MAJALAHDUTA.COM, SPRITUALITAS– Santo Thomas a Becket juga dikenal sebagai Thomas Beckett dan Thomas of Canterbury.
Secuplik Kisah Santo Thomas:
Santo Thomas Becket adalah seorang martir yang lahir pada tanggal 21 Desember 1118 di London, Inggris.
Ia memiliki keturunan Norman dan mendapat pendidikan di Merton Priory, Universitas Paris, Bologna, Italia, dan Auxerre, Prancis.
Santo Thomas pernah menjadi seorang tentara dan perwira, hingga akhirnya diangkat menjadi Uskup Agung Canterbury pada tanggal 3 Juni 1162.
Sebelumnya, ia merupakan sahabat Raja Henry II dan bahkan menjabat sebagai Kanselir Inggris.
Salah satu poin penting dalam kehidupan Santo Thomas Becket adalah ketika ia menentang campur tangan Raja dalam urusan gerejawi.
Hal ini menyebabkan pengasingannya berkali-kali dan akhirnya pembunuhannya oleh pendukung Raja. Santo Thomas Becket meninggal sebagai seorang martir pada tanggal 29 Desember 1170 di Katedral Canterbury, Inggris.
Beberapa reliknya disimpan di Ladyewell Shrine di Lancaster, Inggris.
Santo Thomas Becket dikanonisasi pada tanggal 21 Februari 1173 oleh Paus Alexander III. Ia dihormati sebagai pelindung rohaniwan, Exeter College di Oxford, Inggris, Portsmouth, Inggris, dan rohaniwan sekuler.
Ia sering digambarkan sebagai seorang uskup agung dengan luka di kepalanya, memegang pedang terbalik, berlutut di depan pembunuhnya, atau sedang dibunuh di dalam gereja. Lambangnya adalah tongkat uskup dengan kepala kapak perang di atasnya.
Santo Thomas Becket memiliki beberapa kutipan terkenal, salah satunya adalah:
“Hereafter, I want you to tell me, candidly and in secret, what people are saying about me. And if you see anything in me that you regard as a fault, feel free to tell me in private. For from now on, people will talk about me, but not to me. It is dangerous for men in power if no one dares to tell them when they go wrong.”
Peringatan Santo Thomas Becket adalah kesempatan bagi umat Katolik untuk mengenang seorang martir yang berjuang untuk kemerdekaan Gereja dan hak-hak gerejawi.
Perjuangannya melawan campur tangan kekuasaan politik dalam urusan gereja masih relevan hingga saat ini.
Editor: Redaksi
Sumber: Berbagai Olahan