Duta, Pontianak | Sore itu, sepulang dari perkuliahan Manajemen Sumber Daya Manusia, saya membuka gim Honkai Star Rail (HSR) sekadar untuk melepas penat. Namun setelah menyelesaikan misi harian, saya tiba-tiba menyadari sesuatu yang menarik yakni muncul perspektif lain bahwa HSR bukan hanya permainan hiburan atau pelarian dari rutinitas.
HSR adalah contoh miniatur dunia kerja—sebuah ruang simulasi yang merefleksikan konsep manajemen talenta, manajemen SDM, dan prinsip ekonomi sebagaimana dipaparkan dalam buku yang saya pelajari.
Kesadaran itu muncul ketika saya melihat bagaimana saya, sebagai pemain, harus menentukan karakter mana yang harus diprioritaskan untuk dikembangkan.
Ternyata, proses tersebut sangat mirip dengan bagaimana sebuah organisasi memilih, merekrut, dan mengembangkan pekerjanya. Meskipun HSR hanyalah gim, keputusan-keputusan yang diambil pemain merepresentasikan struktur berpikir manajerial yang ada dalam organisasi nyata.
Talent Identification dalam Dunia Virtual
Saat mulai bermain HSR, hal paling mendasar yang harus dilakukan adalah memilih karakter yang ingin dikembangkan. Setiap karakter memiliki keunikan, peran, dan potensi yang berbeda—ada yang unggul sebagai DPS, ada yang berfungsi sebagai support, healer, atau shielder.
Proses itu mengingatkan saya pada konsep identifikasi talenta dalam Manajemen Talenta. Di dunia kerja, perusahaan harus mampu menemukan individu-individu dengan potensi terbaik untuk dikembangkan lebih jauh.
Sebagaimana organisasi tidak bisa memberikan perhatian yang sama kepada semua karyawan, pemain HSR juga tidak bisa mengembangkan seluruh karakter sekaligus.
Keterbatasan material, credits, dan Trailblaze Power membuat pemain harus membuat keputusan strategis mengenai siapa yang menjadi prioritas. Ini merupakan bentuk talent mapping sederhana dalam dunia virtual—konsep yang sama dengan yang terjadi di perusahaan nyata.
Identifikasi tidak berarti apa-apa tanpa pengembangan. Dalam HSR, karakter tidak serta-merta menjadi kuat hanya karena mereka bintang lima. Mereka membutuhkan peningkatan level, ascension, upgrade traces, relic yang sesuai, serta light cone yang tepat. Semua ini mencerminkan konsep pelatihan dan pengembangan dalam manajemen SDM.

Dalam literatur MSDM ditegaskan bahwa pengembangan adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan investasi waktu, tenaga, dan sumber daya.
Hal yang sama berlaku di HSR tanpa pengembangan yang sistematis, karakter sehebat apa pun tidak dapat memberikan performa maksimal. Gim ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa potensi tanpa pengembangan hanya akan menghasilkan performa standar, bukan keunggulan.
Perencanaan SDM tentang Menyusun Tim dan Menyusun Organisasi
Konsep perencanaan SDM juga tercermin jelas dalam HSR. Saat membentuk tim, pemain harus mempertimbangkan komposisi peran, keseimbangan antara offense dan defense, serta kecocokan antar karakter.
Proses ini mirip dengan bagaimana organisasi menentukan kebutuhan kompetensi, menempatkan karyawan pada posisi yang tepat, dan memastikan struktur tim berjalan efektif.
Tanpa perencanaan yang matang, baik tim dalam HSR maupun organisasi nyata akan berjalan tidak efektif. HSR mengajarkan bahwa kemampuan individu saja tidak cukup—yang terpenting adalah sinergi dalam tim, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai teori manajemen.
Dalam dunia kerja, kompensasi tidak hanya berupa gaji, tetapi juga pelatihan, fasilitas, dan dukungan organisasi. Dalam HSR, kompensasi itu diwujudkan melalui relic berkualitas tinggi, light cone unggulan, dan peningkatan traces yang membuat karakter bekerja lebih optimal.
Dengan kata lain, jika pemain tidak “mengompensasi” karakternya dengan investsi yang tepat, maka performa mereka pun tidak akan optimal.
Prinsip tersebut sejalan dengan konsep MSDM yang menyatakan bahwa kinerja tinggi hanya muncul ketika organisasi memberikan dukungan memadai bagi karyawannya. HSR memvisualisasikan hal tersebut secara sederhana namun efektif.
Pelajaran Ekonomi tentang Kelangkaan, Prioritas, dan Risiko
Selain manajemen, HSR juga menyajikan refleksi menarik tentang prinsip ekonomi dasar. Credits, materials, dan Trailblaze Power selalu terbatas. Pemain harus memilih secara strategis tentang apakah ingin memaksimalkan satu karakter atau menahan sumber daya untuk karakter lain?
Konsep kelangkaan (scarcity) ini memperkenalkan pemain pada pentingnya menentukan prioritas dalam situasi sumber daya terbatas.
Konsep opportunity cost juga hadir secara jelas dalam mengembangkan satu karakter berarti mengorbankan kesempatan meningkatkan karakter lain. Ini adalah bentuk pengambilan keputusan yang sangat mirip dengan konteks ekonomi maupun manajerial di dunia nyata.
Selain itu, mekanisme gacha dalam HSR mengajarkan konsep risiko dan evaluasi manfaat. Pemain harus menentukan apakah akan menarik banner sekarang atau menunggu banner berikutnya. Keputusan ini, meski terlihat sederhana, mencerminkan bagaimana individu melakukan analisis risiko dalam pengambilan keputusan ekonomi maupun organisasi.
Belajar Manajemen dari Dunia Virtual
Semakin lama saya bermain HSR, semakin saya menyadari bahwa gim ini adalah cerminan sederhana dari bagaimana organisasi bekerja.
HSR memperlihatkan bahwa talenta harus diidentifikasi, dikembangkan, dan dirawat sumber daya harus diprioritaskan; dan setiap keputusan selalu membawa risiko. Semua konsep tersebut menunjukkan bagaimana manusia dan organisasi mengambil keputusan dalam kehidupan nyata.
HSR bukan lagi sekadar gim hiburan bagi saya. Ia adalah ruang belajar yang mengajarkan bahwa pengembangan karakter mirip dengan pengembangan karyawan, bahwa kelangkaan sumber daya mengharuskan kita memilih secara strategis, dan bahwa setiap keputusan—baik di game maupun di dunia nyata—membawa konsekuensi.
Melalui dunia virtual ini, saya semakin memahami bagaimana teori-teori dalam manajemen dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sederhana, menyenangkan, dan intuitif.
Daftar Pustaka
Rahim, D. A., I. Lestari, M. N. Sukardi, M. A. K. Luhgiatno, D. P. Marumpe, T. Y. Hendrowati, T. Astuti, A. S. Wildan, S. Ratnawati, M. F. Kurniawan, S. Nurdiah, dan H. Pandiangan. Manajemen Talenta: Strategi untuk SDM Kompetitif di Era Digital. 2025.
Marjuni, Sumarni. Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Chakti Pustaka Indonesia, 2023.
*Deo Febriant, Mahasiswa Akademi Keuangan dan Perbankan, Universitas Santo Agustinus Hippo II Pontianak, (Sam).


