spot_img
Saturday, March 25, 2023
More

    Jalan Filsafat: Membuka Segala Kemungkinan dan Horizon

    MajalahDUTA.Com, Suara DUTA – Semua kemungkinan yang ada diatas dunia dan sejauh masih bisa dipikirkan oleh manusia, maka kemungkinan itu boleh jadi benar-benar ada. Bahkan sejauh imajinasi mampu bayangkan kemungkinan itu pun bisa terjadi. Aneh bukan? Ya begitulah jalan unik dari cara pandang seorang filsuf.

    Melalui filsafat terjadi dentuman reformasi intelektual yang membawa manusia dari pemikiran mistis soal alam semesta menuju ke pemikiran rasional, sistematis, reflektif, kritis, analitis, tentang realitas dunia dan manusia.

    Filsafat juga membuka segala kemungkinan dan horizon baru, karena filsafat tidak terbatas oleh hal-hal yang empiris, sehingga filsafat disebut juga metafisika yaitu melampauhi yang fisik (tampak). Filsafat disebut juga mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan, karena dari filsafatlah lahir segala ilmu yang ada.

    Cinta Kebijaksanaan

    Secara etimologi kata filsafat berasal dari dua suku kata Yunani, philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan/wisdom).

    Jadi, philosophos adalah a lover of wisdom. Arti filsafat ini sering dikaitkan dengan ilmu teologi atau theophilia atau a lover of God. Kata “God” sering diidentikkan dengan “kebijaksanaan”.

    Akibatnya filsafat itu sering disamakan dengan teologi (filsafat melebur dalam teologi karena Allah dianggap sebagai sumber kebijaksanaan).

    Ada beberapa pertanyaan yang muncul seputar filsafat. Bagaimana kita mencintai kebijaksanaan? Socrates menjawab bahwa untuk mencintai kebijaksanaan, manusia harus mengenal dirinya sendiri.

    Dengan kata lain filsafat adalah buah atau hasil dari pengetahuan akan dirinya sendiri (gnothi sealfon). Apa arti pengetahuan akan diri (self to know) dan kapan orang mengenal diri? Sokrates menjawab bahwa seseorang mengenal dirinya kalau ia mengenal batas-batas dirinya sendiri (knowing the limit of the self). Ada tiga batas yang harus disadari oleh manusia.

    Pertama, batas epistemologis yaitu batas pengetahuan. Manusia harus sadar dan dapat membedakan antara benar dan salah, tahu dan tidak tahu, agar manusia mampu mempertanggungjawabkan semua tindakan, perbuatan dan pemikirannya terhadap diri sendiri dan orang lain.

    Kedua, batas etis yaitu batas tindakan, sikap dan perilaku. Manusia harus tahu mana tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, mana yang jahat dan yang baik.

    Ketiga, batas eksistensial yaitu batas sikap atau hidup. Manusia harus sadar bahwa nasibnya tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri, sebab nasib manusia juga ditentukan oleh faktor-faktor misterius yang ada dalam dirinya yang tidak mampu dipahami olehnya.

    Bersambung….

    Penulis: Samuel- DUTA/ KOMSOS KA Pontianak
    Sumber: Diramu dari berbagai refrensi buku dan internet

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles