MajalahDUTA.Com, Suara DUTA– Perayaan Paskah merupakan Hari Raya yang paling dinanti-nantikan oleh umat Katolik. Karena pada perayaan inilah, seluruh umat Katolik merayakan kemenangan Kristus atas maut. Ia telah bangkit dari antara orang mati sehingga seluruh umat manusia bersukacita karena Sang Penebus Dunia telah mengalahkan kuasa dosa dan maut. Sebelum Perayaan Paskah, kita mengenal Tri Hari Suci (Triduum) Paskah yang terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Malam Paskah hingga kebangkitan-Nya.
Menjelang perayaan Tri Hari Suci, dua putera Kalimantan yaitu Frater Fransesco dan Frater Andre mengunjungi salah satu Paroki di Keuskupan Agung Jakarta yaitu Paroki St. Monika Bumi Serpong Damai (BSD) di Tangerang. Sebelumnya, dalam masa Natal, Frater Fransesco mengunjungi Paroki Keuskupan Bogor yaitu Paroki St. Petrus Cianjur, kali ini bergeser sedikit ke Kota Metropolitan Tangerang. Asistensi kali ini bertujuan untuk melaksanakan tugas pelayanan di masa libur Paskah serta pembelajaran dan pengalaman di Paroki Kota. Melalui tugas di Paroki kota, kedua Frater dapat menimba refleksi serta menemukan perbandingan antara perkembangan Paroki yang ada di Kota besar dan juga pedesaan.
Secara geografis, Awal terbentuknya Paroki Serpong meliputi daerah Curug (saat ini Paroki Curug-Gereja Santa Helena), daerah Citra Raya (sekarang Paroki Citra Raya-Gereja Santa Odilia), daerah Alam Sutera dan Gading Serpong (sekarang Paroki Alam Sutera- Gereja Santo Laurensius), Villa Melati Mas (sekarang Paroki Villa Melati – Gereja Santo Abrosius), seluruh kawasan Bumi Serpong Damai sampai ke Villa Dago Tol dan Puspitek. Paroki Serpong membentuk dua stasi yaitu Stasi St. Helena yang meliputi Karawaci, sebagian daerah Binong dan sebagian daerah Legok; Stasi St. Odilia yang meliputi daerah Bitung, Balaraja, Cikupa, Cisoka, Legok, dan Panongan.
Perjalanan Paroki Serpong
Perkembangan Paroki Serpong sendiri terbilang sangat pesat. Awalnya Paroki Serpong berdiri pada tahun 1995. Jumlah umat kala itu terdiri dari 1.035 KK yang tersebar di 14 lingkungan. Data akhir yang diambil dari BIDUK pada 31 Desember 2019, jumlah umat yang terdaftar di paroki Serpong sebanyak 4.716 KK dengan 15.688 umat yang terbagi dalam 23 wilayah dan 108 lingkungan. Kemungkinan masih akan ada pemekaran wilayah dan lingkungan lagi (Gereja St. Benediktus).
Untuk sampai ke Paroki Serpong, kami memulai perjalanan dari Malang di Stasiun Malabar menuju Stasiun Pasar Senen menggunakan KAI Matarmaja. Kami harus bersabar sejenak di dalam kereta selama belasan jam. Sampai di Stasiun Pasar Senen, kami beristirahat sejenak menunggu loket KRL. Untuk mencapai Serpong, kami menggunakan kereta Commuter Line yang berhenti di setiap stasiun terdekat. Rutenya kira-kira seperti ini: Dari Pasar Senen kereta berjalan menuju Stasiun Kemayoran, Rajawali, Kampung Bandan, Angke, melewati Stasiun Duri kemudian transit di Stasiun Tanah Abang.
Perjalanan dilanjutkan dari Tanah Abang dengan menggunakan Commuter Line arah Rangkasbitung. Karena disarankan oleh teman bahwa Paroki St. Monika lebih dekat melalui Stasiun Rawa Buntu daripada Stasiun Serpong, kami melanjutkan perjalanan dari Stasiun Tanah Abang, melewati Stasiun Palmerah, Kebayoran, Pondok Ranji, Jurang Mangu, Sudimara dan berhenti di Stasiun Rawa Buntu. Pembelian tiket juga relatif murah, apalagi dapat menggunakan Aplikasi Gojek melalui fitur GoTransit untuk membeli tiket KRL. Tiket keluar masuk sudah komplit melalui aplikasi tersebut dan sangat terjangkau dibandingkan bila kami menggunakan transportasi konvensional, ojek online dan sejenisnya. Setibanya di Stasiun Rawa Buntu, kami lanjut menggunakan GrabCar menuju Paroki Serpong. Kami tiba di Paroki Serpong sekitar pukul 09.00 WIB dan berjumpa langsung dengan Pastor Paroki Serpong RP. Rafael Maria Haryo Adipramono, OSC di Pastoran.
Kami sendiri melihat bahwa umat di Paroki Serpong sangat mandiri. Segala sesuatu dikerjakan dengan baik, rapi dan sistematis dari umat, oleh umat dan untuk umat. Sebelum natal saja, kepanitiaan telah mencari para pengurus. Sekitar akhir Januari atau awal Februari, para panitia Paskah telah bergerak untuk mempersiapkan masa Paskah. Beberapa tantangan dalam persiapan antara lain: Kapasitas Gereja tidak mencukupi sehingga harus didirikan tenda. Ada banyak pintu masuk seperti gerbang Alamanda dan gerbang Ursula sehingga harus diatur sedemikian rupa agar tidak menyebabkan kemacetan lalu lintas. Pelaksanaan Tri Hari Suci tentu saja sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya karena segala hal tersebut telah dipersiapkan oleh panitia sedetail mungkin.
Selama Tri Hari Suci
Selama masa Tri Hari Suci, kami berdua mendapatkan tugas membagikan komuni. Situasi Gereja terlihat penuh dengan umat bahkan jauh sebelum waktu yang ditentukan. Menurut informasi Romo Adi, umat yang hadir tidak sepenuhnya berasal dari Paroki Serpong tetapi juga dari paroki-paroki sekitar. Hal tersebut dipengaruhi dengan jarak tempuh dari pemukiman menuju Gereja dan jadwal misa hingga tiga kali dalam sehari selama pekan Tri Hari Suci.
Perlu diketahu bahwa tema Paskah tahun ini di Paroki Serpong berdasarkan arah dasar Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yaitu “Kesejahteraan Bersama”. Maka dari itu, ada begitu banyak program-program untuk mengaplikasikan tema besar “Kesejahteraan Bersama” tersebut. Romo Adi melihat bahwa efek pandemi belum selesai dan tidak hanya menyerang kalangan menengah ke bawah tetapi juga para pengusaha. Banyak perusahaan bangkrut dan tidak dapat melanjutkan usahanya karena efek pandemi yang berkepanjangan. Seksi PSE (Pengembangan Sosial dan Ekonomi), menurut Romo Adi memiliki peran yang besar dalam membantu memfasilitasi kebutuhan sementara.
Dana sosial yang digunakan melalui Celengan Yesus Tuna Wisma (CYTW). Bumi Serpong Damai, notabene klaster-klaster, rumah mewah, situasi ekonomi seperti bubble; seolah-olah bagus, tetapi di dalamnya ada masalah yang tidak diketahui. Dengan arah dasar Keuskupan tersebut, banyak hal yang dapat dilakukan, seperti vaksinasi, fogging, disinfektan untuk sepuluh RT, dan lain-lain. Di Bidang sekolah, Paroki juga memfasilitasi anak-anak dengan program Ayo Sekolah, Ayo Kuliah (ASAK). Beberapa program tersebut merupakan bentuk aplikasi arah dasar Keuskupan Agung Jakarta.
Penulis: Fr. Fransesco Agnes Ranubaya- Calon imam Projo Keuskupan Ketapang




