MajalahDUTA.Com, Spritualitas- Santo Yosep segera menanggapi panggilan Tuhan dan mengesampingkan ketakutannya untuk merangkul panggilannya. Sikap hati yang terbuka akan rencana Allah itu ditunjukkan dalam kepenuhannya untuk menerima apa yang Allah kehendaki.
Meskipun dia tidak tahu apakah keputusannya baik untuknya namun dia memilih mendengarkan panggilan Allah dan dikuatkan oleh hati nurani yang menjembatani keberaniannya itu.
Santo Yosep tetap menjadi teladan sempurna bagi kita dalam mengikuti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Meskipun memiliki ketakutan dan kekhawatirannya sendiri, dia mengesampingkan semuanya untuk menanggapi bisikan Tuhan.
Santo Yosep siap untuk menceraikan Bunda Terberkati dan melanjutkan hidupnya, tetapi ketika malaikat datang kepadanya untuk menyampaikan pesan Tuhan, dia segera mengubah haluan.
Ketika Yusup terbangun dari tidurnya, dia melakukan seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya; dia mengambil istrinya, tetapi tidak mengenalnya sampai dia melahirkan seorang putra; dan dia menyebut namanya Yesus.
Matius 1:24-25
Paus Benediktus XVI merenungkan kehidupan Santo Yosep dalam pesan Angelus pada tahun 2006, mengenang bagaimana kesetiaannya kepada Allah merupakan teladan sempurna bagi kita.
“Dari teladan Santo Yosep kita semua menerima undangan yang kuat untuk melaksanakan dengan kesetiaan, kesederhanaan dan kerendahan hati tugas yang dipercayakan kepada kita.
Saya memikirkan terutama ayah dan ibu dari keluarga, dan saya berdoa agar mereka selalu dapat menghargai keindahan hidup sederhana dan rajin, memupuk hubungan suami istri dengan hati-hati dan memenuhi dengan semangat misi pendidikan yang besar dan sulit,” ungkapnya.
Santo Yosep menanggapi panggilan Tuhan dengan hati yang murah hati, rela mengesampingkan rencananya untuk mengejar rencana Tuhan.
Teladannya mengingatkan kita akan tugas kita untuk tetap setia pada panggilan yang Tuhan telah panggil untuk kita, tidak membiarkan rasa takut menguasai kita, tetapi percaya pada rencana pemeliharaan Tuhan.