Sunday, November 9, 2025
More

    Kesaksian Iman Mahasiswa Katolik di Lingkungan Kampus

    Duta, Pontianak | Dalam suasana kehidupan kampus yang dinamis dan penuh tantangan, kesaksian iman menjadi hal yang semakin penting bagi mahasiswa Katolik. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi, mahasiswa ditantang untuk tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga teguh dalam nilai-nilai iman Kristiani.

    Dalam semangat itu, sekelompok mahasiswa AKUB berkesempatan berbincang dengan Frater Fransiskus Tomi Mapa di Seminari Pastor Bonus Siantan, Pontianak. Percakapan hangat pada awal November tersebut mengangkat tema Martyria: kesaksian iman di lingkungan kampus yang menjadi refleksi bersama tentang bagaimana menghadirkan wajah Kristus di tengah kehidupan akademik dan sosial yang majemuk.

    Frater Tomi dikenal aktif mendampingi kegiatan rohani kaum muda, khususnya mahasiswa Katolik. Ia terlibat dalam berbagai kegiatan kategorial seperti rekoleksi, paduan suara, dan pembinaan iman yang membantu mahasiswa menemukan makna hidup beriman di tengah realitas kampus.

    Dengan pengalaman pastoral yang luas dan latar belakang akademik yang kuat, Frater Tomi berbagi pandangan mendalam mengenai bagaimana Martyria dapat diwujudkan bukan hanya melalui perkataan, melainkan juga lewat sikap hidup yang sederhana: tanggung jawab dalam belajar, kepedulian terhadap sesama, dan kesetiaan dalam iman. Ia menekankan bahwa menjadi saksi Kristus berarti menghadirkan kasih, kejujuran, dan sukacita dalam setiap aspek kehidupan kampus.

    Dalam wawancara tersebut, Frater Tomi menegaskan bahwa martyria sejati tidak berhenti pada kata-kata, melainkan tampak dalam kesaksian hidup yang nyata. “Kesaksian iman di kampus tidak selalu harus dengan berkhotbah, tetapi dengan cara kita bersikap jujur, berempati, disiplin, berani membela kebenaran, dan hidup dalam doa,” ujarnya, (4 November 2025).

    Mozaik Mahasiswa AKUB menimba pengalaman iman dari Frater Tomi di STT Pastor Bonus (04/11/2025)

    Ia mengingatkan bahwa mahasiswa Katolik dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, terutama di tengah keberagaman lingkungan kampus. “Kalau iman hanya disimpan dalam hati tanpa diwujudkan, maka dunia tidak akan melihat Kristus melalui kita,” tambahnya dengan penuh semangat.

    Lebih lanjut, Frater Tomi menjelaskan bahwa kesaksian iman berawal dari pembaruan diri yang digerakkan oleh Roh Kudus.

    Setelah itu, semangat kesaksian dapat berkembang dalam relasi dengan dosen, tenaga pendidik, serta rekan-rekan mahasiswa lainnya. Menurutnya, kampus juga menjadi ruang yang ideal untuk menumbuhkan iman, terlebih bila tersedia tempat khusus seperti kapel kecil yang dapat menjadi pusat doa dan persekutuan.

    Melalui tempat semacam itu, mahasiswa dapat menegaskan identitasnya sebagai pengikut Kristus yang hadir dan hidup di tengah dunia pendidikan.

    Frater Tomi juga menyoroti pentingnya partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan rohani kampus, seperti perayaan Ekaristi, doa Rosario, atau kegiatan kategorial lainnya, baik di dalam maupun di luar kampus.

    Ia menegaskan, “Dengan terlibat aktif dalam kegiatan doa, kita sedang mewujudkan iman yang hidup dan memberi kesaksian bahwa Kristus sungguh hadir di antara kita.” Dalam penjelasannya, Frater Tomi menggarisbawahi dua makna Gereja. “Gereja dengan huruf ‘G’ besar berarti Persekutuan Umat Allah, sedangkan gereja dengan huruf ‘g’ kecil menunjuk pada bangunan fisik,” jelasnya.

    Oleh karena itu, dalam memberikan kesaksian iman di lingkungan kampus, mahasiswa dipanggil untuk menghidupkan Gereja yang kelihatan, yakni persekutuan umat yang nyata dalam kasih dan pelayanan. Melalui semangat ini, kegiatan rohani di kampus diharapkan mampu menumbuhkan iman yang dewasa, mempererat kebersamaan, dan menampilkan identitas Kristiani di tengah masyarakat akademik.

    Refleksi Iman Mahasiswa

    Sebagai refleksi dari wawancara ini, para mahasiswa menyadari bahwa menjadi saksi iman tidak harus dilakukan melalui hal-hal besar, melainkan dimulai dari tindakan kecil yang dilakukan dengan kasih dan ketulusan. Mereka terinspirasi untuk lebih berani menunjukkan identitas sebagai mahasiswa Katolik, baik melalui tanggung jawab dalam belajar maupun dalam relasi dengan teman-teman lintas iman.

    Bagi mereka, Martyria berarti hidup dalam kebenaran dan kasih Kristus di mana pun berada. Kesaksian sederhana di kampus, seperti mengikuti kegiatan rohani, menghadiri Ekaristi harian dan mingguan, berdoa Rosario bersama, atau mengikuti rekoleksi menjadi wujud nyata kehadiran Allah yang hidup dalam komunitas akademik. Dari sana, mereka berharap semakin banyak hati yang mengenal dan mengalami kasih Kristus melalui kesaksian iman yang tulus.

    Tema Martyria atau kesaksian iman Katolik di lingkungan kampus menegaskan bahwa iman bukan hanya untuk dihayati secara pribadi, tetapi juga untuk diwujudkan dalam sikap, perkataan, dan perbuatan nyata.

    Di tengah kehidupan kampus yang penuh dinamika, mahasiswa Katolik dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dengan menunjukkan kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, dan kasih kepada sesama tanpa memandang perbedaan. Melalui kesaksian hidup sehari-hari, iman menjadi sesuatu yang hidup dan menginspirasi orang lain.

    Dengan demikian, Martyria bukan sekadar berbicara tentang pengakuan iman, tetapi tentang bagaimana iman itu dihidupi dan memancarkan terang Kristus di lingkungan akademik serta masyarakat luas.

    *Penulis  : Margaretha, Rizky Jonatan S.S., Wipi, dan Yupi Susanti (Mahasiswa Prodi Keuangan dan Perbankan Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa Pontianak)

    *Editor:    Vinsensius, S.Fil., M.M. (Dosen Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa Pontianak) 

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles