MAJALAHDUTA.COM – Pontianak, Sabtu (18/5/2024) telah dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan aula paroki Santa (Sta) Sesilia Pontianak yang terletak di Jalan A. Yani (komplek Persekolahan Gembala Baik).
Mesti cuaca mendung dan akhirnya turun rintik-rintik hujan di lokasi, tetapi tidak menyurutkan niat setiap orang yang hadir mendukung rencana pembangunan aula, dan mewujudkan keinginan untuk memiliki aula yang menunjang segala aktivitas pelayanan di paroki Sta. Sesilia.

Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus berkenan memimpin ibadat singkat peletakan batu pertama. Hadir mendampingi dalam ibadat ini, Minister Provinsial Kapusin Provinsi Pontianak, RP. Faustus Bagara, OFMCap, Pastor Kepala Paroki Sta. Sesilia, RP. Fransiskus Yosnianto, OFMCap, Penggagas pembangunan aula, RP. Andreas Harmoko, OFMCap, RP. Athanasius Nandung, OFMCap.
“Kita dapat belajar dari bacaan yang baru saja kita dengar hari ini, perumpamaan Yesus tentang membangun rumah di atas pasir dan di atas batu,” ujar Uskup Agus memulai renungannya.
Tapi bagus juga simbol batu dan pasir, lanjut Uskup Agus. Pasir tidak ada gunanya kalau hanya sebagai pasir. Tapi semen tanpa pasir, juga tidak berguna. Besi sangat kuat, tapi tidak lekat kalau tidak ada pasir dan semen, juga tidak ada gunanya. Intinya adalah bangunan yang kokoh tidak bisa dibangun hanya dengan satu komponen saja.

Sekilas Uskup Agus lalu mereview kembali kegiatan yang baru saja diikutinya, yaitu sidang KWI tahap I sehubungan dengan 100 tahun berdirinya Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), pada tanggal 14 Mei 2024, dan sekaligus peresmian gedung KWI.
Temanya adalah berjalan bersama-sama, lanjut Uskup Agus. Karena berjalan bersama-sama kita menjadi kokoh.
Pada tanggal itu, cerita Uskup Agus, semua tokoh agama dan aliran kepercayaan hadir, dan semuanya menyadari bahwa kalau mau membuat bangsa menjadi kuat dan kokoh, harus bersatu padu, bekerjasama satu dengan yang lainnya. Sama seperti bangunan tadi, kalau hanya mengunakan satu komponen saja, tidak akan jadi.
“Oleh karena itu, satu kekuatan kita, dan saya melihat Keuskupan Agung Pontianak ini luar biasa potensinya. Tapi kelemahan terjadi ketika tidak ada persatuan,”tegasnya Uskup Agus.

Kata Uskup Agus, untuk bersatu, tidak harus sama. Ada yang pasir, ada yang batu, ada yang semen, dan ada yang besi. Kualitasnya pun berbeda-beda.
“Yesus pun mengumpamakan, yang punya 5 talenta ya gunakanlah 5 talenta. Yang punya 3 talenta, ya gunakanlah itu. Yang punya 1 talenta jangan pula tidak dipakai. Mungkin kita hanya bisa menyumbang sepuluh ribu saja, bahkan mungkin hanya seribu. Tapi itu punya nilai, berarti di hadapan Tuhan,” tandas Uakup Agus.
Uskup Agus kembali menguatkan tekad dan niat semua yang hadir dengan mengemukakan contoh 3 wilayah yang akan dimekarkannya menjadi paroki dengan cara berjalan bersama.

Tahun ini akan dimekarkan 3 paroki baru ; Senakin, Kuala Behe, dan Meranti, papar uskup Agus.
“Meranti langsung jadi paroki, kenapa? Karena mereka sudah mendirikan pastoran, gereja, aula, dan bahkan susteran. Sehingga tanggal 21 Juli 2024 mendatang, diresmikan parokinya lengkap dengan pelayanan dari suster Bunda Hati Kudus. Karena bagi kongregasi MSC, kalau ada asrama putri, tidak boleh tidak ada suster sebagai pengelolanya,” kata Uskup Agus.
Selanjutnya Senakin, jelas Uskup Agus melanjutkan.
“Saya katakan kalau mau jadi paroki, silahkan. Mereka bangun pastoran, dengan 2 kamar. Dan pembangunannya ini tidak menggunakan dana dari keuskupan, tapi memang ada sedikit bantuan dari Paroki Katedral,” cerita Uskup Agus.
Khusus Kuala Behe, kata Uskup Agus, melalui Pastor Alexius Alex (Paroki Katedral) akan menjadi bapak asuh dari paroki baru ini.

Beberapa waktu lalu, kata Uskup Agus, Pastor Alex sudah meninjau lokasi, dan akan dipersiapkan pastoran sederhana, serta bantuan tenaga dari paroki Katedral. Inilah namanya berjalan bersama-sama. Bukan keuskupan tidak mau campur tangan, tapi banyak potensi yang bisa membantu.
Menurut Uskup Agus, di Keuskupan Agung Pontianak hal ini bisa terjadi.
“Saya tanpa ragu dengan pembangunan aula paroki Sta. Sesilia. Inilah berjalan berjalan bersama-sama. Keuskupan tidak bisa bantu, tapi ada pemborong yang mau membangun dulu, nanti panitia menyicil ke pemborong. Inikan bantu, kerjasama dengan pihak lain,” pungkas Uskup Agus.

Di akhir renungannya, Uskup Agus menyampaikan ucapan terima kasih.
“Saya senang dengan usaha pastor, panitia dan umat di sini. Terima kasih. Mari jadikan paroki ini menjadi contoh bahwa umat dan pastor paroki berjalan bersama-sama dan bisa mendirikan aula paroki,” harap Uskup Agus.
Prosesi meletakan batu pertama diawali oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, dilanjutkan berturut-turut oleh Provinsial Ordo Kapusin Propinsi Pontianak, RP. Fautus Bagara, OFMCap, Penggagas aula, RP. Andreas Harmoko, OFMCap, Perwakilan Komunitas biarawan/biarawati, Sr. Ruth Tondang, SFD, Perwakilan ketua lingkungan, Martinus Marthin, Perwakilan dari pemerintah (RT lingkungan paroki Sta. Sesilia), Andrew Sutanto, dan terakhir ketua panitia pembangunan, Albertus Tjiu.

Tampak hadir dalam acara ini, RP. Kosmas Jang, OFMCap, kontraktor pembangunan aula dari PT. Karya Agung Perkasa, Devi Gunawan dan Ignatia Ester, para pastor, bruder, dan suster, pengurus DPP harian dan pleno, para ketua lingkungan, umat utusan dari lingkungan, para ketua kelompok kategorial, serta para tamu undangan, dan juga para donatur.
Usai ibadat peletakan batu pertama pembangunan aula, semua yang hadir diajak pindah ke teras gereja untuk mengikuti acara selanjutnya, yaitu sambutan-sambutan dan ramah-tamah.

Dikesempatan memberikan kata sambutannya, Pastor Kepala Paroki Sta. Sesilia Pontianak, RP. Fransiskus Yosnianto, OFMCap mengatakan, tahun ini (2024), paroki genap berusia 17 tahun. Dan dalam kurun waktu 17 tahun ini perkembangan umat begitu pesat. Posisi strategis paroki yang berbatasan antara Kotamadya Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, membawa implikasi sendiri, karena banyak dibangun perumahan-perumahan baru. Ini artinya, banyak juga warga masyarakat Katolik yang memilih untuk tinggal di wilayah paroki Sta. Sesilia.
Berdasarkan data terakhir, 31 Mei 2023, lanjutnya, jumlah umat paroki Sta. Sesilia tercatat 3.677 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 983 yang tersebar ke dalam 4 wilayah dan 15 lingkungan. Ada kurang lebih 10 kelompok kategorial yang menjadi bagian integral dari paroki. Umumnya kegiatan kelompok ini dilakukan diteras geraja, atau di salah satu ruangan di pastoran. Paroki menyiapkan satu ruangan yang dipakai secara bergiliran.
Memperhatikan hal ini, ungkap RP. Yanto, maka dari paroki sangat merindukan memiliki gedung aula khusus yang representatif sehingga bisa digunakan oleh macam-macam kelompok yang ada. Apakah untuk kegiatan berdoa, pertemuan, latihan koor, rapat, dan sebagainya.
Andreas Harmoko yang saat itu sebagai Pastor Kepala Paroki, lanjut RP. Yanto menjelaskan, melemparkan gagasan ke pengurus DPP harian dan pleno untuk membangun aula paroki. Selanjutnya, dibuatlah perencanaan pembangunan aula paroki, kurang lebih hampir satu tahun hingga hari ini diletakannya batu pertama pembangunan.
RP. Yanto berharap, peristiwa hari ini (peletakan batu pertama) menjadi titik awal mewujudkan impian umat paroki Santa Sesilia, memiliki gedung aula yang baru.
“Izinkan kami mengucapkan terima kasih atas perhatian, kebijakan, dan dukungan yang sangat besar dari Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, untuk rencana pembangunan aula ini. Bapak Uskup sangat peduli, dan berharap supaya aula ini dapat segera dibangun dan selesai pada waktunya, kata RP. Yanto.
Secara singkat ketua panitia pembangunan, Albertus Tjiu mereview apa yang sudah dilakukan pengurus DPP harian dan pleno serta panitia, mulai dari mengakomodir gagasan RP. Andreas Harmoko, OFMCap pada Desember 2022, lalu per Januari 2023 pembentukan panitia dan membuat perencanaan pembangunan aula
Selanjutnya, Ujar Albertus, Panitia mendapat masukan, termasuk jugas dari dewan keuangan Keuskupan, serta setelah beberapa kali melakukan audiensi dengan Mgr. Agus, maka semakin jelas arah pembangunan aula.
Panitia lalu menyiapkan dokumen untuk pengurusan IMB, hingga panitia diminta untuk melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan dari pihak pemerintah.
Albertus berharap dukungan akan terus berlanjut setelah peletakan batu pertama ini.
“Trima kasih untuk semua pihak yang sudah terlibat dalam proses ini,” ujarnya.

Julius Judhi, arsitek dari bangunan aula, kepada MajalahDuta.com (18/5/2024), mengatakan pembangunan aula 2 lantai ini memakan biaya kurang lebih 4,3 milyar. Luas lahan 30m X 50m, dengan luas bangunan 960 meter persegi.
Aula utama berada di lantai 2, jelasnya. Dan diperkirakan bisa menampung sekitar 300 orang. Lantai dasar akan disekat-sekat menjadi 4 – 5 ruangan untuk fasilitas kegiatan kelompok kategorial. Target pembangunan kurang lebih delapan bulan sampai satu tahun.
Setelah sambutan-sambutan, ada waktu khusus untuk penggalangan dana. Panitia menyebarkan daftar list kebutuhan pembangunan aula baik material maupun financial. Uskup Agus tergugah hatinya untuk membantu dengan melelang lagu yang dinyanyikannya.
Serangkaian acara peletakan batu pertama pembangunan aula diakhiri dengan santap siang bersama, sembari menyaksikan hiburan live music orgen tunggal.
PM