Sunday, October 26, 2025
More

    Misa Rabu Abu, Paus Ungkapkan: ‘Prapaskah adalah Perjalanan Kembali Kepada Allah’

    MajalahDUTA.Com, Pontianak- Berdasarkan VatikanNews yang ditulis oleh Devin Watkins ditulis bahwa Paus Fransiskus merayakan Misa pada Rabu Abu di Basilika Santo Petrus. Dalam momen itu Paus mendesak umat Kristen untuk mengalami Prapaskah sebagai perjalanan kembali menuju Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

    Ketika Gereja memulai musim suci Prapaskah, Paus Fransiskus merayakan Misa untuk Rabu Abu, dengan berkat dan pengenaan abu.

    Dalam homilinya, Bapa Suci merefleksikan Prapaskah sebagai perjalanan kembali kepada Allah dan sebagai kesempatan untuk memperdalam kasih kita terhadap saudara-saudari kita.

    BACA JUGA: “SEMAKIN BERIMAN SEMAKIN MEMILIKI ROH KESETIAKAWANAN”

    Tuhan, kata Paus, menarik hati kita dan seluruh kita, mengundang kita kepada-Nya.

    “Ini adalah waktu untuk mempertimbangkan kembali jalan yang kita ambil,” katanya, “untuk menemukan rute yang menuntun kita pulang dan menemukan kembali hubungan mendalam kita dengan Tuhan, yang semuanya tergantung pada semuanya.”

    Dari Perbudakan Hingga Kebebasan

    Dia mendesak umat Kristen untuk mengevaluasi arah kehidupan kita menuju dan betapa teguhnya kita berjalan di sepanjang jalan kita menuju Allah.

    “Perjalanan Prapaskah adalah eksodus dari perbudakan ke kebebasan,” katanya.

    Ketika kita maju, kita akan merasa tergoda untuk kembali ke kebiasaan lama dan ilusi kita. Tapi, mencatat Paus, kita dapat menemukan kembali jalan kita dengan melihat ke Firman Allah, tidak peduli berapa kali kita tersandung.

    Bapa, Putera dan Roh Kudus

    Paus Fransiskus mengatakan langkah pertama Prapaskah melibatkan kembali kepada Bapa, dengan menerima pengampunan Allah dalam Sakramen Pengakuan.

    “Pengampunan Bapalahlah yang selalu membuat kita kembali berdiri,” katanya.

    Selanjutnya, katanya, kita perlu kembali kepada Yesus. Seperti penderita kusta yang kembali untuk berterima kasih kepada-Nya, kita juga “membutuhkan penyembuhan Yesus. Kita perlu mempersembahkan luka-luka kita kepada-Nya dan berkata: “Yesus, aku di hadapanmu, dengan dosaku, dengan kesedihanku. Anda adalah dokter. Kau bisa membebaskanku. Sembuhkan hatiku.”

    BACA JUGA: Pemberkatan Busana dan Perlengkapan untuk Imam Baru

    Kemudian, kata Paus, kita diundang untuk kembali ke Roh Kudus.

    Abu yang ditaburkan di kepala kita, dia menunjukkan, mengingatkan kita bahwa kita adalah debu. “Namun setelah debu kita ini, Allah meniup Roh Kehidupan-Nya.”

    Rekonsiliasi yang Tulus

    Bapa Suci melanjutkan untuk mencatat bahwa perjalanan kembali kita kepada Allah hanya mungkin karena Dia “pertama kali melakukan perjalanan kepada kita.”

    Karena Yesus memeluk dosa dan kematian kita, “perjalanan kita kemudian adalah tentang membiarkan Dia membawa kita dengan tangan.”

    Tanggapan kami terhadap undangan Tuhan, kata Paus, melibatkan rekonsiliasi yang tulus, “dengan perbuatan dan praktik yang mengekspresikannya.”

    Prapaskah adalah Keturunan yang Rendah Hati

    Akhirnya, Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa Prapaskah adalah waktu yang tepat baik untuk melakukan perjalanan menuju Allah maupun terhadap saudara-saudara kita.

    “Prapaskah adalah keturunan yang rendah hati baik ke dalam maupun ke arah orang lain,” katanya. “Ini adalah tentang menyadari bahwa keselamatan bukanlah pendakian menuju kemuliaan, tetapi keturunan dalam cinta.”

    Tidak peduli seberapa sering kita tersandung, menyimpulkan Paus, kita selalu dapat beralih ke Salib Kristus dan merenungkan luka-luka-Nya kekurangan dan kekosongan kita sendiri.

    “Dengan mencium luka-luka itu, kita akan menyadari bahwa di sana, dalam hidup luka yang paling menyakitkan, Allah menanti kita dengan belas kasihan-Nya yang tak terbatas.” (Devin Watkins-Semz).

     

     

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles