MajalahDUTA.Com, BKSN- Sejak akhir tahun 2019, situasi dunia diombang-ambingkan oleh virus Corona yang mengakibatkan pandemi Covid-19. Virus ini mengubah banyak sekali perilaku manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
Pola relasi interpersonal pun berubah dengan adanya pembatasan-pembatasan dan ketentuan untuk menjaga jarak.
Sentuhan fisik yang dahulu dirasakan sebagai ekspresi paling dalam dan paling dekat dalam sebuah persahabatan, kini diadaptasi dengan cara baru yang pada awalnya terasa risi dan aneh.
Senyuman dan gerak-gerik mulut yang mengekspresikan isi hati secara nonverbal kini tidak lagi dapat dilihat dengan baik karena terbungkus masker. Kita tidak mengetahui apakah orang itu tersenyum atau sedang serius, sehingga perkataan seseorang dapat disalahtafsirkan.
Baca juga: Makna Logo BKSN 2022
Pola-pola interaksi tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak perubahan yang dialami pada masa pandemi ini.
Dalam bidang ekonomi, misalnya, kita mengalami bahwa sistem ekonomi mulai berubah dari sistem tradisional yang mengandalkan pertemuan personal kepada sistem daring dan perantaraan pihak ketiga. Hal ini berakibat pada menurunnya jumlah kunjungan ke toko-toko fisik dan meningkatnya pengangguran.
Kesenjangan ekonomi pun perlahan-lahan tercipta. Seiring dengan hal ini, ketidakadilan muncul dalam kehidupan bermasyarakat yang disebabkan oleh jurang ekonomi antara yang kaya dan yang miskin.
Perubahan juga terjadi dalam kehidupan religiositas dan keagamaan. Orang beriman diminta untuk mematuhi protokol kesehatan, sehingga tidak lagi terdapat kerumunan orang di tempat atau rumah ibadah. Gereja-gereja kita menjadi tidak penuh seperti sebelumnya.
Mesti diakui secara jujur bahwa keadaan ini ditanggapi secara berbeda oleh umat beriman. Bagi sebagian orang yang imannya suam-suam kuku, kehadiran Covid-19 menjadi alasan yang tepat untuk meninggalkan aktivitas rohani, yang berakibat mereka semakin jauh dari Tuhan.
Baca juga: Allah Sumber Harapan Baru
Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki kehidupan iman yang jujur, Covid-19 menjadi tantangan bagi perkembangan iman. Karena itu, berbagai kreativitas diciptakan agar kehidupan iman tetap terjaga, misalnya dengan mengikuti streaming perayaan Ekaristi, menciptakan jejaring sosial untuk berdoa atau berbagi firman Tuhan, berdoa di dalam rumah bersama anggota keluarga, dan sebagainya.
Kini, pada tahun 2022 ini, kita sudah mulai terbiasa dengan situasi pandemi. Kita mulai memasuki fase baru, yaitu hidup secara baru. Kita tidak lagi memiliki pola-pola kehidupan seperti sebelumnya, sebab kita mulai membangun kehidupan kita sembari berdamai dengan situasi yang ada.
Orang-orang mulai terbiasa dan cepat tanggap dengan tuntutan-tuntutan berperilaku yang berkaitan dengan penanggulangan penyebaran virus. Tidak ada lagi kepanikan seperti sebelum-sebelumnya, meskipun varian baru virus ini kemudian bermunculan. Kewaspadaan tetap ada, tetapi tidak terjadi lagi kepanikan yang berlebihan di kalangan masyarakat.