Sunday, November 16, 2025
More

    Humanisme: Menyelami Nilai-nilai Universal dalam Era Modern

    MAJALAHDUTA.COM, SUARA DUTA- Pengertian tentang humanisme seringkali menjadi perdebatan dan perbincangan yang mendalam. Di Indonesia, kata “humanisme” sering kali terasa asing dan misterius bagi kebanyakan orang.

    Bagi mereka yang berkeyakinan kuat pada agama dan ajaran eksklusifnya, humanisme mungkin terdengar seperti ancaman yang harus dihadapi. Namun, di sisi lain, ada orang-orang yang merasa terkekang oleh doktrin-doktrin agama dan melihat humanisme sebagai jalan pembebasan yang memberikan mereka nafas baru dalam hidup.

    Penting untuk diingat bahwa humanisme adalah topik yang dekat dengan sejarah dan nilai-nilai Indonesia.

    Para pendiri negara kita telah menganggapnya sebagai pondasi penting dalam mewadahi pluralisme masyarakat kita dan mencantumkannya sebagai salah satu sila dalam Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.

    Meskipun begitu dekat dengan kita, pemahaman tentang humanisme seringkali kabur di benak banyak orang, dan seringkali kita memuji atau mencemoohnya tanpa benar-benar memahami apa yang kita puji atau cemooh.

    Untuk mereka yang meragukan nilai humanisme, ada ilustrasi berharga yang dapat membantu kita memahaminya.

    Dalam masa-masa sebelum modernitas, banyak suku bangsa dan bangsa-bangsa melihat diri mereka sebagai manusia, sementara orang-orang di luar kelompok mereka dianggap sebagai liar, barbar, atau bahkan “bukan manusia.”

    Ini adalah bentuk etnosentrisme yang bahkan mendapatkan justifikasi dalam banyak agama di seluruh dunia, di mana orang-orang di luar umat mereka sering disebut sebagai “kafir” atau sejenisnya.

    Namun, di awal sejarah peradaban, bangsa Yunani dan Romawi kuno memiliki keyakinan akan kemanusiaan universal.

    Mereka memandang “manusia” sebagai sesuatu yang kodrati, dapat dimengerti melalui akal, dan bersifat universal.

    Gagasan ini kemudian dihidupkan kembali selama periode Renaisans dan berkembang bersama dengan modernitas.

    Dengan demikian, kita sekarang memiliki alat untuk mengatasi etnosentrisme melalui konsep abstrak yang dikenal sebagai humanitas.

    Humanisme telah memberikan kontribusi besar terhadap peradaban kita saat ini.

    Ini bukan hanya menjadi landasan bagi hak asasi manusia, masyarakat sipil, dan negara hukum demokratis, tetapi juga mendorong solidaritas global yang melampaui batas-batas negara, ras, agama, dan kelas sosial.

    Ide tentang toleransi agama juga merupakan hasil dari perkembangan humanisme selama Pencerahan Eropa abad ke-18.

    Kita harus mengakui bahwa tidak ada sesuatu yang sepenuhnya baik atau sepenuhnya buruk di dunia ini. Hal yang sama berlaku untuk humanisme.

    Oleh karena itu, tugas kita adalah memahami kemanusiaan dengan lebih baik, mengeluarkannya dari jepitan antihumanisme, dan menjadikannya alat yang bermanfaat dalam kehidupan kita.

    Dalam buku ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang humanisme, mulai dari pengertian normatifnya hingga aspek faktualnya.

    Kita juga akan melihat kritik-kritik terhadap humanisme yang dilontarkan oleh beberapa pemikir kontemporer, yang mungkin akan membantu kita melihat humanisme dengan sudut pandang yang lebih kritis.

    Seiring kita menyelami konsep ini, kita akan memahami betapa kompleks dan beragamnya pandangan tentang humanisme, serta bagaimana hal itu memengaruhi peradaban modern kita.

    Editor: MajalahDUTA.COM
    Sumber: Buku Humanisme dan Sesudahnya (F. Budi Hardiman)

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles