MajalahDUTA.Com, Pontianak – Budi kita selalu aktif. Kita membuat analisis, merenung, melamun, bermimpi. Kita tidak pernah berhenti berpikir. Dapat kita katakan bahwa kita terus-menerus berpikir.
Kadang-kadang kita berharap untuk dapat berhenti berpikir sebentar, agar dapat bebas dari perasaan cemas, takut, dan bersalah.
Baca Juga: Doa adalah Akar Kehidupan Spiritual Katolik
Kemampuan kita untuk berpikir adalah anugerah yang paling besar, tetapi sekaligus merupakan sumber kesusahan kita yang paling besar pula.
Kemampuan Berpikir adalah Anugrah
Apakah kita harus menjadi korban dari pikiran kita yang terus berjalan? Tidak, kita dapat mengubah diri kita yang terus-menerus berpikir menjadi terus-menerus berdoa. Ini kita lakukan dengan mengubah monolog batin kita menjadi dialog dengan Allah kita, yang merupakan sumber segala cinta.
Dialog Dengan Allah
Marilah kita keluar dari sikap mengurung diri, dan kita sadari bahwa Dia yang bersemayam di dalam pusat batin kita berkenan mendengarkan dengan penuh kasih segala sesuatu yang memenuhi diri kita dan membuat diri kita cemas.
Baca Juga: Paus saat Audiensi: Yesus model doa bagi murid-murid-Nya
Ayat Kitab Suci:
“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.”-(Yeremia 29:12-13)- (Sumber: Henri JM Nouwen-MD)