Tuesday, December 5, 2023
More

    Mengoptimalkan Kemanusiaan: Peran Humanisme dalam Era Kontemporer

    Marilah Kita mulai dengan sebuah pertanyaan sederhana. mengapa humanisme, suatu paham yang menitikberatkan pada manusia, kemampuan­kemampuan kodratinya, dan nilai­nilai kehidupan duniawi ini tumbuh dalam sejarah peradaban?

    MAJALAHDUTA.COM, FEATURED- Sebuah perjalanan panjang menuju pemahaman dan penghargaan terhadap kemanusiaan telah membentuk paham humanisme, yang kini menjadi salah satu landasan budaya dan pemikiran masyarakat modern.

    Dalam perjalanan ini, paham ini telah berkembang dari akarnya di zaman kuno hingga mencapai puncaknya dalam Humanisme Pencerahan Eropa abad ke-18.

    Humanisme adalah pandangan hidup yang menekankan nilai-nilai manusia, kemampuan kodratinya, dan kehidupan dunia ini.

    Pertanyaan yang muncul adalah mengapa paham ini tumbuh dan berkembang dalam sejarah peradaban manusia?

    Jawabannya mengajak kita melihat lebih dalam ke zaman kuno, khususnya pada budaya Yunani kuno yang menghargai kemampuan kodrat manusia.

    Namun, saatnya baru tiba ketika gerakan humanis modern mengambil bentuk pada zaman Renaisans abad ke-14 hingga ke-16, mencapai puncaknya dalam Humanisme Pencerahan Eropa abad ke-18.

    Pada saat ini, humanisme mulai mempertanyakan otoritas absolut agama dan negara dalam menafsirkan kebenaran.

    Kekristenan Abad Pertengahan, meskipun membawa aspek adikodrati pada pemahaman tentang manusia, juga mengalami perubahan menjadi alat kontrol atas kebebasan individu, menjauhkan manusia dari keduniawian yang otentik.

    Humanisme muncul seperti tunas segar di tengah bangunan berusia Abad Pertengahan yang mulai runtuh, membebaskan manusia dari alienasi terhadap dunia ini.

    Gerakan humanis modern ini mengakar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan alam.

    Para humanis menekankan perlunya penelitian yang cermat atas ciri-ciri keduniawian dan alamiah manusia.

    Dengan penelitian yang teliti, mereka memahami manusia dari segi kemampuan alamiah, minat intelektual, karakter, apresiasi estetis, dan nilai-nilai lainnya.

    Mereka juga menyoroti aspek-aspek seperti toleransi, vitalitas jiwa, keelokan fisik, dan persahabatan, semua itu dicakup dalam konsep “humanus.” Gerakan ini dimulai di Italia dan menyebar dengan cepat ke negara-negara lain di Eropa.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa humanisme dan ilmu pengetahuan modern bekerja bersama-sama dalam memposisikan manusia dan akal budi manusia sebagai pusat segala sesuatu.

    Ini dikenal sebagai “antroposentrisme,” yang menentang pandangan Abad Pertengahan yang teosentris.

    Selain itu, humanisme juga memainkan peran penting dalam mendesak proses sekularisasi dan desakralisasi manusia.

    Hal ini berarti menjauhkan manusia dari pengaruh simbol-simbol religius dan menciptakan tatanan sekuler yang menghargai kebebasan dan nilai-nilai kodrat manusia.

    Gerakan humanisme juga telah memberi inspirasi pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan masyarakat modern.

    Kebebasan dan kontrol atas hidup di dunia ini bukan lagi impian yang terpaut jauh di masa depan, melainkan menjadi tujuan saat ini, didukung oleh pengetahuan dan pengaturan masyarakat yang rasional.

    Seiring dengan perjalanan panjang ini, paham humanisme terus menjadi pandangan hidup yang menekankan pentingnya manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya dalam dunia ini.

    Berhasil membebaskan manusia dari alienasi ke dunia ini, humanisme menjadi fondasi bagi budaya dan pemikiran modern yang kita nikmati saat ini.

    Editor: MajalahDUTA.Com
    Sumber: Buku Humanisme dan Sesudahnya (F. Budi Hardiman)

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles