Tuesday, December 23, 2025
More

    Pelajaran Manajemen Risiko dari Kasus Persalinan dalam Pesawat

    Duta, Pontianak | Dalam manajemen risiko, tidak ada peristiwa yang benar-benar mustahil terjadi. Kasus penumpang yang melahirkan di pesawat merupakan salah satu contoh nyata bahwa risiko berprobabilitas rendah tetap harus ditempatkan dan dikelola secara sistematis, terutama dalam industri penerbangan.

    Banyak dari kita tidak pernah membayangkan bahwa sebuah penerbangan komersial—yang idealnya berlangsung lancar dari berangkat hingga tiba di tujuan—dapat berubah menjadi ruang persalinan darurat.

    Insiden ini terjadi pada seorang penumpang yang tengah hamil 33 minggu dan tiba-tiba mengalami kontraksi hingga melahirkan di dalam pesawat.

    Kejadian ini tidak hanya mengejutkan penumpang lain dan awak kabin, tetapi juga memunculkan fakta tak terduga: di dalam pesawat tersebut ternyata ada seorang bidan, Dr. Tessa Siswina, S.Si., T.M., Keb., yang turut membantu proses persalinan. Berkat bantuannya, ibu dan bayi berhasil diselamatkan.

    Menurut kisah yang dimuat pada Kamis, 13 Maret 2025, dalam Tribunnews dan Grid.ID, pesawat rute Pontianak–Surabaya yang dijadwalkan berangkat pukul 07.05 WIB mengalami keterlambatan hingga pukul 07.35 WIB.

    Tessa, yang duduk di kursi 15, awalnya tidak menyadari apa yang terjadi sampai akhirnya pramugari membuat pengumuman untuk mencari bidan atau dokter. Setelah mengetahui situasi sebenarnya, ia memperkenalkan diri, menunjukkan identitas profesinya, dan segera membantu penumpang yang akan melahirkan.

    Di era digital, proses pemesanan tiket dan verifikasi data penumpang memang semakin mudah. Namun, kasus ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi tidak serta-merta menjamin sistem identifikasi risiko yang memadai.

    Seperti yang dijelaskan oleh Melkianus Albin Tabun, digitalisasi memang membuat banyak proses menjadi lebih cepat, tetapi tidak menghilangkan tantangan terbesar dalam kehidupan manusia maupun bisnis: ketidakpastian.

    Ketidakpastian adalah kondisi yang tidak dapat diprediksi dan dapat menghasilkan berbagai kemungkinan, baik menguntungkan maupun merugikan. Dalam teori probabilitas, ketidakpastian yang berpotensi membawa kerugian disebut risiko.

    Definisi ini sejalan dengan KBBI dan regulasi OJK yang menyebutkan bahwa risiko adalah potensi kerugian yang timbul akibat kejadian tidak terduga. Dengan demikian, meskipun teknologi menawarkan efisiensi, perusahaan tetap harus mampu mengidentifikasi dan mengelola risiko karena setiap aktivitas bisnis mengandung unsur ketidakpastian.

    Dalam konteks kasus ini, ketidakpastian menjadi tantangan besar bagi kru pesawat, maskapai, dan pramugari. Oleh karena itu, maskapai perlu menerapkan proses manajemen risiko melalui tiga tahap utama: identifikasi, pengukuran, dan pengendalian.

    1. Identifikasi
      Maskapai harus memasukkan risiko medis tak terduga—seperti persalinan dalam pesawat—ke dalam daftar risiko operasional mereka. Langkah ini penting untuk mengantisipasi potensi kerugian, baik yang bersifat kecil maupun besar.

    2. Pengukuran
      Maskapai perlu menilai probabilitas serta dampaknya apabila kondisi tak terduga terjadi. Dampak ini bisa mencakup aspek keuangan, reputasi, maupun keselamatan.

    3. Pengendalian
      Maskapai perlu menetapkan langkah mitigasi, seperti pelatihan kru agar sigap menghadapi keadaan darurat, serta memastikan ketersediaan perlengkapan medis dasar dalam pesawat. Dengan demikian, jika kejadian serupa terulang, kru tidak lagi cemas karena sudah diperlengkapi dengan prosedur dan fasilitas yang memadai.

    Dalam kasus darurat kelahiran, prosedur standar meliputi pemeriksaan kondisi ibu, pemanggilan tenaga medis di kabin, serta konsultasi dengan dokter di darat untuk menentukan apakah perlu pendaratan darurat.

    Jika persalinan tidak dapat ditunda, awak kabin menyiapkan area persalinan dengan peralatan medis dasar yang tersedia di pesawat. Proses kelahiran dapat ditangani oleh tenaga medis profesional yang berada di pesawat atau dengan panduan dokter dari darat. Setelah bayi lahir, pesawat diwajibkan mendarat secepat mungkin untuk penanganan medis lanjutan.

    Dalam tulisan ini, saya mencoba menghubungkan teori firma dari McAfee dengan kasus persalinan di pesawat. Teori tersebut memandang perusahaan sebagai mesin yang mengubah input menjadi output.

    Namun, realitas menunjukkan bahwa terutama dalam industri penerbangan, perusahaan tidak sesederhana itu. Keadaan darurat seperti persalinan di udara dapat mengganggu proses produksi jasa penerbangan. Karena itu, maskapai harus siap menghadapi kondisi tak terprediksi sebagai bagian dari pelayanan dan risiko operasional.

    Kasus ini menunjukkan bahwa perusahaan modern tidak hanya bergantung pada teknologi dan standar prosedur, tetapi juga pada kemampuan mereka mengelola kejadian mendadak yang berpotensi memengaruhi biaya, keselamatan, dan reputasi perusahaan.

    Daftar Pustaka 

    Buku

    Tabun, Melkianus Albin. Manajemen Risiko Bisnis Era Digital. Seval Literindo Kreasi, 2023.
    https://repository.ung.ac.id/get/kms/32270/buku_manajemen-risiko.pdf.

    McAfee, R. Preston, and Tracy R. Lewis. Introduction to Economic Analysis. Open Textbook Library, 2009.
    https://open.umn.edu/opentextbooks/textbooks/introduction-to-economic-analysis.

    Sumber Berita

    “Penumpang Melahirkan di Pesawat, Bidan Tessa Siswina Ungkap Kronologi.” Tribunnews.com, 13 Maret 2025.

    “Pengalaman Bidan Tessa Bantu Persalinan di Udara.” Grid.ID, 13 Maret 2025.

    “Persalinan Darurat di Pesawat Rute Pontianak–Surabaya.” Surya Malang, 13 Maret 2025.

    *Carlos Lievanus Saputra – Mahasiswa Akademi Keuangan dan Perbankan (Sam). 

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles