spot_img
Saturday, March 25, 2023
More

    Contoh Kesetiaan Sejati

    DUTA, KOMSOS KA. Pontianak (Renungan)

    MajalahDUTA.Com – Saudara-saudara seiman yang terkasih, saya ingin mengawali tulisan ini dengan beberapa pertanyaan:

    • Mengapa ada suami atau istri yang menyeleweng?
    • Mengapa ada orang yang beristri dua?
    • Mengapa ada suami-istri yang bercerai?
    • Mengapa sering terjadi penghianatan?
    • Mengapa ada pegawai yang dipecat?
    • Mengapa ada orang main kolusi dan korupsi?

    Pertanyaan di atas jawabannya bisa beragam berdasarkan cara pandang masing-masing. Tetapi ada satu hal yang pasti adalah keti daksetiaan.

    Sebenarnya ketidaksetiaan itu telah ada bersama adanya manusia di dunia ini.

    Namun ketidaksetiaan itu bukan berasal dari Allah. Oleh Allah pada waktu diciptakan, manusia dianugrahi kehendak bebas dan kebahagiaan.

    Tetapi dalam kenyataannya, manusia telah salah menggunakan kebebasan itu. Manusia tidak bertanggung jawab, tidak setia pada tugas dan paggilannya. Akibatnya, manusia jatuh dalam kedosaan.

    Saudara-saudara seiman yang terkasih, berdasarkan kalender liturgi, hari ini kita telah memasuki Minggu Masa Prapaska. Dari bacaan Kitab Suci, Mat 4 : 1 -11, Bacaan Pertama Rom 5 : 12-19, bacaan kedua Kej 2 : 9, 3:1-7 (boleh buka sendiri ya) kepada kita diketengahkan dua cara hidup yang saling bertolak belakang.

    Pertama, cara hidup yang mencerminkan kesetiaan. Sedangkan yang kedua, justru sebaliknya. Akibat godaan duniawi manusia lupa akan tugas dan tanggung jawabnya kepada Tuhan.

    Cara hidup yang kedua ini telah berlangsung cukup lama, yaitu dimulai sejak manusia pertama diciptakan.

    Hidup di dunia ini memang penuh tantangan. Terutama godaan atau tawaran yang kerap bertolak belakang dengan kehendak Tuhan.

    Boleh dikata godaan itu datang dari segala arah mata angin. Karena itu kita dituntut untuk mempersiapkan penangkalnya serta ekstra hati-hati menghadapi segala tawaran yang ada. Untuk itu sebagai umat beriman, kita diminta untuk mencontoh cara hidup Yesus.

    Tentang Kesetiaan

    Saudara-saudara terkasih, dalam bacaan Kitab Suci diatas, terkesan bahwa Yesus adalah orang sakti. Dalam situasi terjepit Ia mampu melawan godaan Iblis. Kepada-Nya iblis menawarkan hidup yang super istimewa, Misalnya menjadi seorang konglomerat, Popularitas dan kekuasaan.

    Tetapi dengan syarat, Yesus harus mengikuti perintahnya. Alasan penolakan Yesus hanya satu, yaitu kesetiaan.

    Sebenarnya, sejak semula Yesus diperkenalkan kepada bangsa-bangsa memang sebagai penguasa, seorang raja. Tetapi bukan penguasa atau raja duniawi. Demikian pula dengan kekayaan, Ia adalah sangat kaya. Bahkan kekayaanNya tidak dapat ditandingi oleh konglomerat mana pun di dunia ini.

    Untuk kesekian kalinya Yesus mengingatkan kita. Agar kita tidak menggantungkan hidup pada harta kekayaan duniawi. Melainkan kepada iman dan kepercayaan kepada Bapa di Surga. Karena Bapa merupakan sumber segalanya.

    Demikian juga menyangkut amal bhakti, supaya semuanya diarahkan kepadaNya. Karena itu marilah kita mencontoh cara hidup Yesus. Yaitu demi tugas dan tanggung jawab-Nya kepada Bapa di Surga, la taat dan setia kepada perintah Bapa-Nya. Karena kesetiaan-Nya itu, semua orang menjadi selamat dan dapat bersatu dengan Bapa di Surga.

    Saudara-saudara yang terkasih, pada masa Prapaska ini marilah kita masing-masing bercermin melihat diri sendiri.

    Apakah kita telah setia kepada Bapa di Surga seperti Yesus? “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

    Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

    Related Articles

    Stay Connected

    1,800FansLike
    905FollowersFollow
    7,500SubscribersSubscribe

    Latest Articles