MajalahDUTA.Com, Pontianak- Sebagaimana kata bijak yang berbunyi “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Hal serupa inilah yang dilakukan oleh para bruder-bruder dalam jejak misi pendidikan di Borneo, terutama di Kalimantan Barat.
Catatan-catatan itu kini menjadi bukti rekam jejak dari gambaran perjuangan missionaris Negeri Belanda ke Indonesia untuk misi kemanusiaan dan mencerdaskan orang pribumi. Bruder Maria Tak Bernoda yang kerap di singkat MTB ini berkarya sesuai dengan ciri khas mereka yakni menjadi bruder yang melayani dalam pendidikan dan pengabdian untuk masyarakat.
Baca Juga: Buah, Keutamaan dan Semangat dalam menyelami Spritualitas Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
Jika ditinjau lebih dalam sejarah Kongregasi MTB Kongregasi Bruder MTB didirikan pada tanggal 25 September 1854 oleh Mgr. Van Hooydonk Uskup Breda. Kongregasi ini mewarisi semangat Mgr. J. Van Hooydonk, yaitu: Simpliciter et Confidenter”, yang dengan kepekaan hati menanggapi situasi zamannya.
Seturut teladan Santo Fransiskus Assisi
Dikutip dari Website Bruder Maria Tak Bernoda, para pendahulu kongregasi adalah orang-orang saleh sederhana, peka akan kebutuhan sesama dan tabah menanggung penderitaan hidup. Mereka berusaha hidup menjadi saudara bagi yang lain.
Lewat keutamaan Santa Perawan Maria dan Santo Fransiskus Assisi, mereka berupaya mewujudkan kemuliaan Allah, khususnya dalam pembinaan kaum muda, serta mengutamakan mereka yang miskin dan lemah.
Santa Maria Perawan dan Bunda Allah yang dikandung tanpa noda adalah pelindung kongregasi ini.
Para Bruder hendak meneladani Santa Perawan Maria yang menyebut dirinya “Hamba Tuhan” dalam penghayatan ketaatan, kemiskinan dan kemurnian.
Baca Juga: Kisah Sang Missionaris Bruder Rufinus, MTB berbakat musik, suaranya merdu dan Baik hati
Sebagai anggota Ordo Ketiga Regular, para bruder mengikuti Yesus Kristus dengan berpegang teguh pada teladan Santo Fransiskus Assisi. Mereka berusaha mewujudkan nilai-nilai pertobatan, kemiskinan, kedinaan dan kontemplasi dalam hidup dan karya mereka.
Para Bruder hendak memelihara khazanah warisan kongregasi ini dengan mengikuti teladan pendiri dan pendahulu sesuai dengan kenyataan semasa. (Sumber: Bruder Rafael, MTB- Diolah: Semz- MD).




