Tuesday, December 5, 2023
More

    Perjalanan Menuju Masyarakat Positif: Transformasi Pemikiran Manusia Terhadap Agama dan Ilmu Pengetahuan

    Bagi seorang humanis praktis seperti Karl marx, perubahan struktural yang menghapus kelas­kelas sosialekonomis otomatis akan menghapus agama. Bagaikan seo rang yang ketagihan ganja, manusia tertindas akan selalu membutuhkan ilusi untuk bertahan hidup. untuk itulah aga ma muncul dari nestapa kelas­kelas tertindas itu.

    MAJALAHDUTA.COM, FEATURED– Filsuf Ludwig Feuerbach, dalam pandangan pemikirannya yang kontroversial, menyatakan bahwa jika kitab suci mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan citranya, sebenarnya manusia menciptakan Tuhan sesuai dengan citra mereka sendiri.

    Ide ini memicu perdebatan mendalam tentang peran agama dalam pikiran manusia dan bagaimana pandangan manusia tentang Tuhan telah berkembang sepanjang sejarah.

    Feuerbach mengambil sebagian besar gagasan ini dari tradisi kritik agama yang telah ada selama ribuan tahun.

    Bahkan filsuf Yunani kuno Xenophanes sudah lebih dari dua milenium yang lalu menyatakan bahwa dewa-dewa yang ditaati oleh berbagai bangsa hanya merupakan bayangan dari diri bangsa-bangsa tersebut.

    Misalnya, dewa-dewa orang Ethiopia digambarkan berkulit hitam dan berhidung pesek, sementara dewa-dewa orang Trakia memiliki rambut merah dan mata biru.

    Feuerbach berpendapat bahwa gambaran kita tentang Tuhan dan keyakinan kita terhadap-Nya hanyalah gambaran dan keyakinan tentang diri manusia yang sudah “diproyeksikan” atau diidealkan hingga tampak sempurna dan di luar pemikiran.

    Dengan kata lain, ketika kita berbicara tentang Tuhan, kita sebenarnya tenggelam dalam pemikiran manusia yang ideal dan sempurna.

    Feuerbach menunjukkan bahwa konsep Tuhan ini dalam pemikiran kita telah menghambat realisasi diri manusia yang sejati.

    Lebih dari sekadar menindas melalui tekanan politis, agama telah menjadi penyebab isolasi manusia dari potensi kodratnya sendiri, karena manusia sering kali menindas bakat-bakat alaminya sendiri melalui imajinasinya.

    Jika manusia ingin mencapai potensi penuhnya dengan semua keunggulan dan kemuliaannya, maka perlu membebaskan diri dari pengaruh kepercayaan terhadap Tuhan.

    Beberapa filsuf seperti Karl Marx berpendapat bahwa perubahan struktural yang menghapus kesenjangan sosial-ekonomi akan secara otomatis menghapus agama.

    Marx melihat agama sebagai ilusi yang digunakan untuk menutupi akar masalah kemiskinan dan alienasi di kalangan masyarakat tertindas.

    Namun, Marx juga mengakui bahwa perubahan ini hanya akan terjadi ketika kesamaan sosial diwujudkan dalam sosialisme.

    Filsuf lainnya, seperti Auguste Comte, melihat tahapan dalam perkembangan masyarakat manusia.

    Comte menganggap bahwa manusia pada tahap tertentu dalam perkembangannya masih percaya pada ilmu pengetahuan yang belum matang, seperti dewa-dewa atau Tuhan yang diwakili oleh konsep-konsep abstrak.

    Namun, dengan perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan, manusia akan melewati tahap ini menuju tahap positif, di mana ilmu pengetahuan dan pemahaman akan realitas material akan menggantikan keyakinan pada Tuhan atau konsep-konsep abstrak.

    Debat tentang peran agama dalam masyarakat dan pemikiran manusia masih berlanjut hingga saat ini, dan pemikiran Feuerbach, Marx, dan Comte tetap menjadi bagian penting dari sejarah filsafat dan sosiologi manusia.

    Editor: MajalahDUTA.Com
    Sumber: Buku Humanisme dan Sesudahnya (F. Budi Hardiman)

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles