MajalahDUTA.Com, Pontianak – Yang diwahyukan Allah adalah diri-Nya sendiri. Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah mewahyukan diri. Melalui sabda dan karya-Nya yang berasal dari cinta kasih yang dalam Kristus telah dinyatakan sejak kekal.
Menurut rencana ini, semua umat manusia, melalui rahmat Roh Kudus, mengambil bagian dalam kehidupan ilahi sebagai “anak-anak angkat” dalam Putra Tunggal Allah. Tahap-tahap awal pewahyuan Allah dimulai sejak awal mula, Allah mengungkapkan diri-Nya kepada leluhur kita yang pertama, Adam dan Hawa, dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam persatuan yang intim dengan-Nya.
Baca Juga: Kompendium Katekismus Gereja Katolik
Sesudah kejatuhan mereka ke dalam dosa, Allah tidak menghentikan pewahyuan-Nya kepada mereka, tetapi menjanjikan penebusan bagi semua keturunan mereka. Sesudah bencana air bah, Allah membuat perjanjian dengan Nabi Nuh, perjanjian antara Allah sendiri dengan semua makhluk hidup.
Mewahyukan Diri
Selain itu, pewahyuan Allah berlanjut pada tahap-tahap berikutnya, yaitu Allah memilih Abram, memanggilnya keluar dari tanah airnya, menjadikannya “bapa banyak bangsa” (Kej 17:5), dan berjanji melalui dia “semua bangsa di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Bangsa keturunan Abraham akan menjadi orang-orang kepercayaan dari janji ilahi yang sudah diberikan kepada para bapa bangsa.
Allah membentuk Israel sebagai bangsa terpilih, membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, menetapkan perjanjian di Gunung Sinai, dan melalui Nabi Musa memberikan hukum-Nya kepada mereka. Para nabi memaklumkan penebusan bagi seluruh umat dan penyelamatan bagi segala bangsa dalam sebuah perjanjian yang baru dan kekal. Dari bangsa Israel, dari keturunan Raja Daud akan lahir sang Mesias, yaitu Yesus.
Baca Juga: Kompendium Katekismus Gereja Katolik: Kemampuan Manusia Untuk Mengenal Allah
Tahap-tahap wahyu Allah yang penuh dan definitif terlaksana dalam sabda-Nya yang menjadi daging, Yesus Kristus, pengantara dan kepenuhan wahyu. Sebagai Putra Tunggal Allah yang menjadi manusia, Dialah Sabda Bapa yang sempurnadan definitif. Dalam pengutusan Sang Putra dan pemberian Roh Kudus, sekarang wahyu Allah menjadi lengkap secara penuh, namun iman gereja harus sedikit demi sedikit memahami maknanya yang lengkap selama berabad-abad.
Bapa Bangsa
Santo Yohanes dari Salib Suci mengatakan “sejak Ia menganugerahkan kepada kita Putra-Nya, yang adalah Sabda-Nya yang tunggal dan definitif, Allah tidak mempunyai sabda yang lain lagi untuk kita. Ia sudah mengatakan segala sesuatu dalam Sabda yang satu dan tidak lagi mengatakan hal lain”.
Wahyu-wahyu pribadi Allah bernilai, walaupun tidak termasuk dalam khazanah iman, wahyu-wahyu pribadi dapat membantu manusia untuk menghidupi imannya sejauh membawa kita kepada Kristus. Kuasa mengajar Gereja yang mempunyai tugas untuk menilai wahyu-wahyu pribadi semacam itu tidak dapat menerima mereka yang mengklaim bahwa wahyu pribadi itu melebihi atau mengoreksi wahyu definitif, yaitu Kristus.