Friday, April 26, 2024
More

    Mgr. Agustinus Agus: Jadilah Imam yang Inovatif dan Memiliki Kemampuan Membaca Tanda Zaman

    MajalahDUTA, Pontianak- Satu ungkapan pembuka yang patut terucap yaitu syukur Kepada Allah karena bertambahnya dua imam di Keuskupan Agung Pontianak untuk bergabung dibarisan para imam di Keuskupan.

    Imam dalam Katolik Roma merupakan pembantu uskup alias perpanjangan tangan Uskup. Mereka membantu Uskup dalam pewartaan firman Tuhan untuk semua umat yang ada di Keuskupan. Mereka yang telah ditahbiskan akan bertugas atau ditugaskan pada tempat yang sudah ditentukan oleh Uskup setempat.

    Tepat pada kamis, 4 Februari 2021 merupakan sebuah peristiwa baru yakni tahbisan dua imam muda dari Keuskupan Agung Pontianak yakni RD. Fransiskus Peran dan RD. Victorius Reno ditahbiskan langsung oleh Mgr. Agustinus Agus, Dimana acara Tahbisan Imam ini dilaksanakan di Gereja Santo Yosep Samalantan.

    Sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agus mengatakan bahwa peranan seorang imam bukanlah hal yang kecil.

    “Untuk itu, seorang imam harus mampu bertindak inovatif dan harus mampu membaca perubahan tanda zaman, agar tidak ketinggalan dan tergerus oleh zaman,” ujarnya.

    Dalam suasana pagi itu, saat akan berlansungnya perarakan pembukaan terjadilah sebuah keajaiban, dimana menjelang pukul 09.00 WIB- suasana diguyur hujan namun anehnya tepat 5 menit menjelang perarakan hujan kala itu pun ‘seolah tunduk’ dan sontak berhenti hingga misa berakhir.

    Acara dimulai dengan perarakan pembukaan oleh 45 imam perwakilan setiap tarekat yang hadir dalam acara tahbisan kamis, 4 februari 2021.

    Mengutip bacaan injil hari itu yang berbunyi: “Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. KataNya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.  (Mrk 6:7-13).

    Selaras dengan bacaan injil, Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus mengungkapkan tentang sebuah pepatah yang mengatakan “manusia boleh merencanakan, namun Tuhan-lah yang menentukan semuanya.”

    Dua diakon yang tempo hari ditahbiskan sebagai diakon, kini mulai tanggal 4 Februari 2021 ditahbiskan menjadi Imam oleh Mgr. Agus.

    Status Diakon Fransiskus Peran dan Diakon Victorius Reno kini telah menjadi Imam Diosesan Keuskupan Agung Pontianak.

    Dalam sambutan misa pembuka, Uskup Agus memaparkan bahwa Keuskupan Agung Pontianak memiliki umat kurang lebih 520.000 jiwa, sampai saat ini tersebar di 30 paroki. Dilayani kurang lebih oleh 100 imam, dan 100 imam juga melayani karya-karya katergorial Keuskupan Agung Pontianak.

    “Oleh karena itu yang real bekerja di paroki kurang lebih 80 imam. Kalau 520.000 dibagi 80 maka satu pastor melayani kurang lebih 6.500 jiwa. Jika seandainya ini pelayanan dikota, mungkin bisa lebih mudah tapi kalau melihat medan yang begitu berat maka jumlah 6.500an umat untuk satu pastor masih sangat kurang sekali,” kata Mgr.Agus.

    Tahun lalu Keuskupan Agung Pontianak telah memekarkan ada satu paroki yang berdiri di Kabupaten Mempawah dan tahun ini kita akan mekarkan satu paroki di Kecamatan Mandor dan satu paroki di Montrado. Itu juga masing-masing paroki akan melayani kurang lebih 6.500an umat.

    “Oleh Karena itu, kita bersyukur bahwa hari ini dua imam projo yang betul-betul milik keuskupan jadi yang tidak akan pergi ketempat lain. Sedangkan imam-imam tarekat, tergantung Propinsialnya. Tahun lalu saya mentahbiskan imam OSM di Jelimpo dan belum lama ini ditugaskan di Roma. Oleh karena itu suatu keuskupan akan menjadi kuat jika banyak imam-imam projo nya. Namun, imam-imam yang ada di Keuskupan bukan hanya imam projo, tapi kita masih membutuhkan imam tarekat. Maka dari ini, nanti Monterado akan dilayani imam-imam dari Serikat Maria Montfortan (SMM) dan Mandor akan dilayani oleh imam-imam Passionis (CP),” katanya.

    Dalam homilinya Mgr. Agus, ia mengatakan bahwa tugas seorang imam adalah melanjutkan karya Tuhan Kita Yesus Kristus selama di dunia ini. Yesus mempunyai tiga tugas yakni, sebagai imam yang melayani sakramen, menguduskan orang, hidup doa dan merayakan ekaristi. Dalam tugas sebagai imam disitu, kita kenangkan bagaimana Tuhan mencintai umat-Nya dan mau supaya manusia selamat. Dengan percaya kepada-Nya dan Yesus menyelamatkan umat manusia melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, dan itu kita rayakan dalam setiap perayaan ekaristi. Inilah salah satu tugas pokok dari seorang imam.

    Tugas kedua adalah sebagai raja atau bisa disebut sebagai pemimpin. Seorang imam harus mampu menjadi seorang pemimpin umat dan menjadi gembala atau menjadi contoh baik untuk banyak orang, dimana imam itu ditugaskan.

    Tugas yang ketiga adalah sebagai nabi. Seorang nabi adalah orang yang memperjuangkan keadilan dimanapun ia berada. Seorang nabi harus berani mengatakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar. Ia juga berani mengkritik hal-hal yang tidak baik dan berani mengkritik mereka yang melanggar hak asasi manusia. Dan kemampuan untuk melihat tanda-tanda zaman yang kian berubah.

    Mgr. Agus mengapresiasi dan berterima kasih kepada pihak keluarga yang sudah mendukung dan mendoakan anaknya sehingga mereka mampu dan memilih untuk maju menjadi imam. Dalam homili penutup, Mgr. Agus mengungkapkan bahwa dua diakon ini merupakan anak dari Uskup Agus yang merupakan Uskup Agung Pontianak.

    “Namun tak terlepas dari itu, tentunya dua imam muda ini juga membutuhkan dukungan doa dan dukungan moral dari pihak keluarga,” harap uskup.

    Mgr. Agus juga mengingatkan bahwa dalam situasi perubahan dunia dari terjadinya pandemi atau perubahan hidup sosial tengah masyarakat, maka seorang imam harus mampu menyesuaikan diri dan melakukan pembaharuan-pembaharuan untuk kepentingan banyak orang. Kemudian seorang imam juga diharapkan mampu untuk membuat program-program dalam menghadapi perubahan dunia yang kian hari kian berubah.

    Usai homili selanjutnya acara pentahbisan dimana kedua imam dihantar oleh orang tua masing-masing mulai dari pengurapan minyak imamat ditangan imam baru sampai memasangan jubah dan penyerahan perlengkapan misa yang akan digunakan oleh kedua imam baru.

    Sebagai perwakilan orang tua kedua imam, Dominikus Kemas berharap kedua imam ini selalu kuat dan semakin matang dalam menjalani hidup imamatnya. Sebagai perwakilan dari kedua orang tua imam baru itu bersyukur kepada Allah karena hari ini telah ditahbiskannya dua imam muda dan siap untuk melayani banyak umat.

    “tahapan jenjang imam yang begitu panjang dan melelahkan tapi penyertaan Tuhan begitu luar biasa, kami bersyukur dan bangga dengan kedua imam baru yang sudah ditahbiskan ini,” tuturnya.

    Selanjutnya, sebagai perwakilan dari imam yang ditahbiskan, RD. Reno mengungkapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah karena kebaikan-Nya, mereka boleh menerima sakramen imamat. Kedua imam baru ini tentunya mohon doa kepada keluarga dan para imam agar mereka kuat, mampu dan lebih matang lagi dalam pelayanan.

    Usai acara pentahbisan pagi itu, kemudian dilanjutkan dengan acara foto bersama dan ramah tamah yang dipandu langsung oleh panitia acara berdasarkan aturan protokol kesehatan berhubung masih dalam suasana pandemi covid19. *Sz. 

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles