengatakan sesuatu. Matamu Dew, yang indah dan gerak-gerikmu mengingatkanku pada momen pertamaku menyaksikanmu di depan kelas Timor, kampus PENDIKAT Yogyakarta. Aku menertawakan diriku dalam diam.

    Selesai proses vaksinasi dan semua peserta mulai bergegas tuk meninggalkan antrian menuju tempat parkir. Kita bertemu dengan jarak dekat. Bisikan suara indah, murni, dan menyejukkan terdengar kembali oleh telingga ini.  Bisikan kata-katamu meninggalkan sebuah pesan singkat dan bermakna.

    “Far… jangan nakal lagi di tempat karyamu ya…”. Bisikmu dengan tulus. Hatiku tenang setelah mendengar pesanmu. Akan kusimpan pesanmu dalam lubuk hati terdalamku dan kubawa kemanapun aku diutus.

    Akhirnya kita berpisah dan entah kapan lagi akan berjumpa atau bahkan mungkin takan pernah berjumpa lagi. Aku di utus ke Kalimantan Barat dan kamu ke Lampung. Jarak yang membentang luas dan tak terhingga. Akan tetapi, kenangan dan namamu serta pesanmu kubawa sebagai pengalaman dan cinta terakhir yang kurasakan darimu.

    Pengalaman ini sebagai koleksi terindah dan akan kusimpan dalam museum perjalanan dan sejarah panggilanku.Terima kasih cinta. Terima kasih Maha Cinta, yang menciptkan kami. Terima kasih Dew, untuk semua rasa yang kau torehkan dalam diriku degan tinta permanen yang disebut ‘pengalaman’ sebagai jalan keindahan bersam DIA yang kita temukan. ****

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles