Monday, November 10, 2025
More

    Humanisme Ateistis dan Peradaban: Penggalian Pemahaman Baru tentang Manusia

    Pertanyaan awal kita harus dijawab sekarang: apa kah kontribusi humanisme ateistis bagi pemahaman ten tang manusia dan kemanusiaannya? sejauh kita tidak menyempitkan humanis ateistis pada sikap­-sikap ateistis, melainkan meng apresiasi aspek ilmiah dan metodologis yang mereka hasil kan, kita dapat memetik buah-­buah peradaban mereka karena orang tidak perlu menjadi ateis untuk menjadi kritis terhadap agama.

    MAJALAHDUTA.COM, FEATURED– Dalam perjalanan sejarah, humanisme sering kali diidentifikasikan dengan ateisme, sekularisme, atau bahkan sebagai bagian dari tradisi filsafat Barat.

    Meskipun pandangan ini tidak sepenuhnya tepat, karena humanisme memiliki spektrum yang lebih luas dan mendalam, termasuk humanisme Kristiani, humanisme Islam, humanisme kultural, dan humanisme eksistensial-teistis yang memahami pentingnya kemanusiaan dan kehidupan di dunia tanpa mengesampingkan kepercayaan akan Tuhan.

    Namun, kadang-kadang, kelompok agama monoteis mendekati humanisme dengan curiga karena khawatir bahwa pendekatan rasionalis dapat mengancam iman dalam wahyu ilahi.

    Penggunaan nalar dalam hal keagamaan dikhawatirkan dapat merusak otoritas sakral dan tradisi religius yang telah ada selama berabad-abad.

    Sementara, sebaliknya, mereka yang mencurigai iman sebagai tanda keterbelakangan mental juga harus menerima kritik.

    Namun, penting untuk diingat bahwa nalar, meskipun merupakan ciri manusia, tidak berasal dari manusia itu sendiri, tetapi dari kekuatan yang melampaui dirinya.

    Oleh karena itu, saling curiga antara agama dan sekularisme tidaklah produktif dan dapat merugikan kemanusiaan secara keseluruhan.

    Kenyataannya adalah agama tetap ada, dan masyarakat sekuler harus hidup berdampingan dengan masyarakat religius dalam masyarakat yang plural.

    Semua bentuk humanisme dapat dilihat sebagai upaya intelektual yang berfokus pada makna kemanusiaan dan peran manusia di dunia.

    Beberapa humanis, seperti yang terlihat pada humanisme Renaisans, mencoba menggabungkan aspek-aspek kemanusiaan dengan ajaran agama.

    Namun, untuk melawan dogmatisme agama, beberapa humanisme lebih tegas dalam pendekatannya, bahkan menolak keyakinan religius dan peran mereka dalam kesadaran manusia.

    Salah satu kelompok ini adalah humanis ateistis, yang mengambil langkah ekstrem dengan menolak keyakinan religius dan perannya dalam kesadaran manusia.

    Pendekatan ini mengarah pada pertanyaan: Apakah kontribusi humanisme ateistis bagi pemahaman manusia dan kemanusiaan?

    Sementara kita tidak harus menjadi ateis untuk menjadi kritis terhadap agama, aspek ilmiah dan metodologis yang ditemukan dalam humanisme ateistis memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang manusia dan masyarakat.

    Ini adalah bukti bahwa masyarakat plural dapat tetap berdampingan meskipun perbedaan keyakinan, dan bahwa keragaman pandangan adalah bagian penting dari peradaban yang maju.

    Sebagai kesimpulan, penting bagi kita untuk tidak membatasi pandangan humanisme hanya pada ateisme, melainkan untuk menghargai beragam pendekatan dalam memahami kemanusiaan dan dunia di sekitar kita.

    Dengan demikian, kita dapat memetik manfaat dari aspek ilmiah dan metodologis yang beragam dalam membangun pemahaman yang lebih kaya tentang manusia dan peradaban kita.

    Editor: MajalahDUTA.Com
    Sumber: Buku Humanisme dan Sesudahnya (F. Budi Hardiman)

    Related Articles

    spot_img
    spot_img

    Latest Articles