MajalahDUTA.Com, Sejarah– Helena Maria Kowalski, demikian nama kecil St. Faustina, datang dari keuarga petani yang miskin tapi taat beragama. Helena yang lahir 5 Agustus 1905 di Desa Glogowiec, Polandia, adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Karena tak punya biaya, Helena hanya mengecap pendidikan formal selama tiga tahun.
Sebenarnya, dalam hati Helena terpendam keinginan untuk menjadi biarawati. Tetapi karena tidak diijinkan kedua orang tuanya terpaksa Helena mengubur cita-cita mulianya itu.
Saat berumur 16 tahun, Helena bekerja sebagai babu untuk membantu perekonomian keluarganya. Meskipun menjadi pembantu, Helena tak pernah meninggalkan kehidupan rohani. Walau lelah sehabis bekerja, Helena tetap menyempatkan diri untuk berdoa.
Menjawab Panggilan Tuhan
Kesungguhan Helena akhirnya mendapat jawaban dari Tuhan. Tahun 1923 Helena mendapat penampakan dari Tuhan Yesus. Dalam penampakan itu, Yesus menegur Helena, “Sudah sekian lama Aku menyertai engkau, dan sekian lama engkau mengabaikan panggilanKu!” Helena tersentak mendengar teguran itu. Ja pun bertekad menjawab panggilan Tuhan.
Baca juga: Dari Emrio Hingga Regio, Sejarah OFS Kalimantan Santa Elisabet dari Hungaria
Helena bergegas berangkat ke Warsawa. Di sana ia berkeliling ke sana ke mari, mencari biara yang mau menerimanya untuk menjawab panggilan Tuhan. Usaha Helena tidak sia-sia. Biara Putri-putri Maria Bunda Rahmat Kita (Sisters of Our lady of Mercy) bersedia menerima Helena.
Di biara itulah Helena, yang memakai nama biara Faustina mengucapkan kaul pertamanya tahun 1928.
Sr. Faustina mewujudkan panggilannya dalam karya pendidikan dan pemeliharaan gadis-gadis dan perempuan-perempuan yang malang. Ia berkeliling dari rumah ke rumah dan mengerjakan pekerjaan apa saja.
Pernah ja memasak untuk lebih dari dua ratus orang. Karena kesibukkannya, Sr. Faustina sampai kekurangan waktu untuk hidup rohaninya. Ia tak sempat berdoa kontemplatif.
Tentang Lukisan
Ajaibnya, Sr. Faustina dianugerahi kemampuan yang luar biasa. Ia mampu mambaca jiwa seseorang, dan dapat mengetahui penderitaan orang-orang tanpa perlu dikatakan oleh orang yang bersangkutan. Kesibukan yang luar biasa menyebabkan Sr. Faustina lupa memperhatikan kesehatan pribadinya. Akibatnya, ia jatuh sakit dan terpaksa harus dikirim ke sebuah sanatorium di Krakow.
Selama dirawat di sana Sr. Faustina mengalami depresi yang sangat menyakitkan. Berpisah dengan rutinitas yang biasa dijalaninya membuat Sr. Faustina sedih
Suatu hari, 22 Februari 1931, Yesus kembali menampakkan diri pada Sr. Faustina. Yesus meminta Sr. Faustina melukiskan sebuah gambar Yesus berdasarkan apa yang dilihatnya. Di gambar itu dibubuhi tulisan “Yesus, saya percaya pada-Mu”.
Baca juga: Menukil Kembali Sejarah Ordo Fransiskan Sekuler (Ordo Awam Fransiskan)
Lukisan Sr. Faustina ini nantinya dipamerkan selama perayaan Tahun Yubelium Pembebasan Dunia di Eastern Gate di Vilnius.
Yesus juga mengajarkan kepada Sr. Faustina devosi Rahmat Ilahi. Devosi ini kurang lebih sama dengan devosi Rosario, yaitu dengan mendaraskan doa. Barangsiapa yang mendaraskan devosi ini akan menerima rahmat agung pada “jam kematian (Yesus)”. Bapa pengakuan Sr. Faustina, P. Yosef Andrasz SJ dan pembimbing spritualnya P. Michael Sopocko sangat berjasa menyebarluaskan devosi tersebut.
Pada penampakan lainnya, Yesus meminta Sr. Faustina agar mendirikan sebuah Pesta Rahmat Ilahi yang dirayakan pada minggu kedua setelah Paskah. Pesan Yesus kepada Sr. Faustina, jiwa-jiwa yang mengaku dosa pada hari itu dan menerima komuni kudus akan memperoleh pengampunan dosa seutuhnya.
Devosi “Rahmat Ilahi” didoakan selama sembilan hari, mulai pada Kamis Putih sebagai persiapan Pesta Rahmat Ilahi. Yesuslah yang mendiktekan intensi-intensi harian yang spesifik dari novena Ini kepada Sr. Faustina dalam penampakan-Nya. Yesus juga mengajarkan “Jam Rahmat Ilahi”.
Yesus meminta Sr. Faustina untuk berdoa pada jam tiga sore setiap harinya, mengunjungi Salib Suci jika mungkin atau mengunjungi Sakramen Mahakudus. Jika Sr. Faustina tidak bisa melakukan keduanya Yesus memintanya agar tetap berdoa. Ajaran Yesus kepada Sr. Faustina ini menunjukkan eratnya . hubungan antara tiga rahmat, yaitu perbuatan, perkataan/sabda dan doa.
Praktik Devosi Rahmat Ilahi
Sama halnya perwahyuan personal lainnya, penampakan yang dialami Sr. Faustina tidak begitu saja diterima orang. Hal ini disadari Sr. Faustina seperti ditulisnya dalam catatan hariannya pada Februari 1935, “Akan datang saatnya ketika pekerjaan ini yang diminta oleh Tuhan dengan amat sangat untuk dilaksanakan, tidak sepenuhnya dikerjakan. Kemudian Tuhan akan beraksi dengan kuasa yang besar untuk memberikan bukti keotentikan karya ini.
Karya ini akan menjadi cahaya baru bagi Gereja meski ia diabaikan sekian lama….Kapan hal itu akan terjadi? Saya tidak tahu. Seberapa lama itu akan berlangsung? Saya tidak tahu juga”.
Baca juga: KRK Santo Rafael dengan Pengalaman Pelayanan Rohani yang Menyembuhkan
Memang, demikian yang terjadi. Tahun 1958 Kongregasi Suci untuk Tahkta Suci melarang praktik devosi Rahmat Ilahi yang diajarkan Yesus melalui Sr. Faustina.
Baru duapuluh tahun kemudian, pada tahun 1978, larangan itu dicabut. Sr. Faustina meninggal dunia pada tahun 1938 dalam usia 33 tahun. 30 April 2000 Paus Yohanes Paulus II menetapkan Sr. Faustina sebagai Santa. Saat ini devosi Rahmat Ilahi cukup popular.
Biara di mana Sr. Faustina pernah tinggal menjadi pusat peziarahan Rahmat Ilahi. Ribuan peziarah dari berbagai belahan dunia selalu mengunjungi tempat tersebut.