Tuesday, December 23, 2025
More

    Manajemen sebagai Seni Menuntun Hati Manusia

    DUTA, Pontianak | Di tengah dunia kerja yang kian dikejar target, efisiensi, dan angka-angka kinerja, manajemen sering direduksi menjadi sekadar teknik mengatur sumber daya.

    Padahal, dalam praktik sehari-hari, persoalan manajemen justru paling sering berakar pada manusia yakni cara memimpin, berkomunikasi, mengambil keputusan, dan menjaga arah bersama.

    Di titik inilah Pengantar Manajemen hadir bukan hanya sebagai buku teks, melainkan sebagai pengingat bahwa manajemen pada dasarnya adalah seni menuntun (hati) manusia.

    Gagasan bahwa “manajemen sejati bukan soal mengatur banyak hal, melainkan menuntun banyak hati menuju satu tujuan” terasa relevan dengan realitas organisasi hari ini.

    Banyak kegagalan manajerial bukan disebabkan oleh ketiadaan sistem, melainkan oleh absennya pemahaman tentang manusia. Target bisa disusun rapi, struktur organisasi bisa dibangun megah, tetapi tanpa kepemimpinan yang memahami motivasi, etika, dan relasi, organisasi mudah kehilangan arah.

    Buku Pengantar Manajemen mengulas fungsi-fungsi dasar manajemen—perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian—dengan pendekatan yang jernih dan kontekstual.

    Konsep-konsep klasik yang sering terasa kaku di ruang kelas dibumikan melalui contoh-contoh nyata yang dekat dengan keseharian dunia kerja. Di sini, manajemen tidak diposisikan sebagai seperangkat rumus, melainkan sebagai proses dinamis yang selalu berhadapan dengan situasi konkret.

    Ditulis oleh tim akademisi Dosen Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo — Samuel, Theodorus Yanzens, Sri Novita, Maksum, Sumitro, dan Suardi—buku ini menawarkan sudut pandang yang kaya dan berimbang, memadukan teori manajemen klasik dengan perkembangan terbaru di era digital dan globalisasi.

    Buku Pengantar Manajemen – AKUB Pontianak

    Yang menarik, buku ini (445 halaman) secara konsisten menempatkan manusia sebagai pusat pembahasan. Seorang manajer tidak hanya digambarkan sebagai pengambil keputusan, tetapi juga sebagai komunikator, pemimpin, sekaligus penanggung jawab moral.

    Keputusan manajerial tidak pernah netral artinya ia selalu membawa konsekuensi etis bagi orang lain. Perspektif ini penting, terutama di era ketika tekanan kompetisi global sering mendorong organisasi mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

    Ditulis oleh tim akademisi dari Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, buku ini memperlihatkan upaya serius untuk menjembatani teori dan praktik.

    Teori manajemen klasik tidak ditinggalkan, tetapi dibaca ulang dalam terang perkembangan mutakhir, mulai dari digitalisasi hingga globalisasi, alhasil pembaca tidak terjebak pada nostalgia teori lama, tetapi juga tidak terbuai oleh jargon manajemen modern yang sering dangkal.

    Sentuhan editorial Romo Andreas Kurniawan, OP juga memperkuat arah humanis buku ini. Narasi disusun dengan alur yang rapi dan bahasa yang bersahabat, membuat topik manajemen—yang kerap dianggap kering—menjadi lebih hidup dan reflektif.

    Buku ini tidak sekadar mengajarkan “bagaimana mengelola”, tetapi juga mengajak pembaca bertanya “untuk apa” dan “dengan cara apa” organisasi dijalankan.

    Dalam konteks pendidikan tinggi dan dunia profesional, Pengantar Manajemen dapat dibaca sebagai ajakan untuk merevisi cara pandang kita tentang kepemimpinan.

    Manajemen bukan semata keterampilan teknis, melainkan juga sikap batin. Seorang manajer dituntut memiliki visi, tetapi juga empati; strategi, tetapi juga nurani. Tanpa keseimbangan ini, manajemen mudah berubah menjadi alat dominasi, bukan sarana pemberdayaan.

    Buku ini relevan bagi mahasiswa yang baru memasuki dunia manajemen, tetapi juga bagi praktisi yang ingin merefleksikan kembali praktik kepemimpinannya.

    Di tengah perubahan yang cepat dan ketidakpastian global, organisasi membutuhkan lebih dari sekadar sistem yang canggih. Mereka membutuhkan pemimpin yang mampu membaca manusia, membangun kepercayaan, dan menjaga tujuan bersama.

    Pada akhirnya, Pengantar Manajemen mengingatkan kita bahwa manajemen bukan tujuan, melainkan sarana.

    Sarana untuk mengelola sumber daya secara bertanggung jawab, memimpin orang dengan hormat, dan mengarahkan organisasi pada tujuan yang bermakna. Di dunia yang semakin mekanistis, pendekatan semacam ini bukan hanya relevan, tetapi juga mendesak.

    *Oleh: Samuel – Dosen AKUB_San Agustin – Pontianak.

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles