MajalahDUTA.Com, Gereja- Membangun kesadaran umat gampang-gampang susah. Pernah saya ngobrol dengan seorang pastor paroki, dia sudah cukup lama membangun parokinya. Dan saya ingin belajar darinya. Dia katakan menjadi pastor kita tidak hanya melakukan tugas rutin yaitu misa dan pelayanan sakramen saja.
Tetapi sebagai pastor kita gembala umat kita juga harus membangun kesadaran Umat. Kotbah saja tidak cukup membangun kesadaran umat. Kesadaran umat perlu ditunjang juga dengan pembinaan, pendalaman iman, katekese dan rekoleksi umat.
Umat kita sudah Katolik dan kita sebagai pastor merasa bangga, karena kita mempunyai banyak domba (umat). tetapi umat banyak ini tidak dibiarkan begitu saja.
Baca juga: Peresmian Gedung Baru UWDP: Tonggak Penting Sejarah Perguruan Tinggi Widya Dharma
Umat harus digembalakan dan diatur agar mereka dapat ambil bagian secara aktif dalam membangun paroki dan gereja setempat. Karena itu sebagai pastor ada tiga kesadaran yang perlu dibangun dalam diri umat yaitu Gereja, Kemandirian dan Semangat.
Gereja. Sebagai pastor tugas kita yaitu memberi kesadaran kepada umat bahwa gereja adalah Umat Allah. Dan umat Allah ini adalah ita semua yang sudah dibaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Umat di sini adalah kita semua baik awam maupun rohaniwan. Karena itu cara pikir lama (sebelum Konsili Vatikan II) yang melihat Gereja hanya sebatas kaum rohaniwan atau kaum berjubah (uskup, pastor, suster, bruder) harus ditinggalkan. Dan umat mulai disadarkan bahwa kita semua tanpa kecuali adalah Gereja.
Karena itu konsekuensi logisnya kita semua harus mengambil bagian secara aktif dalam membangun gereja/paroki. Kemandirian. Supaya paroki dapat dibangun secara baik dan umat dapat dilibatkan di dalamnya, maka kemandirian umat harus selalu dibangun.
Baca Juga: Catatan Fransiskan: Sejarah Katolik di Keuskupan Agung Pontianak
Umat harus disadarkan bahwa paroki adalah rumah kita. Karena itu kita semua umat harus terlibat membangun dan mengatur paroki kita dengan kemampuan, kesanggupan/potensi yang ada pada kita.
Dengan kata lain umat harus berdikari baik dalam doa/peribadatan, sarana, maupun dana keuangan.
Berdikari dalam doa/ peribadatan artinya umat kita harus mampu mengatur diri sendiri untuk memimpin doa, khususnya pada hari minggu, hari Tuhan.
Dan untuk hal ini umat kita perlu dilatih memimpin doa agar trampil membawakan doadoa dan renungan. Berdikari dalam sarana/prasarana artinya umat kita harus mampu mengadakan sarana/ prasarana ibadat/sembahyang, seperti buku-buku doa, lagu-lagu, pakaian dan, gedung gereja.
Berdikari dalam dana/keuangan artinya umat. kita berani menyumbangkan sebagian penghasilannya dalam bentuk uang untuk membangun paroki.
Sumbangan uang itu dapat dilaksanakan lewat derma/kolekte pada hari minggu, iuran aksi Natal dan Paskah serta sumbangan lain dalam kaitan dengan pembangunan iman umat, seperti aksi panggilan, tabisan imam dan pembangunan tempat ibadat.
Semangat
Setelah itu semangat yang perlu ditanamkan kepada umat yaitu semangat kasih persaudaraan seperti yang telah diwariskan oleh cara hidup Jemaat Pertama (Kis. 2:41-47). Jemaat Pertama adalah kelompok muridmurid Yesus dalam jumlah yang kecil.
Biarpun kecil dalam jumlah dengan sarana ibadat dan pertemuan sangat sederhana, tetapi kelompok kecil ini kompak, maju dan berkembang karena mereka hidup dalam kasih persaudaraan Kristiani.
Kasih persaudaraan ini mereka tunjukkan dengan sering berkumpul berdoa, memecahkan roti dan mendengar pengajaran para rasul. Kasih persaudaraan mereka tunjukkan juga dengan saling membantu dalam kesulitan.
Ada yang mempunyai tanah mereka jual, lalu hasil penjualan itu mereka serahkan kepada para rasul, didoakan lalu uang itu dibagikan kepada mereka yang sangat membutuhkan. Semangat kasih persaudaraan yang sama juga mau kita tanamkan kepada umat dalam membangun Gereja paroki.
Baca juga: Kardinal Cantalamessa: Ekaristi sama ekstensifnya dengan sejarah keselamatan
Ketiga kesadaran ini bisa dijadikan visi dalam membangun sebuah paroki. Karena dengan visi yang jelas akan ada prioritas dalam pelayanan. Jika ada prioritas, maka dengan sendirinya akan ada program kerja paroki yang jelas, baik program jangka pendek. Menengah dan jangka panjang.
Kiranya dengan ketiga kesadaran ini: gereja, kemandirian dan semangat, umat kita semakin hari semakin sadar akan jati dirinya sebagai orang Katolik, pengikut Kristus, lalu mulai membuka diri untuk terlibat secara aktif dalam membangun paroki di mana dia tinggal dan berada.
Seberat apapun tantangan dalam membangun paroki akan mudah diatasi kalau semua umat bersatu hati dalam kasih persaudaraan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Inilah slogan kita dalam membangun umat atau paroki.