Tuesday, February 18, 2025
More

    Potensi Pekawai (Durio Kutejensis) Sebagai Buah Elit Unggulan Sekadau Kalimantan Barat

    MAJALAHDUTA.COM, Media Center San Agustin| Senin 12 Agustus 2024 – Pulau Kalimantan dikaruniai sumber daya alam yang luar biasa besar mulai dari potensi mineral, berbagai anggrek tergolong langka sampai dengan berbagai macam buah.

    Data Dinas Pertanian Kabupaten Sekadau menunjukkan bahwa populasi tanaman buah terbanyak kedua adalah rambutan sebanyak 25.347 pohon dan yang paling banyak adalah Durian tercatat 106.170 pohon.

    Bila dipelajari lebih dalam ternyata durian di Kalimantan terutama di Kalimantan Barat memiliki berbagai jenis antara lain pekawai atau lai (durio kutenjensis) sejenis durian penampilan kulit berduri berwarna kuning halus yang agak tumpul/tidak runcing, ukuran buah relatif kecil, daging buahnya berwarna orange sedikit kenyal dan aromanya tidak menyengat.

    Menurut hasil penelitian Krismawati (2006) menyatakan bahwa di Kabupaten Barito Kalimantan Tengah Pohon Lai ( Durio kutejensis Hassk.) berperawakan pohon, tingginya mencapai 24 meter dengan diameter batang 40 cm.

    Buahnya bertipe kapsul, berbentuk bulat telur sampai menjorong, bersegi lima, berukuran sampai 20 x 12 cm, berwarna kuning kusam, tertutup oleh duri-duri halus yang agak tumpul/tidak runcing, panjangnya 1-1,5 cm.

    Bijinya berbentuk menjorong, panjangnya sampai 4 cm, berwarna coklat berkilap, terbungkus oleh aril yang berdaging, berwarna kuning dan tidak beraroma. Tanaman yang dibudidayakan dapat mulai berbuah setelah pohonnya mencapai tinggi 4-5 meter.

    Buah pekawai ini sangat eksotik dilihat dari warna daging buahnya yang berbeda sekali dengan warna daging buah durian yang lain.

    Warnanya yang orange membuat daya tarik tersendiri.

    Buah pekawai ini sangat lezat, baik dinikmati secara langsung maupun dibuat menjadi sayur untuk hidangan makanan keluarga bersama karenan buah ini memiliki kandungan gizi yang baik.

    Menurut Antarlina dan Krismawati (2009), warna daging buah pekawai lebih kuning hingga orange daripada durian, sehingga kadar vitamin A buah pekawai jauh lebih tinggi dari pada buah durian.

    Kandungan kalori, kadar total gula, dan kadar lemak buah pekawai lebih rendah daripada durian. Lemak merupakan penyumbang terbesar kolesterol yang menjadi risiko bagi penderita hipertensi.

    Ditinjau dari komponen kimianya, buah pekawai 2 lebih baik daripada buah durian, namun buah pekawai belum sepopuler durian dan sebagian masyarakat belum mengetahui buah pekawai.

    Adapun jenis durian lainnya adalah durian kalih, durian karantungan, durian temeranang sama seperti jenis-jenis durian di tempat lain di wilayah Indonesia.

    Dari data yang terekam oleh Dinas Pertanian Sekadau, belum terdeterminasi berapa jumlah dari masing-masing jenis durian tersebut. Namun dari berbagai data di lapangan menunjukkan bahwa jenis durian Pekawai semakin jarang dijumpai. Buah Pekawai di Kabupaten Sekadau tumbuh di hutan belantara di daerah pedalaman belum dibudidayakan. Sebelum adanya alih fungsi lahan menjadi lahan sawit, durian ini tumbuh dimana-mana.

    Buah pekawai ini hanya dikosumsi sebagi buah segar oleh masyarakat di daerah dan tidak dipasarkan sehingga tidak ada nilai tambah yang didapatkan masyarakat.

    Dengan semakin luasnya alih fungsi lahan diantaranya perkebunan sawit menyebabkan Kerusakan hutan memberikan tekanan besar yang mengarah kepada kepunahan tehadap keberadaan pekawai sehingga buah pekawai semakin susah untuk ditemui.

    Kondisi ini menyebabkan perlu dilakukan eksplorasi pekawai di Sekadau.

    Eksplorasi buah pekawai di sekadau ini akan memberikan pengetahuan tentang potensi buah pekawai yang dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan yang bernilai ekonomi. Dengan kenyataan tersebut sehingga jenis buah durian (Pekawai) sangat menarik untuk dikembangkan.

    Buah yang memiliki penampilan sangat eksotik ini dapat dikembangkan sebagai produk buah segar (Export), produk-produk turunan berbahan baku durian tersebut diantaranya es krim, kembang gula, sari buah, dodol, jem (selai), aneka kue, keripik, dan tepung pekawai, serta dikembangkan sebagai bibit bersertifikasi sehingga tanaman ini dapat terhindar dari kepunahan permanen.

    Dengan perkembangan yang baik, buah tersbut akan menjadi ikon kabupaten Sekadau, seperti halny buah-buah dari daerah lain di Indonesia.

    Selain itu diharapkan tulisan ini mampu memberikan Informasi penting terutama bagi pengambil kebijakan di daerah untuk segera mengambil langkah yang tepat dan cepat untuk menyelamatkan buah lokal agar tidak punah.

    Oleh: Sarita Indah Sari | Dosen Program Studi Agribisnis, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles