Duta, San Agustin | Serupa tapi tak sama, apakah kalian pernah mendengar buah Tabodol (cempedak)? cempedak ialah buah-buahan dari family moraceae dengan nama ilmiah Artocarpus Integer.
Bentuk, rasa, dan keharumannya mirip seperni nangka, meski kerap kali aromanya menusuk kuat mirip buah durian umumnya daging buah yang satu ini dimakan ketika sudah matang, namun yang masih muda dapat dikonsumsi dan diolah menjadi sayur, dan daging buah yang sudah matang bisa di jadikan gorengan.
Dari manakah tanaman ini berasal? Tanaman yang satu ini berasal dari Asia Tenggara, dan menyebar luas mulai dari wilayah Tenasserim di Burma, Malaysia, Thailand, dan sebagian Kepulauan Nusantara seperti di Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku hingga ke Papua dan Juga banyak didapati di Jawa bagian barat.
Kayunya cempedak berkualitas baik, kuat, dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai kayu bangunan, bahan perabotan rumah, atau bahan perahu. Kulit kayunya yang berserat dapat digunakan sebagai bahan tali, dan getahnya untuk memukat burung. Dari kayunya juga dapat dihasilkan bahan pewarna kuning.
Untuk mengolah cempedak menjadi gorengan tidak-lah sulit, Buah yang dipakai dalam keadaan segar, daging buah cempedak kadang-kadang beserta bijinya langsung diberi tepung, gula atau garam dan digoreng, dijadikan camilan minum teh atau kopi. Bijinya dapat digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam.
Di Kalimantan Barat, Kabupaten Landak, Kecamatan Meranti, Desa Meranti adalah salah satu tempat yang banyak di temui cempedak, khususnya di dusun pelanjau cempedak sering di awetkan dengan cara dijemur.
masyarakat setempat menyebutnya “lampok”, penjemuran biasanya memekan waktu rentang dari 5 sampai 14 hari tergantung cuaca, ciri-ciri cempedak yang sudah kering sempurna adalah warnyanya yang sudah merah kehitaman, pengawetan ini bertujuan untuk menyimpan cempedak dalam waktu yang lama sehingga bisa dinikmati kapan saja.
Proses pembuatannya cukup mudah langkah pertama belah kulit cempedak lalu ambil daging isinya tempatkan di wadah yang datar besar untuk menjemur.
Albertus Agung yang akrab disapa Agung merupakan salah satu warga Dusun Pelanjau penggemar cempedak goreng, apabila lagi musim ia sering membuat gorengan ini yang disantap dengan secangkir kopi untuk sarapan. senin 24 Febuari 2025 pukul 16.20 WIB, Agung membuat gorengan cempedak.
“Saya suka bikin gorengan ini karna enak sekali”, ujarnya.
Agung juga sering membuat lampok, dia mengaku bahwa bersama ibu-nya dahulu sering membuat lampok dan hampir tiap hari cari cempedak.

Proses pembuatan Lampok
Proses pembuatannya yang sederhana, dengan melapisi buah cempedak yang telah matang dengan adonan tepung dan menggorengnya hingga ke-cokelat-an.
Membuat cempedak goreng menjadi salah satu favorit di berbagai kalangan. Agung menyukai gorengan ini bukan tanpa alasan “ saya suka gorengan cempedak ini karna rasanya yang unik, manis, lumer, wangi dan tidak mengunakan gula tambahan,” ujarnya sembari tersenyum.
Selain olahan dagingnya bijinya juga dapat dikonsumsi, masyarakat setempat biasanya merebus bijinya kemudian langsung di makan atau ditiskan lalu di goreng di campur sedikit penyedap rasa.
Dengan rasa yang lezat dan aroma yang khas, cempedak goreng tidak hanya mendapat tempat di hati para penikmat kuliner, tetapi juga membuka peluang usaha yang menjanjikan bagi para pelaku usaha kecil.
“Sedikit lengket namun enek pas masih panas,” ujar Agung. (Agustinus Danu Damara, PMAT 22 B).




