MAJALAHDUTA.COM, SEJARAH– Singkawang, sebuah kota yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, merayakan kekayaan budaya dan sejarah keagamaan yang tak ternilai.
Dikelilingi oleh pegunungan, seperti Gunung Pasi, Gunung Poteng, dan Sakok, kota ini menyimpan makna mendalam dalam setiap lekukannya.
Nama Singkawang sendiri berasal dari bahasa Cina Hakka atau Khek, “San kew jong,” yang berarti “sebuah di antara pegunungan dan kuala/muara dari beberapa sungai di tepi laut.” Sebuah nama yang mencerminkan keindahan geografisnya.
Sebagai paroki yang terbagi dalam dua bagian, Paroki Singkawang memancarkan keberagaman wilayahnya.
Bagian pertama terletak di wilayah Pemkot Singkawang, sementara bagian kedua mencakup wilayah Kabupaten Bengkayang, termasuk Kecamatan Capkala dan Sungai Raya.
Sejarah Paroki Singkawang dimulai dari zaman kolonial. Pada tahun 1873, umat Katolik sudah hadir di sana, dipermandikan oleh Pastor J. de Vries, SJ. Stasi ini berkembang pesat, dan pada tahun 1885, Pater Staal SJ menjadi pastor Paroki pertama.
Misi Katolik di Kalimantan terus tumbuh, diawasi oleh berbagai ordo.
Singkawang, yang sekarang merupakan paroki yang cukup besar di wilayah Keuskupan Agung Pontianak, menjadi pusat aktivitas misi. Pada awalnya, Singkawang adalah stasi pertama di Kalimantan bagian Indonesia.
Paroki ini berkembang dengan menggandeng berbagai ordo, dan pada tahun 1905, Kongregasi Penyebaran Iman mendirikan Prefektur Apostolik Kalimantan.
Pimpinan Prefektur mempercayakan misi ini kepada Ordo Kapusin, yang kemudian mendirikan gereja dan sekolah.
Pada tahun 1909, Singkawang menjadi pusat kegiatan misi, dan pada 1913, Bruder Wenceslaus mulai melibatkan orang-orang dalam pembangunan, memulai sekolah pertukangan di Pontianak pada 1928.
Karya misi Katolik di Singkawang melibatkan pendirian gereja, sekolah, asrama, dan rumah sakit. Para misionaris, baik pastor, bruder, maupun suster, memberikan kontribusi besar dalam mendidik anak-anak, merawat orang sakit, dan membantu masyarakat setempat.
Seiring berjalannya waktu, keterlibatan awam semakin meningkat melalui Dewan Paroki dan pembentukan Kring-kring umat awam.
Stasi-stasi di luar kota semakin sering dikunjungi oleh para pastor, guru agama, dan petugas pastoral awam.
Singkawang terus menjadi pusat kegiatan paroki yang hidup dan berwarna.
Dengan keberagaman etnis, seperti Tionghoa, Dayak, dan Melayu, Singkawang mewakili harmoni antarbudaya.
Kota ini, yang terletak di persimpangan jalan raya dari Pontianak ke Sambas dan jalan raya ke Bengkayang, terus menjadi pusat perdagangan sejak zaman dulu.
Sejarah panjang Paroki Singkawang mencerminkan perjalanan iman dan pengabdian, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kota ini. Dengan kisah-kisah yang terus berkembang, Singkawang memperlihatkan bahwa nilai-nilai keagamaan dan budaya dapat hidup berdampingan dalam keharmonisan yang indah.
Editor: Samuel – KOMSOS KAP
Sumber: Paroki Singkawang