Wednesday, October 1, 2025
More

    Sejarah Berdirinya Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop (APSPN)

    MajalahDUTA.com – Pernahkah anda mendengar tentang Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop? Sekiranya belum, tidaklah menjadi suatu masalah. Hal itu dikarenakan asrama ini memang sebuah asrama yang baru saja diresmikan oleh Mgr. Agustinus Agus pertengahan tahun 2023 yang lalu, yakni pada 14 Juni 2023. Dalam uraian berikut, akan dijelaskan mengenai apa dan bagaimana itu Asrama Santo Petrus Nyarumkop serta bagaimana sejarah berdirinya asrama putera ini. Akan tetapi, sebelum membahas tentang sejarah berdirinya Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop, maka baiklah terlebih dahulu kita sedikit mengulas tentang situasi mula-mula di Nyarumkop itu seperti apa.

    Foto beberapa anak asrama St. Petrus di depan Gedung Asrama bersama Pembina (pegang gitar) dalam rangka memeriahkan hari Fransiskus Asisi, 01-10-2023

    Nyarumkop merupakan suatu daerah yang berada di bagian timur kota Singkawang. Di tempat ini, berdiri sebuah lembaga pendidikan Katolik yang kelak dikenal sebagai Persekolahan Katolik Nyarumkop (PKN). Berdasarkan catatan historis dan arsip dari para pastor Kapusin Provinsi Pontianak, Persekolahan Katolik Nyarumkop lahir pasca robohnya sekolah dan asrama di kampung Pelanjau pada tahun 1911. Sejak peristiwa itu, misi Katolik mulai memikirkan lokasi sekolah dan asrama yang baru. Pater Marcellus yang diberi tanggung jawab untuk mengemban tugas itu memilih Nyarumkop sebagai wilayah misi untuk pendidikan. Pada tanggal 3 September 1916, beliau tiba di sana. Bersama dengan Bruder Timoteus, Pater Marcellus pertama-tama mendirikan sebuah pondok sebagai tempat tinggal. Setelah itu, barulah mereka membangun sekolah dengan cara memaksimalkan potensi alam yang ada di sana.

    Suster Karolin SFIC sedang memberikan wejangan terkait kehidupan Bersama di Asrama Putera Santo Petrus

    Sebelum Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1917, dimulailah SD 3 tahun (SD kelas 1-3). Tanggal 26 Juni 1922 dibukalah SD 5 Tahun yang dikenal dengan istilah Vervolgschool. SD 3 tahun tetap dipertahankan eksistensinya dengan program sendiri. Keberadaan ‘kelas lanjutan’ ini memberikan peluang bagi murid-murid yang ingin lebih maju. Pasca Perang Dunia II, Nyarumkop memasuki era baru. Vicaris Apostolicus Pontianak pada masa itu, yakni Mgr. Tarcisius Van Valenberg, OFM.Cap mengadakan visitasi ke Persekolahan Katolik Nyarumkop pada tanggal 10 November 1945. Kunjungan ini rupanya menghasilkan buah manis, di mana pada akhir tahun 1945 para pastor dan suster datang Kembali ke Nyarumkop. Pastor Honorius diangkat menjadi pastor paroki dan sekaligus pengurus persekolahan. Segala sesuatu menyangkut Pendidikan serta managemen di Persekolahan ini beliau mulai dari awal lagi.

    Tampak dari Samping Gedung Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop

    Sejak zaman pastor Honorius tahun 1945 inilah, maka dimulailah era pendidikan untuk tingkat SD (1906), SMP (1912) hingga SMU (SMEA dan SPG tahun 1973). Sekolah-sekolah ini terus berkembang seiring berjalannya waktu dan jumlah siswanya juga demikian. Hal ini menunjukkan sikap keterbukaan orang-orang Dayak terhadap pendidikan. Tidak terasa, satu atau dua orang mulai serta beberapa orang mulai mendaftarkan diri untuk masuk ke sekolah di Persekolahan Katolik Nyarumkop (PKN). Melihat secara jauh kedepan, dimana yang sekolah di sini bukan hanya anak-anak yang ada di sekitar Nyarumkop, melainkan juga anak-anak yang berasal dari hampir seluruh wilayah yang ada di Kalimantan Barat, maka dibagunlah suatu ruang/unit-unit untuk menampung anak-anak serta guru-guru baik sebagai tenaga pengajar di sekolah maupun di asrama. Ruang atau uni-unit itulah yang kelak (saat ini) menjadi asrama-asrama di Kompleks PKN ini.

    Foto di depan asrama sebelum berangkat ke sekolah

    Asrama yang pertama kali dibangun di Kompleks PKN adalah asrama putera khusus SMP yaitu Asrama Putera Timonong. Setelah itu, barulah menyusul asrama-asrama baik putri khusus SMP maupun SMA. Demikian juga berdirilah Asrama Putra khusus SMA (Seminari saat ini). Asrama Putra SMA ini dahulunya bernama  Wisma Widya. Namun seiring berjalannya waktu, namanya berubah menjadi Asrama Seminari Menengah Santo Paulus Nyarumkop.

    Sebelumnya, asrama putera khusus SMA itu hanya ada dua, yaitu Seminari Menengah Santo Paulus dan Asrama Bhineka. Asrama Seminari terdiri dari kelas 1-3 SMA, dikhususkan bagi para calon imam dan Asrama Bhineka, yang dibuat khusus untuk anak SMA non seminari seperti SPG, SMK St. Thomas Aquinas atau anak seminari yang tidak melanjutkan untuk menjadi calon imam.

    22 November 2023, dok. Duta.Ig.com

    Berdirinya asrama putera khusus bagi anak SMA non seminari ini (Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop) tidak lepas dari campur tangan bapak uskup, Mgr. Agustinus Agus. Hal itu terutama karena sejak awal berdirinya seminari, yang sebenarnya dikhususkan bagi calon imam, ternyata juga menjadi tempat tinggal bagi anak-anak SMA yang tidak berminat menjadi calon imam. Memang, kenyataan ini tidak bisa disalahkan kepada pihak pengelola seminari maupun kepada anak-anak SMA yang tidak mau menjadi calon imam itu secara keseluruhan. Hal itu pertama-tama, karena situasi dan keadaan di PKN kala itu belum menyediakan asrama putera khusus anak SMA non seminari. Melihat keprihatinan ini, Mgr. Agus (2022), sapaan beliau, menginisiasi agar didirikanlah sebuah asrama putera khusus untuk anak SMA yang tidak ingin menjadi imam atau biarawan, sehingga akan tampak sejak awal, mana anak-anak yang ingin menjadi imam dan biarawan serta mana yang tidak.

    Foto bersama dengan salah satu anak siswa asrama yang berulang tahun, 20 November 2023

    Riwayat: Pembangunan, Peresmian dan Pemberkatan.

    Jika melihat riwayat berdirinya asrama ini, maka dapat kita hitung sejak tanggal peletakan Batu Pertama pembangunannya. Peletakan Batu Pertama bangunan asrama ini dilaksanakan pada tanggal 7 April 2022, oleh Mgr. Agustinus Agus. Sedikit fakta menarik, berdasarkan catatan awal, pada saat peletakan Batu Pertamanya, nama yang digunakan untuk bangunan asrama ini masih menggunakan nama asrama putra khusus kelas tiga yang sebelumnya, yakni Asrama Bhineka. Setelah peletakan Batu Pertama itu, dimulailah pembangunan asrama putra ini. Dan setelah beberapa waktu berlalu, yakni kurang lebih satu tahun, maka pada bulan Juni tahun 2023, bangunan ini pun telah rampung untuk dihuni kira-kira 95%. Dan kemudian, tepat pada tanggal 14 Juni 2023, gedung Asrama Baru ini pun diresmikan dengan sebuah nama yaitu Asrama Putra Santo Petrus Nyarumkop. Nama ini dipilih dan digunakan atas beberapa pertimbangan, yakni jika ada Paulus (di Seminari) maka juga pasti ada Petrus di sisinya, sebab mereka adalah dua Rasul yang meskipun kadang tidak sejalan pemikirannya, akan tetapi menjadi contoh dan teladan bagi kesebelas Rasul lainnya. Maka, nama Asrama Putra Santo Petrus Nyarumkop menjadi pilihan yang tepat untuk berdiri mendampingi Seminari Menengah Santo Paulus Nyarumkop. Demikianlah sejarah singkat pendirian dan peresmian serta pemberkatan Asrama Putra Santo Petrus Nyarumkop.

    Rutinitas biasa sebelum berangkat sekolah, berkumpul dan berdoa di depan asrama

    Setelah diresmikan oleh Mgr. Agustinus Agus tepatnya pada pertengahan Juni 2023 yang lalu, asrama putra ini pun telah disiap dihuni. Hal ini tampak dengan mulai diterimanya siswa-siswa asrama pertanggal 7 Juli 2023. Penerimaan para siswa penghuni asrama ini juga tentu saja harus melalui wawancara terlebih dahulu antara siswa-siswa calon penghuni asrama dengan para Staf Pembina, yakni para pastor. Hari ini, sejak tanggal dibukanya asrama putera ini, jumlah anak-anak penghuni asrama ini adalah 50 orang anak dengan pembagian sebagai berikut: Kelas X (26 orang), Kelas XI (19 orang) dan Kelas XII (5 orang).

    Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop di satu sisi merupakan bagian integral dari Persekolahan Katolik Nyarumkop, tetapi di sisi lain Asrama Putera Santo Petrus adalah sebuah institusi yang mandiri. Saat ini (8 Januari 2024), Asrama ini dikepalai oleh seorang Pastor, yakni RP. John Wahyudi, OFM.Cap, yang dibantu oleh beberapa orang staf di bawahnya, antara lain, Fr. Dominikus Irpan (Formator dan wakil kepala asrama), Fr. Ricky Setyawan Pabayo (formator) dan Harjoni Yansyah S.Pd (formator) serta dua karyawati yang bertugas di bagian dapur yakni: kak Dimmi dan kak Yotti.

    Dari sinilah tampak jelas kemandiriannya dalam sistem pembinaan serta regulasi yang ada di Asrama. Selain itu, Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop juga memiliki gedung khusus sebagai tempat tinggal para siswa asrama dan pembinanya. Dalam praktek sehari-hari, para siswa asrama memiliki kesempatan untuk mendidik diri secara lebih dalam. Praktek pendidikan di Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop kiranya dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yakni kategori formal dan non-formal.

    Sesi foto Bersama setelah perarakan Patung St. Fransiskus Asisi keliling Kompleks PKN

    Dalam hal ini, Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop menyediakan waktu bagi anak-anak asrama pembinaan karakter dan kerohanian. Hal ini tampak melalui kegiatan-kegiatan seperti, jam untuk misa, ibadah rosario, doa malam dan juga devosi pribadi, selain itu juga diadakan pertemuan-pertemuan, pendampingan dan pengarahan dan lain-lain. Selain itu, anak-anak asrama Santo Petrus juga diberi waktu untuk studi mandiri yang dilaksanakan pada malam hari setelah makan malam, yakni pukul 18.30-20.00 WIB. Tujuan diselenggarakannya jam studi mandiri ini adalah selain demi pengorganisasian diri, juga sebagai sarana bagi anak-anak asrama untuk memperdalam materi-materi yang telah mereka terima di sekolah.

    Selanjutnya, Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop juga menyediakan waktu bagi pendidikan non-formal. Kategori ini biasanya dinyatakan lewat karya-karya tangan (Opus Manualae) seperti menebas, mencangkul, merawat tanaman, dan membersihakn ruangan-ruangan yang ada di asrama. Di sisi lain, pendidikan non-formal ini juga dapat berupa latihan koor dan notasi serta musik. Dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan oleh asrama bagi anak-anak asrama dapat dikatakan berjalan dengan baik.

    Foto Bersama Seorang Pastor dan seorang Dokter sebagai tamu dalam kegiatan temu Alumni SMA St. Paulus

    SMA Santo Paulus Nyarumkop adalah tempat anak-anak asrama Santo Petrus mengenyam pendidikan secara formal. Di sekolah ini mereka mengadakan kegiatan belajar – mengajar dari pukul 07.00-13.00 WIB. Anak-anak asrama belajar bersama dengan para siswi-siswi, baik yang berasal dari Asrama Symphoriana maupun non-asrama. Selain menyuguhkan materi-materi abstrak dan konseptual, sekolah juga memfasilitasi para siswa/siswinya dengan aneka kegiatan ekstrakulikuler pada sore hari. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain Pramuka, Pertanian, Agama, Futsal dan Sepak Bola, Bola Voli, Badminton, Sanggar Tari, Drum Band, dan Hisipala. Semua ekstrakulikuler ini dimaksudkan agar para siswa pada umumnya dan anak-anak asrama khususnya, memiliki soft skill.

    Nyarumkop, Senin, 8 Januari 2024.

    Penulis: Fr. Dominikus Irpan

    (Calon Imam Diosesan – Keuskupan Agung Pontianak, saat ini sedang menjalani masa Pastoral sebagai Pembina Asrama di Asrama Putera Santo Petrus Nyarumkop, Kec. Singkawang Timur, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia – 79251).

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe
    spot_img
    spot_img
    spot_img
    spot_img

    Latest Articles